Liputan6.com, Jakarta - Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga membocorkan masalah perbedaan hitungan pembengkakan biaya, atau cost overrun proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB). Utamanya, soal perbedaan harga tanah di Indonesia dan China.
Selisih harga tanah itu turut menyebabkan perhitungan cost overrun proyek antara China dan Indonesia beda. Menurut perhitungan pihak China biaya bengkak USD 980 juta, sementara hasil asersi BPKP mencapai USD 1,449 miliar.
Baca Juga
Arya mengatakan, aturan kepemilikan tanah di China dan Indonesia memang berbeda, dimana seluruh lahan di Tanah Tiongkok dikuasai oleh pemerintah.
Advertisement
"Kalau di China tidak ada harga tanah. Kalau sudah ditetapkan harga, mau proyek 10-20 tahun, harga segitu. Kalau di Indonesia, 3 tahun berubah. Di Indonesia sejak kapan bisa ngunci harga tanah? Jadi mereka menganggap, pemerintah bisa dong kunci harga tanah," ungkapnya di Jakarta, Jumat (2/3/2023).
"Kasih contoh, angkasa pura di Medan ingin kembangkan bandara. Lahan punya PTPN. Angkasa Pura bilang kan sesama BUMN. Gak bisa bos, harus bayar ke PTPN nya. Di sana beda sama di kita. Itu yang membuat cost overrun besar. Di sana negosiasinya," sambungnya.
Tak hanya itu, Arya melanjutkan, juga ada beda persepsi soal sistem persinyalan GSM-R yang ternyata gratis di China, sementara di Indonesia harus bayar.
"Oke lah milik negara, tapi sudah diserahkan pengelolaannya ke Telkomsel. Mau itu BUMN, di kita kan itu kontrak bisnis. Ketika diambil kan itu rugi Telkomslenya, karena dialihkan," papar dia.
"Mau enggak mau dia harus hitung kompensasinya. Telkomsel tidak cari keuntungan, hanya hitung kompensasinya. Kalau di China kan mungkin milik negara. Seperti itu lah perbedaanya," tegasnya.
Begitu juga listrik, dimana China menggratiskan sedangkan Indonesia harus membayar ke PT PLN (Persero).
"Listrik juga. Bagi China listrik itu disediakan negara. Kalau sediakan listrik seberapa besar, PLN nya rugi lah. Nanti disoroti lagi," pungkas Arya.
Menko Luhut Klaim Tanpa Masalah, Cost Overrun Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung Disepakati Pekan Depan
Sebelumnya, Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan akan memfinalkan angka pembengkakan biaya atau cost overrun atas proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) dalam waktu dekat. Artinya, ada titik terang kesepakatan antara besaran cost overrun proyek antara pihak Indonesia dan China.
Menko Luhut berujar kalau proses finalisasi besaran biaya tersebut berjalan tanpa masalah. Ketua Komite Kereta Cepat Jakarta Bandung ini juga akan melangsungkan pertemuan dengan pihak China pekan depan.
"Gak ada masalah, saya kira ada Pak Tiko (Wamen BUMN II) di sini, kita mau finalkan mungkin minggu-minggu depan di Beijing," kata dia saat ditemui di Kantor Kemenko Marves, Kamis (2/2/2023).
Diketahui, besaran biaya yang bengkak antara perhitungan pihak Komite KCJB dan pihak konsorsium China mengalami perbedaan. Kedua pihak belum menyepakati bersama besaran biaya tersebut.
Advertisement
Tak Ada Masalah
Menko Luhut mengatakan, dalam pertemuan yang akan dihelat beberapa waktu kedepan itu, diharapkan mampu menemui kesepakatan.
"Ya kita harapkan sudah (final angkanya)," jawabnya singkat.
Hal yang sama pernah diungkapkan Luhut pada pertengahan Desember 2022 lalu. Dia menegaskan tak ada masalah dalam proses negosiasi antara kedua negara mengenai Kereta Cepat Jakarta-Bandung itu.
Menurut catatan, pembengkakan biaya cost overrun kereta cepat yang dihitung pemerintah, mengacu pada asersi Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) adalah USD 1,4 miliar atau setara Rp 21,8 triliun. Sementara, pihak China menilai angka itu masih terlalu besar. Otoritas China mencatat pembengkakan biaya sekitar USD 980 juta.