Bank Dunia Ingatkan Rata-rata Ekonomi Global Hanya Tumbuh 2,2 Persen Hingga 2030, Ini Alasannya

Bank Dunia mengeluarkan peringatan tentang penurunan rata-rata pertumbuhan PDB dunia menjadi 2,2 persen dari tahun 2022 hingga 2030.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 28 Mar 2023, 12:30 WIB
Diterbitkan 28 Mar 2023, 12:30 WIB
Logo Bank Dunia.
Logo Bank Dunia.

Liputan6.com, Jakarta Rata-rata potensi pertumbuhan ekonomi global akan merosot ke level terendah dalam tiga dekade, yaitu sebesar 2,2 persen per tahun hingga tahun 2030. 

Hal itu diungkapkan oleh Bank Dunia dalam laporan terbarunya pada Senin, 27 Maret 2023. Laporan baru Bank Dunia mengatakan bahwa kegagalan meredam pelambatan dalam  pertumbuhan produk domestik bruto (PDB), akan memiliki implikasi mendalam bagi kemampuan dunia untuk mengatasi perubahan iklim dan mengurangi kemiskinan. 

Tetapi upaya bersama dengan meningkatkan investasi di sektor berkelanjutan,meningkatkan pertumbuhan jasa, dan memperluas partisipasi tenaga kerja dapat meningkatkan potensi pertumbuhan PDB dunia hingga 0,7 poin persentase menjadi 2,9 persen.

"Satu dekade yang hilang dapat terjadi pada ekonomi global," kata Kepala Ekonom Bank Dunia, Indermit Gill, menambahkan pentingnya pengadaan kebijakan insentif pada pekerja, penigkatan produktivitas, dan mempercepat investasi untuk mencegah tren tersebut, mengutip Channel News Asia, Selasa (28/3/2023).

Laporan Dunia juga mengatakan bahwa krisis dalam beberapa tahun terakhir, termasuk pandemi COVID-19 dan perang Rusia Ukraina, telah menghambat pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, menambah kekhawatiran tentang perlambatan produktivitas, serta pertumbuhan pendapatan.

Masalah ini dikhawatirkan berpotensi menurunkan rata-rata pertumbuhan PDB dunia menjadi 2,2 persen dari tahun 2022 hingga 2030, turun dari 2,6 persen pada tahun 2011 menjadi 2,1, dan hampir sepertiga lebih rendah dari angka 3,5 persen yang terlihat dari tahun 2000 hingga 2010.

Selain itu, investasi yang rendah juga bisa memperlambat pertumbuhan di negara-negara berkembang, dengan pertumbuhan PDB rata-rata turun menjadi 4 persen selama periode tahun 2020-an, dari 5 persen pada tahun 2011 hingga 2021 dan 6 persen dari tahun 2000 hingga 2010.

Produktivitas yang meningkat, pendapatan yang tinggi, dan penurunan inflasi membantu satu dari empat negara berkembang mencapai status pendapatan tinggi selama tiga dekade terakhir, tetapi kekuatan ekonomi tersebut sekarang mundur, menurut laporan World Bank itu.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Produktivitas Bakal Melambat

Logo Bank Dunia.
Logo Bank Dunia.

Bank Dunia juga melihat kemungkinan produktivitas tumbuh pada laju paling lambat sejak tahun 2000, dan pertumbuhan investasi pada tahun 2022 hingga 2024hanya setengah dari tingkat yang terlihat dalam 20 tahun terakhir, serta perdagangan internasional tumbuh pada tingkat yang jauh lebih lambat.

Untuk mengubah lintasan dan menarik lebih banyak investasi, Bank Dunia menyarankan, pembuat kebijakan harus memprioritaskan pengendalian inflasi, memastikan stabilitas sektor keuangan, dan mengurangi utang.

Selain itu, peningkatan investasi ramah iklim dalam transportasi dan energi, pertanian dan manufaktur yang ramah iklim, serta sistem lahan dan air dapat meningkatkan potensi pertumbuhan ekonomi hingga 0,3 poin persentase per tahun.

Bank Dunia menyarankan peningkatan ekspor layanan digital yang  dapat menghasilkan peningkatan produktivitas yang besar, sementara meningkatkan tingkat partisipasi angkatan kerja untuk perempuan dan masyarakat lainnya guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi  global sebanyak 0,2 poin persentase per tahun pada tahun 2030.


Bank Dunia Bangun Program Partisipasi Swasta di Negara Berkembang, Nilainya Capai USD 2,4 Triliun

Presiden Bank Dunia David Malpass berencana untuk mengundurkan diri setahun sebelum masa jabatannya berakhir. Foto: AP/Patrick Semansky
Presiden Bank Dunia David Malpass berencana untuk mengundurkan diri setahun sebelum masa jabatannya berakhir. Foto: AP/Patrick Semansky

Presiden Bank Dunia David Malpass mengumumkan program baru untuk partisipasi sektor swasta dalam pembiayaan proyek di negara berkembang karena kebutuhan pembiayaan tahunan membengkak menjadi USD 2,4 triliun.

Melansir Channel News Asia, Jumat (24/3/2023) perkiraan Bank Dunia yang baru menunjukkan bahwa pembiayaan tahunan yang besar dapat mengatasi dampak perubahan iklim, perang, dan pandemi, dan modal dari swasta penting untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Program ini didasarkan pada tiga pilar, ungkap Malpass, yang pertama bertujuan untuk membantu aliran modal lebih baik dengan memberikan stabilitas makro dan transparansi, sambil membangun bank data yang mendukung pengambilan keputusan.

"Produk analitik ini akan fokus pada tindakan yang perlu diambil negara untuk iklim investasi yang sehat, pasar yang kompetitif, dan peran negara yang seimbang dalam perekonomian," kata Malpass pada acara yang diselenggarakan oleh Center for Strategic and International Studies di Washington.

Peta jalan tersebut kemudian beralih ke penanganan masalah likuiditas, sambil berfokus pada peluang bagi Badan Usaha Milik Negara untuk menarik modal swasta.

 


Menciptakan Pasar Sekuritas

Proyeksi Ekonomi Indonesia 2022
Suasana gedung bertingkat dan permukiman warga di kawasan Jakarta, Senin (17/1/2022). Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 mencapai 5,2 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Terakhir, program ini juga bertujuan untuk menciptakan pasar sekuritas kelas investasi yang akan menarik investor institusional, kata Malpass.

Aspirasi kami dari waktu ke waktu … adalah untuk melihat penciptaan kelas aset yang besar, dinamis, dan dapat diinvestasikan untuk infrastruktur di negara-negara berkembang yang menjangkau perbatasan dan sektor untuk mendiversifikasi risiko dan mencapai pembiayaan yang lebih rendah," jelasnya.

"Inisiatif ini akan mendorong pembangunan berkelanjutan yang inklusif dan ramah lingkungan, mengurangi karbon, meningkatkan akses energi, mengurangi kemiskinan, dan mencapai kecepatan digitalisasi global yang dibutuhkan," tambahnya.

Seperti diketahui, pada Februari 2023 Malpass telah mengumumkan pengunduran diri dari jabatannya di Bank Dunia dan pemberi pinjaman itu tengah dalam proses untuk memilih Presiden baru pada awal Mei mendatang.

Infografis Journal_ Kerugian Ekonomi Akibat Sampah Sisa Makanan Capai Rp 500 Triliun per tahun
Infografis Journal_ Kerugian Ekonomi Akibat Sampah Sisa Makanan Capai Rp 500 Triliun per tahun (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya