Liputan6.com, Jakarta Menghadapi kondisi global yang dibayangi dengan ketidakpastian akibat The Perfect Storm yang timbul dari krisis pandemi Covid-19, gejolak geopolitik, perubahan iklim, teknologi, serta kerentanan fiskal dan moneter, Pemerintah secara konsisten melakukan penguatan berbagai amunisi kebijakan fiskal guna mengurangi sejumlah dampak yang timbul bagi perekonomian nasional.
Dalam acara Bloomberg CEO Forum at G20 Bali 2022, Jumat (11/11), Menteri Keuangan Sri Mulyani menegaskan bahwa Pemerintah saat ini memiliki tantangan untuk dapat mengelola kondisi kompleks yang terjadi dengan tetap melakukan navigasi dan melanjutkan upaya dalam memulihkan perekonomian nasional akibat pandemi Covid-19.
Baca Juga
“Kita semua sadar bahwa global economic membuat situasi yang cukup kompleks bagi Pemerintah untuk membuat respon, ditambah lagi dengan geopolitik perang di Ukraina yang membuat situasi dunia yang lebih kompleks, disrupsi supply sehingga mendorong inflasi tinggi (food, fertilizer, energy), yang direspon dengan kebijakan moneter. Ini semua yang menimbulkan kompleksitas sehingga policy space mengecil, dan sekarang kita semua menghadapi inflasi yang tinggi dan diikuti dengan terus naiknya tingkat suku bunga dan menguatnya US Dollar,” ungkap Menkeu Sri Mulyani.
Advertisement
Lebih lanjut, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan juga turut menerangkan bahwa Indonesia memiliki potensi ekonomi digital yang kuat.
Salah satu bukti konkret tersebut terlihat dari penggunaan e-Catalog yang dinilai mampu mendorong efisiensi pengadaan barang dan jasa, mengurangi korupsi, dan menciptakan kesempatan kerja.
Disamping itu, Menko Marves Luhut BP juga menyampaikan bahwa Presiden Joko Widodo telah memerintahkan untuk dilakukan percepatan digital transformation yang berbasis agriculture and ocean sehingga seluruhnya akan didorong untuk dilakukan digitalisasi.
Acara Bloomberg CEO Forum at G20 Bali 2022 yang turut dihadiri oleh Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso, dibuka oleh CEO LPS Lana Soelistianingsih yang memberikan pengantar dengan tema Why does The G20 Indonesia Presidency Matter serta menjelaskan pentingnya Presidensi G20 Indonesia 2022 dan komitmen dari Pemerintah untuk membuat safe, equal and growth oriented untuk lingkungan bisnis dan mengedepankan stabilitas di bidang keuangan dengan meminimalkan risiko terhadap sistem perbankan.
Dukungan Pelaku Bisnis
Dukungan bagi penguatan ekonomi nasional juga disampaikan oleh Presiden Direktur Bank Permata Meliza M Rusli serta CEO Home Credit Indonesia Animesh Narang.
Kedua narasumber tersebut menuturkan bahwa outlook ekonomi Indonesia untuk tahun 2023 terbilang baik, sehingga Pemerintah perlu mendorong penciptaan iklim investasi yang lebih baik agar mampu meningkatkan minat investor. Selain itu, dengan iklim investasi yang baik, posisi bank di Indonesia juga akan dapat turut mendorong investasi.
Di samping membahas seputar peluang ekonomi saat ini, Bloomberg CEO Forum turut menghadirkan EVP CISO Toyota Daihatsu Engineering & Manufacturing South East Asia Prash Ganeh untuk berbincang seputar Electric Vehicles (EV): The Road to Decarbonization.
Dalam perbincangan tersebut diketahui bahwa Indonesia memiliki prospek yang sangat baik untuk penggunaan EV, namun perlu ditekankan bahwa elemen terpenting yang akan dicapai Pemerintah dalam penggunaan EV tersebut yakni guna mendorong skala dan mempercepat energi hijau dan mendorong terciptanya globally competitive EV Ecosystem.
Advertisement
Pandemic Fund Kantongi USD 1,4 Miliar, Jokowi: Belum Cukup
Presiden Joko Widodo (Jokowi) baru saja meresmikan dana pandemi atau pandemic fund. Namun, Jokowi mengungkapkan dana yang terkumpul masih belum mencukupi.
“Saya menyampaikan terima kasih kepada para donor dari negara-negara anggota G20 dan non G20 serta dari lembaga-lembaga filantropi yang telah memberikan kontribusi. Namun dana yang terkumpul masih belum mencukupi,” kata Jokowi secara virtual dalam acara launching Pandemic Fund di G20, Minggu (13/11/2022).
