Resesi Global Mengancam, Stabilitas Jasa Keuangan Indonesia Aman

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat hingga April 2023, stabilitas sektor jasa keuangan nasional masih terjaga dengan baik ditengah bergejolaknya sistem perbankan Global.

oleh Tira Santia diperbarui 05 Mei 2023, 17:15 WIB
Diterbitkan 05 Mei 2023, 17:15 WIB
20151104-OJK
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat hingga April 2023, stabilitas sektor jasa keuangan nasional masih terjaga dengan baik ditengah bergejolaknya sistem perbankan Global. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat hingga April 2023, stabilitas sektor jasa keuangan nasional masih terjaga dengan baik ditengah ancaman resesi global bergejolaknya sistem perbankan Global.

Hal itu disampaikan Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (DK OJK) Mahendra Siregar dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Dewan Komisioner (RDK) OJK Bulan April 2023, Jumat (5/5/2023).

"RDK bulanan pada tanggal 3 Mei 2023 menilai stabilitas sektor jasa keuangan nasional (April) tetap terjaga, dengan permodalan dan likuiditas yang baik, sehingga mampu berdaya tahan dalam menghadapi gejolak global," kata Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (DK OJK) Mahendra Siregar.

Mahendra menjelaskan, eskalasi tensi geopolitik, berlanjutnya permasalahan perbankan di Amerika Serikat, serta tingkat inflasi Global yang menurun, namun masih bertahan di tingkat yang tinggi menjadi sumber potensi kerentanan utama bagi stabilitas sektor keuangan global.

OJK melihat, beberapa yang indikator sektor riil di Amerika Serikat bergerak melemah, sehingga meningkatkan kekhawatiran akan kemungkinan terjadinya resesi, serta isu pembatasan utang Amerika Serikat telah menambah ketidakpastian di pasar.

Selain itu, kekhawatiran akan pengangkatan likuiditas terus meningkat di tengah berlanjutnya pengangkatan kebijakan moneter oleh bank-bank sentral utama Global.

Disisi lain, OJK mencatat pasar tenaga kerja di Amerika Serikat dan Eropa masih kuat, begitupun perekonomian Tiongkok yang melanjutkan pemulihan pasca pandemi.

OJK berharap langkah cepat dari otoritas terkait penanganan gejolak perbankan di Amerika Serikat dan Eropa dapat meredam penularan tekanan lebih lanjut secara global.

 


Indikator Ekonomi Indonesia

Pertumbuhan Ekonomi DKI Jakarta Turun 5,6 Persen Akibat Covid-19
Deretan gedung perkantoran di Jakarta, Senin (27/7/2020). Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan pertumbuhan ekonomi di DKI Jakarta mengalami penurunan sekitar 5,6 persen akibat wabah Covid-19. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Sementara itu, indikator perekonomian Indonesia terkini menunjukkan kinerja ekonomi yang solid yakni tumbuh 5,03 persen year on year di triwulan I-2023.

"Ini yang berarti meningkat dibandingkan triwulan IV 2022 secara year on year yang tumbuh 5,01 persen," ujarnya.

Kinerja ekonomi Indonesia yang solid tersebut didukung oleh inflasi yang menurun dan terkendali saat ramadan dan hari raya, berkat langkah antisipatif pemerintah diantaranya melalui pengendalian harga pangan.

Kemudian indikator pendukung lainnya, adalah aktivitas manufaktur melanjutkan trend ekspansif selama 20 bulan berturut-turut yang ditunjukkan dengan purchasing manager index (PMI) manufaktur nasional tercatat naik menjadi 52,7 di bulan April 2023, dibandingkan pada Maret 2023 51,9.

Demikian, di sektor eksternal neraca perdagangan Indonesia bulan Maret 2023 kembali mencatatkan surplus, sekalipun menyempit akibat kontraksi nilai ekspor yang lebih dalam dibandingkan kontraksi nilai impor.


