Produksi Logam Turun di 2025, Intip Target Amman Mineral Internasional

PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) mengumumkan proyeksi produksi logam yang lebih rendah pada tahun 2025 seiring dengan peralihan dari penambangan bijih segar di Fase 7 menuju penambangan material batuan penutup di Fase 8.

oleh Pipit Ika Ramadhani Diperbarui 21 Mar 2025, 10:38 WIB
Diterbitkan 21 Mar 2025, 10:38 WIB
PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT)
PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT), anak usaha dari PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMAN) memperoleh izin ekspor konsentrat tembaga dari Kementerian Perdagangan berdasarkan rekomendasi Surat Persetujuan Ekspor (SPE). (Dok. Amman Mineral)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) mengumumkan proyeksi produksi logam yang lebih rendah pada tahun 2025 seiring dengan peralihan dari penambangan bijih segar di Fase 7 menuju penambangan material batuan penutup di Fase 8.

Akibatnya, bijih yang diproses sebagian besar akan berasal dari stockpile dan bijih segar berkadar rendah dari lingkaran luar Fase 8, yang memiliki kandungan tembaga dan emas lebih rendah dibandingkan bijih dasar Fase 7 dan 8.

"Kami memperkirakan produksi logam yang lebih rendah pada tahun 2025 karena peralihan operasional dari Fase 7 ke Fase 8. Namun, kami optimis produksi akan meningkat signifikan pada 2026 seiring dengan pencapaian inti bijih Fase 8," kata Direktur Utama PT Amman Mineral Internasional Tbk, Alexander Ramlie dalam keterbukaan informasi Bursa, Kamis (20/3/2025).

Pada tahun 2025, perusahaan mengantisipasi produksi konsentrat sebesar 430.000 metrik ton kering, yang diproyeksikan mengandung 228 juta pon tembaga dan 90.000 ons emas. Namun, produksi logam diperkirakan meningkat secara signifikan pada 2026 saat perusahaan mencapai inti bijih di Fase 8, bahkan melampaui kinerja historis sebelumnya.

Sebagai bagian dari transformasi bisnis dan peningkatan kapasitas smelter yang sedang berlangsung, perusahaan menerapkan pendekatan konservatif terhadap operasionalnya pada tahun 2025. "Kami mengambil pendekatan konservatif dalam operasional tahun ini untuk memastikan kelancaran ramp-up smelter dan optimalisasi produksi di masa depan," tambah juru bicara tersebut.

Pada kuartal keempat tahun 2024, sebagian dari produksi konsentrat telah dicadangkan guna mendukung proses ramp-up smelter. Hal ini menyebabkan sekitar 190.000 metrik ton kering konsentrat tersimpan hingga akhir 2024, dengan penjualan ditunda hingga kapasitas produksi smelter meningkat.

Pada 12 Februari 2025, perusahaan berhasil memproduksi anoda tembaga pertama, menandai tonggak penting dalam proyek smelter. "Produksi anoda tembaga pertama ini merupakan langkah besar dalam proyek kami. Kami menargetkan produksi katoda tembaga pertama pada akhir Maret 2025," imbuh Alexander.

Panduan produksi ini bergantung pada estimasi bijih yang ditambang dan konsentrat yang dihasilkan. Mengingat tantangan dalam meningkatkan kapasitas smelter, memperkirakan total produksi katoda tembaga dan emas batangan sepanjang tahun masih menjadi tantangan. Untuk mengatasi potensi keterbatasan produksi smelter, perusahaan berencana secara resmi mengajukan permohonan kepada pemerintah untuk mendapatkan izin ekspor konsentrat.

"Kami akan bekerja sama dengan pemerintah untuk memastikan keberlanjutan produksi dan ekspor yang sesuai dengan regulasi yang berlaku," kata Alexander.

 

Promosi 1

Realisasi 2024

PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) mengumumkan kinerja keuangan dan operasional pada 2024. (Foto: Amman Mineral Internasional)
PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) mengumumkan kinerja keuangan dan operasional pada 2024. (Foto: Amman Mineral Internasional)... Selengkapnya

Pada tahun 2024, terdapat peningkatan signifikan pada produksi logam yang didorong oleh penambangan bijih berkadar tinggi dari puncak Fase 7. Produksi tembaga meningkat 27 persen dibandingkan tahun sebelumnya, sementara produksi emas meningkat 73 persen-capaian tertinggi sejak Batu Hijau mulai beroperasi pada tahun 2000. Produksi konsentrat naik 39 persen, menjadi 755.083 metrik ton kering dibandingkan tahun 2023. Volume material yang ditambang naik 2 persen dibandingkan tahun sebelumnya, terutama karena gangguan yang minim berkat faktor cuaca yang mendukung. Hal ini menghasilkan rekor tertinggi pencapaian produktivitas pertambangan dan volume material yang diangkut dalam sejarah Batu Hijau.

Selain itu, biaya penambangan per unit tetap stabil dibandingkan tahun sebelumnya, meskipun terdapat tantangan berupa jarak angkut truk yang lebih jauh serta tekanan inflasi pada peralatan dan tenaga kerja. Efisiensi operasional dan peningkatan volume material yang ditambang menjadi faktor utama dalam mengimbangi tekanan inflasi tersebut.

 

Realisasi Belanja Modal

Pembangunan konstruksi smelter tembaga PT Amman Mineral Internasional Tbk mencapai 76,1%. Sedangkan kemajuan pembangunan konstruksi pemurnian logam mulia telah mencapai 72,7%. (Dok AMMAN)
Pembangunan konstruksi smelter tembagaPT Amman Mineral Internasional Tbk mencapai 76,1%. Sedangkan kemajuan pembangunan konstruksi pemurnian logam mulia telah mencapai 72,7%. (Dok AMMAN)... Selengkapnya

"Dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, total belanja modal kami pada tahun 2024 meningkat 18% menjadi USD 1,79 miliar. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh proyek-proyek ekspansi," ungkap Alexander.

proyek-proyek ekspansi dimaksud termasuk Smelter dan Precious Metals Refinery (PMR) senilai USD 489 juta. Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU), fasilitas liquified natural gas (LNG), serta fasilitas transmisi dan distribusi (T&D) senilai USD 261 juta.

Kemudian ekspansi pabrik konsentrator (termasuk desain ulang) senilai USD 610 juta. Kemudian infrastruktur pendukung sebesar: USD 198 juta, dan sustaining capital expenditures senilai USD 234 juta.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya