Kisah Kreativitas Kelompok Usaha asal Serdang Bedagai, Sulap Anyaman Pandan Jadi Produk Bernilai Tinggi hingga ke Pasar Ekspor

Desa Pantai Cermin kanan, kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara menjadi sentra kerajinan anyaman penghasil lembaran tikar dengan bahan baku pandan.

oleh Tira Santia diperbarui 25 Jan 2023, 13:30 WIB
Diterbitkan 25 Jan 2023, 13:25 WIB
Eva Harlia perempuan asal Dusun III Desa Pantai Cermin kanan, kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara, pengusaha kerajinan anyaman pandan dengan nama  "Menday Gallery and souvenir".
Eva Harlia perempuan asal Dusun III Desa Pantai Cermin kanan, kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara, pengusaha kerajinan anyaman pandan dengan nama  "Menday Gallery and souvenir".

Liputan6.com, Jakarta -  Eva Harlia perempuan asal Dusun III Desa Pantai Cermin kanan, kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara, telah berkecimpung selama 13 tahun di dunia seni kerajinan anyaman pandan. Usaha kerajinan anyaman pandan bernama "Menday Gallery and souvenir".

Sejak dulu daerah Eva tinggal memiliki sumber daya alam yang cukup melimpah, terutama pohon pandan. Karena pandan merupakan tumbuhan endemik yang tumbuh subur di pesisir pantai.

Oleh karena itu, daerahnya menjadi sentra kerajinan anyaman penghasil lembaran tikar dengan bahan baku pandan. Melihat hal itu, Eva pun tergerak untuk melestarikan keunggulan di daerahnya tersebut.

"Di sini termasuk sentra, memang dari orang tua kami sudah bergelut di bidang anyaman ini penghasil lembaran tikar. Dari situlah saya tergerak memulai usaha ini dari 2010, sudah 13 tahun saya berkecimpung di usaha ini," kata Eva.

Dengan modal awal digenggam hanya Rp 500 ribu, digunakan untuk membeli bahan baku pendukung agar anyaman pandan tersebut bernilai jual tinggi. Produk dihasilkan kelompok usaha ini bervariasi, diantaranya aneka tikar, sandal, aneka tas dan souvenir anyaman Pandan, serta box dari anyaman berbagai bentuk.

Harga yang paling murah untuk souvenir dibanderol Rp 5.000, sedangkan kerajinan tikar berukuran besar, dan motifnya sulit, itu dijual dengan harga Rp 7,5 juta. Produk yang paling laku di beli adalah produk tas seperti goody bag, karena produk itu sedang trend di kalangan masyarakat.

Eva mampu memproduksi kerajinan anyaman hingga ribuan per bulan. Karena telah menggunakan mesin jahit, sehingga bisa mempermudah dan mempercepat produksi.

Selama ini, produk kerajinan anyaman dijual secara offline dan online. Untuk offline, produk anyaman pandan milik Eva bisa ditemukan di beberapa gallery oleh-oleh di wilayah Serdang Bedagai, Sumatera Utara.

Awalnya, Eva dan kelompok usahanya mengalami kendala dari segi pemasaran. Karena tingkat pendidikan mereka rendah, sehingga kurang memahami cara memasarkan produk secara digital.

Dalam produksinya pun, Eva dibantu oleh kelompok usaha yang terdiri dari 300 orang perempuan. Kelompok usaha ini terbagi menjadi beberapa bagian, diantaranya penyedia bahan baku, yang menyiapkan bahan baku berasal dari kalangan ibu rumah tangga yang memang tinggal di pesisir pantai dan mereka mengolah daun pandan setengah jadi, dalam bentuk daun kering.

Kemudian, masuk kebagian yang bertugas pengerjaan khusus lembaran tikar, selanjutnya diolah menjadi berbagai bentuk. Jam Kerja bagi para perajin maksimal 7 jam per hari.

 

Bantuan BRI

Para perempuan Desa Pantai Cermin kanan, kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara, perajin anyaman pandan.
Para perempuan Desa Pantai Cermin kanan, kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara, perajin anyaman pandan.

Eva ternyata merupakan salah satu nasabah KUR BRI. Melihat ada peluang terbuka menambah modal dari BRI. Dia memberanikan diri mengajukan pinjaman KUR sebesar Rp 25 juta untuk membeli peralatan berupa mesin jahit dan lainnya. Dari sini, usahanya berkembang.

Bahkan dia kerap menerima pemesanan souvenir dari BRI. Berangkat dari kemitraan itulah, BRI memberikan bantuan berupa bangunan sebagai tempat kerajinan dibuat kelompok usaha ini.

"Kami kan rumah produksi menyatu dengan rumah tinggal, jad BRI memberikan kami hibah bangunan gallery pemasaran untuk produk anyaman pandan. Dari sisi pendanaan, hanya KUR yang cocok untuk kami karena dari segi suku bunganya sangat rendah, dan itu sangat membantu permodalan kami," ujarnya.

Selain mendapat hibah dan pinjaman usaha dari BRI, Kelompok Usaha ini mendapat Juara 3 Program CSR BRI Peduli Pemberdayaan Kelompok Usaha Perempuan.

BRI juga aktif mengajak dan mengikutsertakan kelompok usaha "Menday Gallery and souvenir" dalam beberapa pameran maupun bazar.

Menariknya, produk kerajinan anyaman pandan milik kelompok usaha Eva ini sudah pernah ekspor sandal anyaman ke Singapura selama tiga tahun meski masih dalam skala kecil.

Kedepannya, Eva pun berencana ingin mengekspor kembali. Kembali dia berharap dukungan dari BRI terkait informasi pasar ekspor yang cocok untuk produk kerajinan anyamannya.

"Teman-teman ibu rumah tangga, selama ada niat dan mau, peluang usaha itu bisa muncul dari apa saja. Terlebih dari sumber daya terdekat kita dahulu, bisa dari hobi yang menghasilkan pundi-pundi rupiah yang bisa untuk menambah pemasukan," ujarnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya