Liputan6.com, Jakarta Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan bahwa negara-negara ASEAN sepakat untuk memperkuat kerja sama transaksi mata uang lokal.
Perry Warjiyo mengatakan, langkah itu dilakukan untuk mendorong ekspor dan investasi.
Baca Juga
“ASEAN sepakat untuk memperkuat ketahanan eksternal dan keuangan antara lain melalui penggunaan mata uang lokal untuk mendukung perdagangan lintas batas, dan investasi di kawasan,” kata Perry Warjiyo dalam konferensi pers hasil pertemuan AFMGM di Nusa Dua, Bali Jumat (31/3/2023).
Advertisement
"Kami bertujuan untuk membentuk gugus tugas transaksi mata uang lokal ASEAN untuk memiliki diskusi yang kuat dan terfokus pada mata uang lokal," bebernya.
Ia menambahkan, gubernur bank sentral ASEAN sepakat untuk segera memperluas konektivitas pembayaran regional di antara negara anggota ASEAN.
Seperti diketahui, Presidensi G20 Indonesia pada November 2022 mencapai kesepakatan lima bank sentral negara ASEAN yaitu Malaysia, Singapura, Filipina dan of Thailand terkait konektivitas pembayaran dengan penggunaan QR, Fast Payment, dan penggunaan transaksi mata uang lokal.
"Dan ini akan kami kembangkan untuk menggabungkan negara anggota ASEAN lainnya, yaitu Vietnam, Brunei, Kamboja, dan Laos yang telah memberikan minat untuk bergabung, serta ada juga konektivitas pembayaran dengan Euro," jelas Perry Warjiyo.
Bertemu di Bali, Bank Sentral ASEAN Sepakati Kerja Sama Ekonomi Makro hingga Pembayaran Lintas Negara
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo membeberkan tiga prioritas kesepakatan ekonomi dengan bank sentral ASEAN.
Seperti diketahui, Gubernur BI Perry Warjiyo bersama Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani telah melaksanakan pertemuan pertama ASEAN Finance Ministers & Central Bank Governors Meeting (AFMGM) 2023 pada Jumat, 31 Maret 2023.
"Pertama, kami sepakat untuk memperkuat bauran kebijakan ekonomi makro agar lebih tahan terhadap gejolak global, memperkuat stabilitas ekonomi makro dan keuangan serta mendukung pemulihan dan integrasi ekonomi di kawasan," ungkap Perry Warjiyo, dalam konferensi pers AFMGM 2023 di Nusa Dua, Bali Jumat (31/3/2023).
Dalam bauran kebijakan makro, hal ini mencakup pembinaan kebijakan, sinergi, dan koordinasi antar otoritas untuk menjaga stabilitas ekonomi makro dan sistem keuangan serta mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan di ASEAN.
"Mempertimbangkan sifat multidimensi dan kompleks dari tantangan yang dihadapi kawasan saat ini, pertemuan tersebut menyoroti kebutuhan untuk memperkuat pembuat kebijakan yang mendukung reformasi fiskal, moneter, makro, juga struktural," jelas Perry.
Kebijakan MoneterGubernur BI menyampaikan, kebijakan moneter perlu diarahkan untuk mengendalikan inflasi. Kebijakan suku bunga juga harus menjadi instrumen utama tetapi dapat dilengkapi dengan intervensi valuta asing, untuk menstabilkan nilai tukar, serta manajemen arus modal jika diperlukan.
Selain itu, pertemuan AFMGM juga menyepakati untuk terlibat dengan lembaga keuangan internasional, yakni Dana Moneter Internasional atau IMF dan Bank for International Settlements, yang saat ini juga mengerjakan bauran kerangka kebijakan integratif, serta dengan BIS terkait stabilitas keuangan makro.
"Jadi ini adalah inisiatif untuk memperkuat ASEAN tetapi juga terlibat secara global dengan lembaga keuangan internasional. Hal ini agar kekuatan kawasan juga didasarkan pada bauran kebijakan makro yang sedang dijalankan," imbuhnya.
Kedua, adalah untuk lebih memperkuat pemulihan ekonomi dan menahan gejolak global. "Menteri keuangan dan gubernur bank sentral sepakat untuk memperkuat ketahanan eksternal," beber Perry.
Advertisement
Dorong Ekspor
Adapun kesepakatan untuk lebih mendorong ekspor dan investasi. Namun di luar itu, diversifikasi mata uang juga merupakan inisiatif penting di ASEAN.
Dalam aspek kawasan ini, ASEAN sepakat untuk memperkuat ketahanan eksternal dan keuangan antara lain melalui penggunaan mata uang lokal untuk mendukung perdagangan lintas batas, dan investasi di kawasan.
"Kami bertujuan untuk membentuk gugus tugas transaksi mata uang lokal ASEAN untuk memiliki diskusi yang kuat dan terfokus pada mata uang lokal," ungkapnya.
Ketiga, gubernur bank sentral ASEAN sepakat untuk segera memperluas konektivitas pembayaran regional di antara negara anggota ASEAN.
Tahun lalu, Indonesia dalam presidensinya di G20 mencapai kesepakatan lima bank sentral negara ASEAN yaitu Malaysia, Singapura, Filipina dan of Thailand terkait konektivitas pembayaran dengan penggunaan QR, Fast Payment, dan penggunaan transaksi mata uang lokal.
"Dan ini akan kami kembangkan untuk menggabungkan negara anggota ASEAN lainnya, yaitu Vietnam, Brunei, Kamboja, dan Laos yang telah memberikan minat untuk bergabung, serta ada juga konektivitas pembayaran dengan Euro," tambah Perry.