Liputan6.com, Jakarta Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) merevisi pertumbuhan ekonomi Asia dan Pasifik tahun ini. ABD meramalkan pertumbuhan ekonomi kawasan Asia-Pasifik tahun ini hanya akan tumbuh 4,2 persen dari sebelumnya akan tumbuh 4,3 persen.
“Asia dan Pasifik akan terus pulih, tetapi kondisi global yang memburuk menunjukkan bahwa momentum di kawasan ini akan melambat seiring kita menyongsong tahun baru,” kata Kepala Ekonom ADB, Albert Park dalam keterangan resmi yang diterima merdeka.com, Jakarta, Kamis (15/12).
Baca Juga
Albert membeberkan direvisinya pertumbuhan ekonomi kawasan ini karena banyaknya pengetatan kebijakan moneter di bank sentral masing-masing negara. Kemudian masih ada ya dampak invasi yang dilakukan Rusia kepada Ukraina.
Advertisement
Tak terkecuali kebijakan penguncian wilayah (lockdown) yang dijalankan China. Beberapa hal tersebut menjadi kontributor melambatnya pertumbuhan ekonomi kawasan Asia-Pasifik. "Ini telah memperlambat pemulihan kawasan Asia yang sedang berkembang," ungkapnya.
Sementara itu dari sisi tingkat inflasi, tahun ini Asia-Pasifik diperkirakan lebih rendah dari proyeksi sebelumnya. Secara tahunan inflasi kawasan akan berada di level 4,4 persen dari sebelumnya di level 4,5 persen.
Kawasan Asia-Pasifik Pulih pada 2023
Meski begitu, ADB meyakini pertumbuhan ekonomi pada 2023 kawasan Asia-Pasifik akan bangkit. Tercermin dari proyeksi pertumbuhan ekonomi di tahun 2023 yang lebih tinggi dari 2022.
ADB memprediksi pertumbuhan ekonomi pada tahun 2023 sebesar 4,6 persen, lebih tinggi dari prediksi pertumbuhan 2022 sebesar 4,2 persen.
Sementara itu terkait tingkat inflasi kawasan Asia Pasifik diproyeksikan ada di level 4,0 persen. Inflasi tahun depan akan makin terkendali dibandingkan tahun ini yang akan berada di level 4,2 persen.
"ADB menaikkan proyeksinya untuk tahun depan menjadi 4,2 persen dari sebelumnya 4,0 persen akibat berlanjutnya tekanan inflasi dari energi dan pangan," pungkasnya.
Advertisement
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Diyakini Masih Sentuh 5 Persen di 2023
Pemerintah masih tetap optimistis Indonesia akan mencatatkan pertumbuhan ekonomi diatas 5 persen. Mengingat tren pertumbuhan yang terjadi selama 2022 ini.
Sekretaris Kementeria Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijowo Moegiarso mengungkap hal tersebut. Dia melihat juga ada peran dari Presidensi G20 Indonesia yang ikut serta mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Susiwijono tak memungkiri ada berbagai tantangan yang perlu diahadapi. Mulai dari berkurangnya permintaan di ranah global, hingga inflasi yang terus meningkat di berbagai negara.
"Menghadapi berbagai tantangan global ini pemerintah siap mengantisipasi, kalau kita lihat pertumbuhan ekonomi kita di 2022, ini sampai kuartal III sampai 5,72 persen, kita bisa yakin 5,3 5,4 persen (di akhir tahun). Di 2023 mengacu indikator makro dan leading indicator lain, kami masih yakin bisa diatas 5 persen," ujarnya dalam Inspirato Sharing Session Liputan6.com bertajuk 'Jadikan G20 Bali Declaration Pijakan Ekonomi Bangkit', Jumat (9/12/2022).
Bahkan dia meyakini kalau Indonesia bisa mencatatkan pertumbuhan lebih baik dari negara lain. Ini juga sejalan dengan prediksi berbagai lembaga dunia seperti IMF dan Bank Dunia.
Optimismenya ini tak terlepas dari peran Indonesia menjadi presidensi G20 dan ketua ASEAN Summit di 2023 mendatang. Selain Indonesia, dia juga meyakini kalau kawasan Asia akan mencatatkan pertumbuhan yang sama baiknya.
"Prinsipnya, kita jauh lebih baik dari negara lain. Ditengah ketidakpastian global, kita optimis ekonomi kita masih baik," sambungnya.
Inflasi Bisa Terkendali
Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi, pemerintah juga menjamin bisa tetap menjaga tingkat inflasi. Kendati dalam beberapa waktu belakangan tingkat inflasi Indonesia mengalami sedikit kenaikan.
Susiwijono tak menampik hal itu. Namun, menurutnya ada sederet langkah yang dilakukan pemerintah dalam mengendalikan inflasi. Sebut saja, Tim Pengendali Inflasi Pusat (TPIP) dan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) yang terus bergerak.
"Inflasi, saya sih sangat yakin di 2023 bisa kembali ke rentang sasaran kita. Mungkin tahun ini kita bisa kejar di bawah 6 persen, tahun depan tetap di kisaran 3 plus-minus 1 persen (2-4 persen)," ujarnya.
Advertisement