Diketahui, komitmen dana pandemi atau Pandemic Fund kini sudah terkumpul USD 1,4 miliar. Dana tersebut disumbangkan oleh 20 negara anggota G20 plus tiga lembaga filantropi, termasuk Indonesia.
Dalam hal ini, Indonesia telah menyetor dana sekitar USD 50 juta, atau setara Rp 774,5 miliar (kurs Rp 15.490 per dolar AS).
Oleh karena itu, Jokowi mengharapkan dukungan yang lebih besar lagi untuk dana pandemi ini. Selain kontribusi dana, Jokowi mengajak semua pihak untuk mendukung beberapa inisiatif.
Diantaranya, pembentukan platform koordinasi penanggulangan darurat kesehatan, berbagai data Genome internasional untuk mendukung pemantauan pathogen, pengembangan jaringan digital secara global, serta sertifikasi vaksin untuk memfasilitasi keamanan perjalanan internasional, dan pembentukan pusat penelitian dan Manufaktur yang lebih adil dan merata.
Lebih lanjut, kata Jokowi, sebenarnya pembiayaan pandemic fund ini dibutuhkan sebesar USD 31,1 miliar setiap tahunnya untuk membiayai sistem pencegahan, persiapan dan respon terhadap pandemi di masa yang akan datang. Penghitungan tersebut berdasarkan studi yang dilakukan bank dunia dan organisasi kesehatan dunia awal tahun ini.
“Untuk itu G20 telah sepakat untuk membentuk dana pandemi bagi kepentingan pencegahan, persiapan dan respon terhadap pandemi. Saya menyampaikan terima kasih kepada para donor dari negara-negara anggota G20 dan non G20 serta dari lembaga-lembaga filantropi yang telah memberikan kontribusi,” pungkasnya.
Jokowi Resmikan Pandemic Fund di G20, Bantu Dunia Hadapi Pandemi
Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan dana pandemi atau pandemic fund. Tujuan dibentuk pandemic fund agar dunia lebih mempersiapkan diri dalam menghadapi pandemi berikutnya.
“Saya ucapkan terima kasih atas kontribusinya untuk dana pandemi dan mengucap Bismillahirrohmanirrohim saya luncurkan dana pandemi hari ini,” kata Jokowi secara virtual dalam perhelatan Presidensi G20 Indonesia, Minggu (13/11/2022).
Jokowi mengatakan, dalam 3 tahun terakhir ini seluruh dunia menghadapi disrupsi terberat yang dikarenakan pandemi covid-19. Telah terbukti bahwa di dunia tidak siap menghadapi pandemi, dunia tidak mempunyai arsitektur kesehatan yang handal untuk mengelola pandemi.
“Oleh karena itu kita ketahanan komunitas internasional dalam menghadapi pandemi,” ujarnya.
Menurut Jokowi, pandemi tidak boleh lagi memakan banyak korban jiwa, pandemi tidak lagi meruntuhkan sendi-sendi perekonomian Global. Dengan semangat itulah presidensi Indonesia di G20 terus dorong penguatan arsitektur Kesehatan Global, untuk mewujudkan sistem Kesehatan Global yang lebih handal terhadap risiko, serta lebih inklusif dan berkeadilan.
“Untuk itu dalam jangka pendek Ini pertama dunia harus mempunyai kapasitas pembiayaan untuk mencegah dan menghadapi pandemi. Kedua membangun ekosistem kesehatan yang disinergikan lintas-negara,” ujarnya.
Terkait pembiayaan pandemic fund ini dibutuhkan sebesar USD 31,1 miliar setiap tahunnya untuk membiayai sistem pencegahan, persiapan dan respon terhadap pandemi di masa yang akan datang. Penghitungan tersebut berdasarkan studi yang dilakukan bank dunia dan organisasi kesehatan dunia awal tahun ini.
“Untuk itu G20 telah sepakat untuk membentuk dana pandemi bagi kepentingan pencegahan, persiapan dan respon terhadap pandemi. Saya menyampaikan terima kasih kepada para donor dari negara-negara anggota G20 dan non G20 serta dari lembaga-lembaga filantropi yang telah memberikan kontribusi,” ujarnya.
Namun, dana yang terkumpul masih belum mencukupi, Jokowi mengharapkan dukungan yang lebih besar lagi untuk dana pandemi ini. Selain kontribusi dana, Presiden Jokowi juga mengajak semua pihak untuk mendukung beberapa inisiatif.
Antara lain, pembentukan platform koordinasi penanggulangan darurat kesehatan, berbagai data Genome internasional untuk mendukung pemantauan patogen, pengembangan jaringan digital secara global, serta sertifikasi vaksin untuk memfasilitasi keamanan perjalanan internasional, dan pembentukan pusat penelitian dan Manufaktur yang lebih adil dan merata.
Advertisement