Industri Pengolahan jadi Pendorong Tertinggi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di Kuartal I 2023

Proyeksi Ekonomi Indonesia 2022
Suasana gedung bertingkat dan permukiman warga di kawasan Jakarta, Senin (17/1/2022). Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 mencapai 5,2 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada kuartal I-2023, industri pengolahan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi tertinggi yakni sebesar 0,92 persen, dari total pertumbuhan ekonomi kuartal I-2023 yang mencapai 5,03 persen.

"Industri pengolahan memberi sumbangan sebesar 0,92 persen dari 5,03 persen," kata Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik Moh Edy Mahmud dalam konferensi pers, Jumat (5/5/2023).

Selanjutnya, sumber pertumbuhan tertinggi kedua adalah lapangan usaha perdagangan yang tumbuh 0,64 persen, disusul oleh lapangan usaha transportasi dan pergudangan 0,64 persen, informasi dan komunikasi 0,46 persen, dan sisanya lapangan usaha lainnya sebesar 2,37 persen.

Lebih lanjut, Edy merinci, pertumbuhan industri pengolahan ditopang oleh masih kuatnya permintaan domestik dan global. Menurutnya, jika diperhatikan, untuk industri makanan dan minuman tumbuh sebesar 5,33 persen didorong oleh peningkatan produksi CPO dan CPKO, karena permintaan global serta peningkatan permintaan domestik menjelang ramadhan dan lebaran.

Kemudian, industri alat angkut tumbuh sebesar 17,27 persen didorong oleh peningkatan produksi kendaraan untuk memenuhi permintaan kendaraan baru menjelang lebaran, serta peningkatan produksi kendaraan listrik.

Sementara, industri logam dasar tumbuh sebesar 15,51 persen didorong oleh lonjakan permintaan luar negeri, terutama produk olahan bijih nikel, seperti ferro nikel, nikel matte, dan nikel pig iron.


Penjualan Kendaraan Bermotor

Pemerintah Berencana Memacu Aturan Ekspor Industri Otomotif
Pekerja mengecek mobil baru siap ekspor di IPC Car Terminal, Jakarta, Rabu (27/3). Pemerintah berencana memacu ekspor industri otomotif dengan harmonisasi skema PPnBM, yaitu tidak lagi dihitung dari kapasitas mesin, tapi pada emisi yang dikeluarkan kendaraan bermotor. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Untuk sektor perdagangan, pertumbuhannya ditopang oleh peningkatan penjualan kendaraan bermotor. Jika dilihat dari perdagangan besar dan eceran bukan mobil dan sepeda motor tumbuh 4,43 persen, sejalan dengan peningkatan kunjungan ke pusat perbelanjaan untuk memenuhi konsumsi rumah tangga seiring dengan penghapusan PPKM dan peningkatan produksi barang.

Sedangkan, jika dilihat dari perdagangan mobil, sepeda motor, dan reparasinya tumbuh sebesar 6,88 persen, hal ini didorong oleh peningkatan penjualan mobil dan sepeda motor.

Untuk sektor transportasi dan pergudangan tumbuh solid seiring peningkatan mobilitas masyarakat. Kata Edy, jika dilihat dari angkutan rel mampu tumbuh 51,09 persen didorong oleh peningkatan jumlah penumpang dan barang yang diangkut seiring adanya penghapusan PPKM, dan angkutan udara tumbuh 41,10 persen didorong oleh peningkatan jumlah penumpang angkutan udara.

"Dari fenomena ini secara keseluruhan sumber pertumbuhan ekonomi di triwulan I-2023 yang sebesar Rp 5,03 persen itu diuraikan dari industri pengolahan memberikan sumbangan 0,92 persen, perdagangan 0,64 persen, serta transportasi dan pergudangan dengan nilai yang sama 0,64 persen," pungkasnya. 

Infografis Laju Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Produk Domestik Bruto 2019-2021. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Laju Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Produk Domestik Bruto 2019-2021. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya