Liputan6.com, Jakarta - Kurs USD atau dolar ASÂ terhadap rupiah terpantau di sekitar Rp 15.000 pada awal pekan atau Senin hari ini, 30 Januari 2023.
Berdasarkan pantauan di laman resmi Bank Indonesia, Senin (30/1/2023) kurs jual USD dengan rupiah hari ini berada di Rp 15.052,89 per USD, sementara kurs beli dipatok Rp 14.903,11.Â
Sementara nilai jual Euro berada di Rp 16.371,52, dan kus beli sebesar Rp 16.204,15, dan nilai jual Poundsterling Inggris Rp 18.632,47 per pound serta kurs jual Rp 18.444,09.
Advertisement
Dolar Australia kini memiliki nilai jual sebesar Rp 10.693,57 per AUD dengan kurs beli Rp 10.585,68.
Adapun kurs jual Yen Jepang yang berada di Rp 11.584,49 per 100 Yen dan harga beli Rp 11.468,34 per 100 Yen. Sedangkan Yuan China berada di Rp 2.219,37 untuk jual dan Rp 2.195,99 untuk kurs beli.
Selanjutnya adalah Won Korea Selatan yang kini memiliki kurs jual Rp 12,20 dan kurs beli Rp 12,07 per Won. Kemudian ada kurs jual dolar Hong Kong yang berdiri di Rp 1.922,32 per HKD dan kurs beli Rp 1.903,12.
Berlanjut di kurs jual dan beli negara tetangga Asia Tengara, kurs jual dolar Singapura hari ini dipatok Rp 11.454,90 dan kurs beli Rp 11.336,61 per SGD. Sedangkan harga jual Ringgit Malaysia kini di Rp 3.556,08 per Ringgit dan kurs beli Rp 3.516,54.Â
Kurs jual Peso Filipina saat ini sebesar Rp 276,40 dan kurs beli Rp 273,50 per PHP.
Kurs Rupiah Perkasa di Awal Pekan, tapi Berpotensi Tembus 15.000 per Dolar AS
Penguatan terjadi pada nilai tukar Rupiah pada Senin pagi, 30 Januari 2023.
Nilai tukar rupiah menguat pada Senin pagi seiring pasar menunggu hasil pertemuan pertama Komite Pasar Terbuka Federal atau The Federal Open Market Committee (FOMC) pekan ini.
Kurs rupiah pada Senin pagi dibuka menguat 11 poin atau 0,07 persen ke posisi 14.975 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Jumat (27/1) 14.986 per dolar AS.
"Rupiah relatif akan bergerak sideways (datar) hari ini ke kisaran Rp14.926 per dolar AS hingga Rp15.022 per dolar AS," kata Analis Pasar Uang Bank Mandiri Reny Eka Putri dikutip dari Antara, Senin (30/1/2023).
Reny menuturkan pada akhir bulan data-data domestik cenderung minim sehingga pelaku pasar akan lebih terpengaruh oleh sentimen dari eksternal seperti pertemuan FOMC pada pekan ini terkait kebijakan suku bunga acuan di Amerika Serikat (AS).
Pergerakan tenang menjelang pertemuan kebijakan dari bank sentral AS (Federal Reserve/Fed), Bank Sentral Eropa (ECB) dan Bank Sentral Inggris (BoE) pekan ini.
The Fed secara luas diperkirakan akan memberikan kenaikan suku bunga 25 basis poin (bps), sementara ECB dan BoE kemungkinan akan menaikkan suku bunga masing-masing sebesar 50 basis poin.
Menurut Reny, perkiraan kenaikan suku bunga acuan AS, Fed Funds Rate, sebesar 25 (bps) sesuai dengan perkembangan data-data ekonomi AS terakhir dengan tekanan inflasi yang mulai menurun.
Advertisement
PDB AS
Departemen Perdagangan AS melaporkan pada Kamis (26/1) bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) AS meningkat pada tingkat tahunan sebesar 2,9 persen di kuartal keempat tahun 2022, meningkat pada tingkat di atas normal untuk kuartal kedua berturut-turut.
Untuk tahun 2022 secara keseluruhan, PDB AS tumbuh 2,1 persen. Dolar AS juga menguat mengikuti data PDB.
Departemen Perdagangan AS juga mencatat pesanan baru untuk manufaktur barang tahan lama AS tumbuh 5,6 persen pada Desember, setelah jatuh 1,7 persen pada November. Para ekonom memperkirakan pesanan barang tahan lama melonjak sebesar 2,5 persen.
Selain itu Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa klaim pengangguran awal AS turun 6.000 menjadi 186.000 dalam pekan yang berakhir 21 Januari, terendah sejak April 2022.
Pada Jumat (27/1) kurs rupiah ditutup turun 38 poin atau 0,25 persen ke posisi 14.986 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.948 per dolar AS.
Rupiah Lebih Perkasa dari Ringgit Malaysia dan Rupee India di Awal 2023
Sebelumnnya, Bank Indonesia (BI) melaporkan, nilai tukar rupiah pada Januari 2023 terus menunjukan penguatan, sehingga turut mendukung stabilitas perekonomian Indonesia.
"Rupiah pada awal tahun 2023 mengalami apresiasi. Sampai dengan 18 Januari 2023 menguat 3,18 persen secara point to point, dan 1,2 persen secara rerata dibandingkan desember 2022," terang Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Kamis (19/1/2023).
Perry menyatakan, kurs rupiah pada awal tahun ini lebih perkasa dibanding mata uang sejumlah negara tetangga, semisal ringgit Malaysia, peso Filipina, hingga rupee India.
"Penguatan rupiah tersebut relatif lebih baik dibandingkan apresiasi mata uang sejumlah negara berkembang lainnya. Seperti, Filipina 2,08 persen ptp year to date, malaysia 2,04 persen ptp year to date, dan India 1,83 persen ptp year to date," jelasnya.
Perry mengatakan, penguatan nilai tukar rupiah tersebut didorong oleh aliran modal masuk asing (capital inflow) ke pasar keuangan domestik.
"Itu sejalan dengan persepsi positif investor terhadap prospek ekonomi domestik yang tetap baik, dengan stabilitas yang terjaga imbal hasil aset keuangan domestik yang tetap menarik dan ketidakpastian pasar keuangan global yang sedikit mereda," ungkapnya.
Menurut dia, penguatan rupiah akan terus berlanjut ke depan. Sehingga memastikan ketahanan ekonomi domestik terhadap ancaman resesi yang melanda sejumlah negara maju dunia.
"Ke depan, faktor-faktor fundamental ini mendasarkan kepada perkiraan Bank Indonesia, bahwa nilai tukar rupiah ke depan akan terus menguat. Sejalan dengan prospek ekonomi yang semakin baik, dan karenanya akan mendorong penurunan inflasi lebih lanjut," tuturnya.
Advertisement