Uang Beredar di Indonesia Capai Rp 8.296,1 Triliun pada November 2022

Pertumbuhan uang beredar dalam arti luas pada November 2022 terutama dipengaruhi oleh perkembangan penyaluran kredit dan aktiva luar negeri bersih.

oleh Tira Santia diperbarui 23 Des 2022, 12:50 WIB
Diterbitkan 23 Des 2022, 12:50 WIB
Persiapan Uang Tunai Bi
Petugas melakukan pengepakan lembaran uang rupiah di Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (21/12). Bank Indonesia (BI) mempersiapkan Rp 193,9 triliun untuk memenuhi permintaan uang masyarakat jelang periode Natal dan Tahun Baru. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) menunjukkan bahwa likuiditas perekonomian yang tercermin dalam uang beredar dalam arti luas (M2) pada November 2022 tumbuh positif. Posisi uang beredar dalam arti luas pada November 2022 tercatat sebesar Rp 8.296,1 triliun.

"Angka ini atau tumbuh 9,5 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (yoy)," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono," dikutip dari keterangan tertulis, Jumat (23/12/2022). 

Perkembangan uang beredar dalam arti luas tersebut didorong oleh pertumbuhan uang beredar dalam arti sempit (M1) sebesar 11,7 persen (yoy). Untuk diketahui, uang beredar dalam arti sempit terdiri dari Uang Kartal di Luar Bank umum dan BPR, Giro Rupiah dan Tabungan Rupiah yang Dapat Ditarik Sewaktu-waktu.

Erwin melanjutkan, pertumbuhan uang beredar dalam arti luas pada November 2022 terutama dipengaruhi oleh perkembangan penyaluran kredit dan aktiva luar negeri bersih. Penyaluran kredit pada November 2022 tumbuh 10,8 persen (yoy), seiring dengan perkembangan kredit produktif.

Aktiva luar negeri bersih juga tercatat tumbuh positif sebesar 1,0 persen (yoy), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada periode sebelumnya yang terkontraksi sebesar 3,8 persen (yoy).

Sementara itu, tagihan bersih sistem moneter kepada Pemerintah Pusat terkontraksi 17,2 persen (yoy), setelah pada bulan sebelumnya terkontraksi sebesar 16,8 persen (yoy).


Kredit Melesat, Uang Beredar Tembus Rp 8.222,2 Triliun di Oktober 2022

IHSG Berakhir Bertahan di Zona Hijau
Petugas menata tumpukan uang kertas di Cash Center Bank BNI di Jakarta, Kamis (6/7). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada sesi I perdagangan hari ini masih tumbang di kisaran level Rp13.380/USD. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) mencatat likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada Oktober 2022 mencapai Rp8.222,2 triliun atau tumbuh 9,8 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy) berkat melesatnya pertumbuhan kredit.

Pertumbuhan M2 pada bulan lalu juga tercatat lebih tinggi dari pertumbuhan pada bulan September 2022 yang sebesar 9,1 persen (yoy).

"Pertumbuhan M2 pada Oktober 2022 terutama dipengaruhi oleh perkembangan penyaluran kredit," ungkap Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dikutip dari Antara, Rabu (23/11/2022).

Penyaluran kredit pada Oktober 2022 tumbuh 11,7 persen (yoy) menjadi Rp6.314,4 triliun, setelah bulan sebelumnya tumbuh 10,8 persen (yoy), yang terutama ditopang penyaluran kredit produktif (investasi).

Peningkatan penyaluran kredit terjadi baik pada nasabah korporasi yang tumbuh 14 persen (yoy) maupun perorangan, yakni 10,4 persen (yoy).

Sementara itu, Bank Indonesia menyatakan tagihan bersih sistem moneter kepada pemerintah pusat terkontraksi 16,8 persen (yoy), setelah bulan sebelumnya terkontraksi sebesar 32,5 persen (yoy).

Aktiva luar negeri bersih tercatat mengalami kontraksi sebesar 3,8 persen (yoy), setelah terkontraksi sebesar 5,3 persen (yoy) pada September 2022.


Pendorong Lain

Selain itu, perkembangan M2 juga didorong oleh pertumbuhan uang beredar dalam arti sempit (M1) sebesar 14,9 persen (yoy) dari bulan sebelumnya yang hanya tumbuh 13,5 persen (yoy).

M1 meliputi uang kartal di luar Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang tumbuh 5,5 persen (yoy) , giro rupiah 32,6 persen (yoy), serta tabungan rupiah ditarik sewaktu-waktu 6,9 persen (yoy).

Komponen M2 lainnya yaitu uang kuasi, dengan pangsa 42,7 persen, tercatat tumbuh melambat dari 3,8 persen (yoy) pada September 2022 menjadi 3,5 persen (yoy) pada Oktober 2022 menjadi Rp3.511,7 triliun. Sementara surat berharga selain saham tumbuh 29 persen (yoy) menjadi Rp26 triliun.

Komponen uang kuasi terdiri dari simpanan berjangka (rupiah dan valuta asing/valas) yang meningkat 0,3 persen (yoy), tabungan lainnya (rupiah dan valas) 16 persen (yoy), serta giro valas 14,3 persen (yoy). 

Infografis Rupiah dan Bursa Saham Bergulat Melawan Corona
Infografis Rupiah dan Bursa Saham Bergulat Melawan Corona (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya