Liputan6.com, Garut - Fenomena alam pergerakan tanah di Kampung Sawahjoho, Desa Singajaya, Kecamatan Singajaya, Kabupaten Garut, Jawa Barat, semakin meluas. Warga pun was-was akan nasib mereka.
"Kami mulai memikirkan bagaimana jika tanggap darurat selesai, pengungsian mau ke mana," ujar Sekdes Desa Singajaya Saiful Subhan, Rabu (9/4/2025).
Seperti diketahui, sepekan setelah lebaran Idul Fitri 1446H/2025, ratusan masyarakat Sawahjoho, Singajaya, Garut dari 49 KK, dikejutkan dengan fenomena pergerakan tanah di sekitar pemukiman mereka.
Advertisement
Dampaknya, puluhan rumah menjadi rusak dan puluhan tempat tinggal lainnya terancam untuk tidak ditinggali akibat musibah alam itu.
"Tanggap darurat sudah ditetapkan dua pekan oleh Pemda Garut, kami juga berupaya untuk menyiapkan rumah sementara sambil menunggu proses relokasi," papar dia.
Menurutnya, musibah pergeseran tanah di Sawahjoho membuat masyarakat resah. Pergeseran tanah terjadi setiap saat, hingga mengancam keselamatan mereka.
"Lokasi tersebut sudah tidak layak ditempati," ujar dia.
Soni, (45), salah satu tokoh pemuda Sawahjoho RT 3 RT 3 mengatakan, untuk melakukan relokasi warga, BPBD beserta masyarakat sekitar telah memilih tugas titik lokasi relokasi yakni kampung Cikadu, kampung Baru Tugu, dan Nyangkewok, dekat SMP 1 Singajaya.
"Di mana pun ditempatkan kami siap untuk menyelamatkan masyarakat kami," kata dia.
Namun masukan dari beberapa warga terdampak, diharapkan rencana lahan relokasi mempertimbangkan akses jalan desa, serta dekat dengan pemukiman warga.
"Mohon kategori itu bisa menjadi pertimbangan pemerintah," kata dia berharap.
Sementara itu, hasil pendataan yang dilakukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut, mencatat sebanyak 49 Kepala Keluarga (KK) mengalami dampak musibah alam tersebut.
Rinciannya, sebanyak 20 rumah terdampak langsung, dan sisanya 29 terancam. Bahkan data terbaru mencatat, sebanyak 2 KK di Kampung Puncak Salam ikut terdampak.
"Jadi yang terdampak itu memang sudah tidak layak untuk di tempati dan yang terancam kemungkinan kedepannya bisa terjadi gerakan tanah susulan," ujar Nasheer, petugas BPBD Garut.
Untuk meminimalkan dampak dari musibah itu, lembaganya terus berkoordinasi dengan BMKG, sambil mengamati pergerakan yang terjadi.
"Jadi supaya lebih tepatnya berapa yang benar-benar terancam gerakan tanah," kata dia.
Tidak hanya itu, lembaganya telah mencari lahan untuk rencana relokasi warga terdampak yakni Baru Tugu, Cidahu dan Nyangkewok, depan SMP 1 Singajaya.
"Kedepanya pemukiman yang terdampak dan terancam bisa direlokasi ataupun dilakukan upaya mitigasi stuktrural," ujar dia.
Hasil analisa sementara, pergeseran tanah di kawasan Sawahjoho menemukan fakta antara lain : kemiringan tanah rata-rata dikawasan itu berada di angka 18 - 35 derajat.
"Itu termasuk lereng agak curam sampai sangat curam," ujar dia.
Selain itu, kawasan terdampak pergerakan tanah Sawahjoho memiliki curah hujan yang cukup tinggi, sehingga membuat kondisi tanah dalam posisi jenuh air.
"Tanah di sana berasal dari hasil pelapukan batuan vulkanik berupa tuf dan breksi tuf yang sifatnya dapat menampung dan mengalirkan air," kata dia.
Sedangkan pada lapisan bawah tanah terdapat lapisan yang kedap air yang berpotensi mengalami pergeseran. "Apabila tanah tersebut jenuh air maka kekuatan geser tanah berkurang sehingga terjadi pergeseran tanah," ujar dia menegaskan.