Gubernur BI: Ada Peluang Penurunan Suku Bunga Acuan

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan, pihak bank sentral memiliki arah kebijakannya sendiri terhadap suku bunga acuan.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana Diperbarui 19 Feb 2025, 16:50 WIB
Diterbitkan 19 Feb 2025, 16:50 WIB
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dan Dewan Gubernur BI dalam konferensi pers RDG Oktober 2024, di Gedung BI, Jakarta, Rabu (20/11 /2024). (Tira/Liputan6.com)
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dan Dewan Gubernur BI dalam konferensi pers RDG Oktober 2024, di Gedung BI, Jakarta, Rabu (20/11 /2024). (Tira/Liputan6.com)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan, pihak bank sentral memiliki arah kebijakannya sendiri terhadap suku bunga acuan.

Sehingga, tidak akan mengikuti begitu saja bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed, yang mempersempit kemungkinan adanya pemangkasan suku bunga acuan Fed Fund Rate.

Meskipun, Bank Indonesia dalam rapat dewan gubernur (RDG) pada Februari 2025 memutuskan untuk menahan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di level 5,75 persen.

Perry mengatakan, Bank Indonesia setiap pekan terus melakukan update terhadap perubahan-perubahan kebijakan dari Presiden AS Donald Trump, semisal soal impor tarif.

"Bagaimana itu berdampak, berimplikasi pada respon kita di BI-Rate. Kami tetap melihat ruang penurunan BI-Rate lebih lanjut. BI-Rate itu kita rumuskan, bagaimana arah inflasi ke depan dan arah pertumbuhan ekonomi di luar negeri," imbuhnya dalam konferensi pers RDG BI Februari 2025, Rabu (19/2/2025).

"Kalau kami mengatakan, (tetap) ada ruang penurunan BI-Rate, karena kami melihat inflasinya rendah, dan kami terus turut mendukung pertumbuhan ekonomi," Perry menegaskan.

Kapan Suku Bunga Turun?

Hanya saja, ia menekankan, waktu pemangkasan BI-Rate masih harus mempertimbangkan dinamika global. Dengan mengacu pada angka inflasi dan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Bulan lalu timing-nya tepat. Kenapa di bulan lalu perkiraan pertumbuhan ekonomi bulan lalu kita revise down. Sehingga kami dorong suku bunga," kata Perry.

Saat ini, Bank Indonesia bersama dengan pemerintah terus memantau prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia 2025 sesuai data-data terakhir. Termasuk dampak perubahan global terhadap ekspor Indonesia, imbas dinamika global terhadap program Asta Cita Presiden Prabowo Subianto yang mendorong pertumbuhan ekonomi 8 persen, hingga pengaruh daripada efisiensi kebijakan fiskal.

"Ini masih terlalu awal melihat ke situ. Dan kami akan melihat ke sana ke depan. Intinya, arahnya ada, ruangnya ada, timing-nya adalah dari dinamika global," ucap Perry Warjiyo.

 

 

The Fed Pangkas Bunga Acuan Sekali Saja

Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia Gratis, Ini Syaratnya
Karyawan menghitung uang kertas rupiah yang rusak di tempat penukaran uang rusak di Gedung Bank Indonessia, Jakarta (4/4). Selain itu BI juga meminta masyarakat agar menukarkan uang yang sudah tidak layar edar. (Merdeka.com/Arie Basuki)... Selengkapnya

Di sisi lain, Perry memperkirakan, The Fed hanya akan satu kali menurunkan suku bunga acuan (Fed Fund Rate) di tahun ini, pada semester II 2025.

Pasalnya, setelah membaca arah kebijakan The Fed, Perry menilai situasi ekonomi di Amerika Serikat saat ini membaik, meskipun masih dihadapi tingkat inflasi tinggi.

"Sehingga bacaan-bacaan kami termasuk juga penjelasan dari Jerome Powell (Bos The Fed), menunjukan bahwa kemungkinan Fed Fund Rate hanya turun sekali, 25 bps. Itu pun baru terjadi pada awal semester 2 (tahun ini)," ujarnya dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia, Rabu (19/2/2025).

Lebih lanjut, ia juga melihat bahwa imbal hasil atau yield dari surat utang Pemerintah AS (US Treasury) masih tinggi. Dengan target defisit fiskal sebesar 7,7 persen pada 2025, dan 8,8 persen. Di 2026.

 

Wacana Penghapusan Debt Ceiling

Gubernur BI Perry Warjiyo dalam pengumuman Hasil RDG November 2024, Rabu (20/9/2024). (Foto: Liputan6.com/Tira Santia)
Gubernur BI Perry Warjiyo dalam pengumuman Hasil RDG November 2024, Rabu (20/9/2024). (Foto: Liputan6.com/Tira Santia)... Selengkapnya

"Bahkan ada wacana untuk menghilangkan debt ceiling. Itu menyebabkan kenapa yield US Treasury tetap tinggi. Demikian juga yang 10 tahun maupun 2 tahun. Itu berdampak pada keharusan kita menjaga stabilitas nilai tukar rupiah," seru Perry.

Lantaran, indeks mata uang dolar AS terhadap dunia terpantau tetap menguat. Sehingga BI bersiap membuat arah kebijakan untuk melindungi nilai tukar atau kurs rupiah terhadap mata uang asing, utamanya dolar AS.

"Tempo hari DXY pernah 109, 108. Hari ini 107. Belum tentu Minggu depan, apakah kembali ke 108, 109. Dan ini memberikan tekanan-tekanan kepada nilai tukar, termasuk rupiah," kata Perry.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya