Ekspor Indonesia di April 2023 Turun 17 Persen Jadi Rp 285,81 Triliun karena Libur Lebaran

Penurunan kinerja ekspor ini merupakan pola musiman. Mengingat pada periode tersebut bertepatan dengan musim libur Lebaran.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Mei 2023, 11:50 WIB
Diterbitkan 15 Mei 2023, 11:50 WIB
Neraca Perdagangan RI
Pada April 2023, nilai ekspor non migas sebesar USD 18,03 miliar. Turun 18,33 persen (mtm) jika dibandingkan kinerja Maret yang tercatat sebesar US D22,08 miliar.(Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Kinerja ekspor Indonesia pada April 2023 tercatat USD19,29 miliar atau setara Rp 285,81 triliun. Ekspor Indonesia ini turun 17,62 persen jika dibandingkan dengan Maret 2023 yang tercatat USD 23,42 miliar atau setara Rp 347,04 triliun.

“Nilai ekspor Indonesia pada April 2023 USD19,29 miliar, turun sebesar 17,62 persen dibandingkan kinerja Maret 2023,” kata Deputi Bidang Metodologi dan Informasi Statistik Badan Pusat Statistik (BPS), Imam Machdi, dalam konferensi pers di Gedung BPS, Jakarta Pusat, Senin (15/5/2023).

Imam menjelaskan, penurunan kinerja ekspor ini merupakan pola musiman. Mengingat pada periode tersebut bertepatan dengan musim libur Lebaran. “Penurunan ekspor pada bulan April 2023 ini merupakan pola musiman hari raya lebaran,” kata dia.

Pada April 2023, nilai ekspor non migas sebesar USD 18,03 miliar. Turun 18,33 persen (mtm) jika dibandingkan kinerja Maret yang tercatat sebesar US D22,08 miliar.

Penurunan ekspor non migas terjadi karena penurunan ekspor beberapa komoditas. Antara lain logam mulia dan perhiasan/permata yang turun 52,3 persen, bahan bakar mineral turun 20,4 persen dan lemah dan minyak hewani/nabati turun 20,45 persen.

Begitu juga dengan kinerja ekspor migas yang juga mengalami penurunan 5,95 persen (mtm). Di bulan April 2023, kinerja ekspor migas sebesar USD1,26 miliar, lebih rendah dari bulan sebelumnya yakni USD1,34 miliar di bulan Maret.

Penurunan ini terjadi karena ekspor minyak mentah turun 59,37 persen dan ekspor gas turun 7,94 persen.

Ekspor Secara Tahunan

Secara tahunan, kinerja ekspor Indonesia juga mengalami penurunan sebesar 29,40 persen. Tahun lalu, kinerja ekspor di bulan April mencapai USD27,32 miliar atau setara Rp 404,98 triliun. Sementara tahun ini kinerja ekspornya hanya USD 19,29 miliar atau setara Rp285,81 triliun

Kinerja ekspor non migas mengalami penurunan 30,35 persen (yoy). Semula USD 25,89 miliar pada April 2022, menjadi USD 18,03 mliar.

Begitu juga dengan ekspor migas mengalami penurunan 12,18 persen. Tahun lalu, ekspor migas bulan April tercatat USD 1,42 miliar, menjadi USD1,26 miliar pada April 2023.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

 

 

Neraca Perdagangan Indonesia Diramal Surplus USD 3,25 Miliar di April 2023

Neraca Perdagangan RI
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (29/10/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan neraca perdagangan Indonesia pada September 2021 mengalami surplus US$ 4,37 miliar karena ekspor lebih besar dari nilai impornya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Neraca perdagangan Indonesia diprediksi akan surplus USD 3,25 miliar di April 2023, atau sedikit meningkat dari surplus USD 2,91 miliar.

“Secara tahunan, baik ekspor maupun impor cenderung melemah di tengah libur Lebaran 2023 dibandingkan tahun sebelumnya,” kata Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman dikutip dari Antara, Jumat (12/5/2023).

Ia memperkirakan ekspor akan terkontraksi 21,20 persen secara tahunan di April 2023 karena pada tahun 2022, libur Lebaran jatuh pada bulan Mei sehingga hari kerja di April lebih panjang.

“Selain itu, harga komoditas terus menurun di tengah lesunya pertumbuhan global,” imbuhnya.

Ia juga memperkirakan impor akan terkontraksi 7,50 persen secara tahunan pada April 2023 di tengah libur Lebaran yang berdampak pada produksi domestik dan aktivitas investasi.

“Kegiatan terkait investasi juga cenderung melambat di tengah jatuhnya harga komoditas dan lingkungan suku bunga yang tinggi,” katanya.

 

Diperkirakan Terus Melemah

Ia menilai neraca transaksi berjalan akan mengalami defisit yang terkendali sebesar 0,65 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) atau lebih kecil dari perkiraan sebelumnya sebesar 1,1 persen dari PDB.

Adapun pada 2022 neraca transaksi berjalan tercatat surplus 1 persen dari PDB.

Kinerja ekspor ke depan diperkirakan akan terus melemah akibat penurunan harga komoditas yang didorong oleh melemahnya permintaan global, di tengah tingginya inflasi dan berlanjutnya kenaikan suku bunga kebijakan.

Surplus neraca dagang diperkirakan akan terus menyusut, tapi dapat bertahan lama dari perkiraan, karena harga komoditas akan turun lebih perlahan lantaran ekonomi China yang dibuka kembali, pengurangan produksi minyak OPEC+, dan penurunan produksi beberapa komoditas di tengah kemungkinan El Nino.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya