Liputan6.com, Jakarta Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, menyebut tahun 2023 masih belum bersahabat artinya tetap harus waspada. Ini dikarenakan kondisi global masih bergejolak dan dilanda ketidakpastian.
"2023 kita harus waspada Global masih belum bersahabat masih bergejolak tapi dengan keyakinan kita mari kita optimis," kata Perry dalam Laporan Transparansi dan Akuntabilitas Bank Indonesia (LTABI) 2022, Senin (30/1/2023).
Namun, Bank Indonesia tetap optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini bisa tumbuh di kisaran 4,5 persen hingga 5,3 persen.
Advertisement
"Bank Indonesia memperkirakan di tahun 2023 ini pertumbuhan 4,5 sampai 5,3 persen kemungkinan sekitar 4,9 persen, bisa saja konsumsi cepat bisa mengarah ke 5 persen (pertumbuhannya)," ujarnya.
Perry juga memastikan inflasi tahun 2023 bisa turun menjadi 4 persen di Semester I. Sebelumnya inflasi tercatat di kisaran 5,51 persen. Begitupun dengan inflasi indeks harga konsumen dipastikan bisa di bawah 4 persen.
"Inflasi dari 5,5 persen, kami pastikan inflasi inti di bawah 4 persen di semester I (2023), dan inflasi indeks harga konsumen setelah dampak dari base effect kenaikan harga BBM di bulan September akan di bawah 4 persen bandingkan dengan dunia yang masih high inflation," ujarnya.
Lebih lanjut, Perry Warjiyo menyampaikan, tiga hal mengenai pandangan prospek perekonomian ke depan. Pertama, bersyukur dan optimis bahwa stabilitas perekonomian tetap terjaga dan berlanjutnya proses pemulihan perekonomian serta waspada akan dampak gejolak perekonomian global terhadap kinerja perekonomian nasional.
Kedua, pentingnya konsistensi, inovasi, dan sinergi (KIS) dalam menjaga stabilitas perekonomian di tengah tantangan yang makin mengemuka. Ketiga, transparansi dan akuntabilitas perlu dikomunikasikan dengan baik untuk mendukung efektivitas kebijakan melalui pembentukan rational expectation.
Perry Warjiyo: Arah Kebijakan Moneter Bank Indonesia 2023 Masih Pro Stabilitas
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, menyampaikan bahwa arah kebijakan bank sentral di 2023 tidak berbeda jauh dengan yang telah dijalankan pada 2022. Perry memastikan bahwa Bank Indonesia masih akan tetap pro-stabilitas (pro-stability) dan pro-pertumbuhan (pro-growth).
"Tahun lalu, maupun masa sekarang tahun ini instrumen moneter kami adalah pro-stability. Konsisten pro-stability," kata Perry dalan peluncuran Laporan Transparansi dan Akuntabilitas Bank Indonesia (LTABI) 2022, Senin (30/1/2023).
Untuk makroprudensial, sistem pembayaran, pasar uang, dan inklusi ekonomi arah kebijakannya pro-growth. Sedangkan untuk kebijakan moneter, Bank Indonesia akan mengarahkan untuk menurunkan inflasi dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
"Kalau kaidah teori yang memang moneter hanya begitu. Tapi sekarang kami punya bauran kebijakan. Moneternya pro-stability, makroprudensialnya pro-growth," ujarnya.
Sejauh ini Bank Indonesia sudah menaikkan suku bunga 225 basis poin (bps). Artinya, bank Indonesia selalu transparan dalam menyampaikan informasi.
"Sudah jelas bahwa 225 (bps) memadai. Itu jelas sekali. Tidak ada kata-kata lebih transparan, forward guidance-nya," imbuh Perry.
Advertisement
Nilai Tukar Rupiah
Di samping itu, Bank Indonesia meyakini jika nilai tukar rupiah akan menguat tahun ini. Hal itu didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang menunjukkan kinerja positif.
"Kami meyakini nilai tukar Rupiah akan menguat karena faktor fundamental semuanya memberikan justifikasi dasar bahwa nilai tukar Rupiah akan menguat," kata Perry.
Meskipun kondisi global masih bergejolak, Perry menegaskan, Bank Indonesia tidak akan ragu melakukan intervensi stabilisasi nilai tukar rupiah.