Harga TBS Sawit Masih Anjlok, Petani Salahkan Bea Keluar CPO

Serapan tandan buah segar (TBS) sawit yang masih rendah dan berimbas pada anjloknya harga TBS hingga saat ini menjadi pukulan berat bagi petani sawit.

oleh Maulandy Rizki Bayu Kencana diperbarui 27 Jul 2022, 07:55 WIB
Diterbitkan 26 Jul 2022, 20:20 WIB
minta-pajak-cpo-turun130110b.jpg
Ilustrasi CPO

Liputan6.com, Jakarta Pencabutan pungutan ekspor belum mengakhiri penderitaan petani. Serapan tandan buah segar atau TBS sawit yang masih rendah yang berimbas pada anjloknya harga TBS hingga saat ini menjadi pukulan berat bagi petani sawit.

Ketua Umum Asosiasi Petani Plasma Kelapa Sawit Indonesia (APPKSI) Marr'ie Andi Muhammadyah (Mdy Sappo) mengatakan, per hari ini, serapan TBS sawit belum optimal atau pulih seperti sebelum adanya pelarangan ekspor CPO.

Hal ini merupakan imbas dari stok minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) yang masih menumpuk di tangki-tangki penampungan Pabrik Kelapa sawit (PKS) akibat larangan ekspor CPO beberapa waktu lalu.

"Menurut info PKS, tidak optimal untuk mengeluarkan CPO diakibatkan kesulitan sarana angkutan yaitu kapal untuk mengangkut CPO, karena saat larangan ekspor banyak kapal-kapal pengangkut berpindah ke angkatan lainnya dan melakukan kontrak panjang," kata dia.

Selain itu, Mdy Sappo juga mengeluhkan harga TBS petani yang masih jauh dari harapan karena masih sedikit PKS yang mau menampung TBS petani akibat tangki-tangki di pabrik-pabrik tersebut yang masih penuh.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Bea Keluar Dinilai Terlalu Tinggi

Ilustrasi CPO 5 (Liputan6.com/M.Iqbal)
Ilustrasi CPO 5 (Liputan6.com/M.Iqbal)

Dia menjelaskan, saat meskipun harga CPO sudah rendah atau turun hingga 40 persen dari harga sebelum larangan ekspor berlaku dan pungutan ekspor atau levy sudah nol persen, namun belum bisa mengangkat harga TBS di tingkat petani. Ini salah satunya disebabkan oleh masih tingginya bea keluar yang diterapkan pemerintah untuk ekspor CPO.

"Sebab bea keluar masih sangat tinggi yaitu IUSD 288 per ton dan ini dibebankan pada harga TBS petani di mana sebelum harga CPO tertinggi pernah dikisaran USD 2000 per MT. Sekarang kan jatuh dikisaran USD 1185 per MT, nah jika dikenakan bea keluar sebesar USD 288USD per MT artinya harganya hanya USD 897 per MT. Yang 288 USD dibebankan pada harga TBS petani," jelas dia.

Oleh sebab itu, untuk mendongkrak ekspor CPO lebih cepat, petani meminta agar pemerintah juga mencabut bea keluar CPO. Dengan demikian diharapkan bisa membuat tangki-tangki di PKS segera kosong dan bisa membuat serapan TBS sawit meningkat. Pada ujungnya, akan membuat harga TBS sawit petani melonjak ke level normal.

"Cabut bea keluar CPO supaya bisa meningkatkan harga TBS Petani meningkat tidak seperti saat ini," tutup dia.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Moeldoko: Ekspor CPO Dibuka Tak Ujug-Ujug Harga TBS Sawit Naik

cpo-ekspor130527c.jpg
Ilustrasi CPO

Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menyebut masih butuh waktu bagi percepatan ekspor CPO untuk bisa mempengaruhi harga tandan buah segar (TBS) petani.

Hal ini diungkapkan lantaran pasca pembukaan ekspor serta pencabutan pungutan ekspor minyak sawit, harga TBS petani masih berada di level rendah. Pasalnya, proses ekspor dari dalam negeri bergantung pada sejumlah aspek.

"Pesan saya ke petani harus tetap semangat dalam menghadapi situasi saat ini, petani lemas menghadapi situasi ini, tapi ayo, supaya semangatnya jangan turun, karena pemeirntah ambil langkah, begitu kebijakan ekspor dibuka gak ujug-ujug bisa segera (pengaruhi harga TBS). Karena tangki (pabrik CPO) penuh, karena kapal belum siap," kata dia dalam webinar Kondisi Perdagangan Kelapa Sawit Nusantara, Kamis (21/7/2022).

"Pemerintah sudah menyiapkan asosiasi perkapalan, harapannya Juli ini sudah banyak kapal (untuk ekspor)," tambah dia.

Moeldoko mengungkap dengan adanya kapal pengangkut untuk ekspor, baru arus keluar minyak sawit bisa dilakukan. Dari sini akan mempengaruhi stok minyak sawit di pabrik-pabrik kelapa sawit.

Setelah terkuras, baru pabrik kelapa sawit ini akan mengambil sawit dari petani. Dengan demiikian, harga tandan buah segar di petani baru secara bertahap akan mengalami perbaikan.

"Urutannya begitu, jadi masih perlu waktu. Tapi pemerintah sudah mengambil langkah untuk memastikan bahwa yang diambil pemerintah tak merugikan teman-teman sekalian," ujarnya.

Menurut catatan Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) harga TBS sawit petani masih berada di kisaran Rp 1.400-1.500 per kilogram. Terjadi kenaikan tipis sekitar Rp 50-150 per harinya.

Kenaikan harga ini baru terjadi setelah adanya pencabutan larangan ekspor bagi produsen minyak sawit. Diikuti dengan digratiskannya pungutan ekspor bagi produk kelapa sawit oleh Kementerian Keuangan.

Infografis Alasan Larangan Ekspor CPO dan Bahan Baku Minyak Goreng. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Alasan Larangan Ekspor CPO dan Bahan Baku Minyak Goreng. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya