Liputan6.com, Jakarta PT Adaro Energy Indonesia Tbk menyatakan bakal mengikuti arahan pemerintah untuk melakukan pensiun dini terhadap pembangkit listrik tenaga uap, atau PLTU batu bara. Namun, perseroan menilai itu bukan hal mudah.
Direktur Utama PT Adaro Energy Indonesia Tbk Garibaldi Thohir menyatakan, pihaknya tentu akan terus sejalan dengan kebijakan pemerintah. Emiten dengan kode saham ADRO ini pun mengaku telah berperan aktif dalam menjemput target net zero emission.
Baca Juga
"Kita sangat inline dan sangat supportif, karena kita tahu pemerintah pasti lebih tahu dari kita mana yang baik dan mana yang diperlukan," ujar Garibaldi Thohir di Jakarta, Kamis (11/5/2023).
Advertisement
Namun, pria yang juga dikenal sebagai Boy Thohir mengaku, mempensiunkan PLTU batu bara butuh perencanaan matang dan tidak bisa dilakukan dalam waktu sekejap.
"Kita supportif, tapi itu takes time, karena tidak mungkin langsung," tegas dia.
Garibaldi lantas membicarakan pengalamannya mengurusi tambang batu bara tua di Padang yang sudah berusia 40 tahun lebih. "Saya rasa masih hidup tuh (PLTU) yang (dibangun) tahun 1982. Ke 2023, itu masih jalan tuh," ungkapnya.
Berbekal pengalaman tersebut, ia menilai transformasi PLTU batu bara tua harus bertahap, bahkan bisa memakan waktu 10-30 tahun. Meskipun, dia juga tidak ingin mengenyampingkan program pemerintah yang ingin mencapai target zero emisi lebih cepat.
"Jadi intinya gitu lah. PLTU-PLTU tua itu (dipensiunkan) saya setuju. Pertama enggak efisien, kedua carbon emission-nya juga tinggi, itu harus diminimalisir," pungkas Garibaldi Thohir.
Taksonomi ASEAN Fase II Sepakati Pensiunkan PLTU Batu Bara, OJK Yakin Bakal Munculkan Minat Investasi
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar mengatakan bahwa pihaknya akan terus menjalin komunikasi dengan perusahaan keuangan di Indonesia, ASEAN, Eropa, dan bahkan Amerika Serikat yang tertarik untuk berpartisipasi dalam proyek ASEAN terkait pembiayaan berkelanjutan.
"Dalam ketertarikan itu, perhatian terhadap pensiun dini PLTU batu bara menjadi salah satu minat utama. Mereka sekarang sangat jelas dengan aturan dan kerangka kerja yang ada di kawasan, jadi mereka sangat ingin berinvestasi," ungkap Mahendra dalam konferensi pers di Bali Nusa Dua Convention Center 1, Nusa Dua, Bali Jumat (30/3/2023).
Namun, Mahendra belum menyebut perusahaan dan nilai potensi investasi yang akan masuk ke ASEAN terkait pensiun dini PLTU batu bara tersebut.
"Tapi kalau anda melihat daftar proyek di Indonesia yang diincar perusahaan energi kita, itu menjadi indikasi ukuran dan jumlah investasi. Untuk saat ini, isu yang dipertanyakan oleh global sudah terjawab dengan adanya kesatuan dan komitmen ASEAN dalam menentukan apa yang terbaik untuk taksonomi di kawasan," jelasnya.
Seperti diketahui, negara di kawasan ASEAN telah menyepakati Asean Taxonomy fase dua. Mempensiunkan PLTU batu bara menjadi salah satu kesepakatan yang dicapai dalam taxonomy ini, sebagai upaya transisi ke energi bersih untuk mencapai emisi nol bersih.
"Kita dapat melihat sekarang bahwa taxonomy ASEAN mengakui upaya untuk pensiun dini PLTU batu bara, serta penghentian secara bertahap. Ini menjadi yang pertama untuk taksonomi regional yang mempertimbangkan bagaimana PLTU batu bara memainkan peran penting dalam dekarbonisasi dan mencapai Perjanjian Paris," terang Mahendra.
Advertisement
Aktif Suarakan Transisi Energi
Dia juga mengatakan, OJK akan secara aktif menyuarakan pentingnya dukungan untuk transisi energi secara bertahap guna memastikan aspek sosial dan ekonomi tidak terganggu, khususnya terkait dengan pensiun dini batu bara.
Tak hanya itu, Mahendra juga mengungkapkan "menerima berbagai respon baik dan kesediaan dari lembaga-lembaga keuangan baik nasional ataupun internasional (terkait pensiun dini batu bara).
"Taksonomi ini diharapkan dapat menarik banyak investasi lokal dan internasional ke ASEAN guna mendukung pembangunan berkelanjutan di kawasan tersebut," tuturnya.