Goldman Sachs Pangkas Ramalan Ekonomi China, Sektor Properti Masih Jadi Biang Keroknya

Goldman Sachs juga menurunkan perkiraan pertumbuhan China di 2024 dari 4,6 persen menjadi 4,5 persen. Pemangkasan tersebut mengikuti langkah serupa oleh bank-bank global lain.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 20 Jun 2023, 10:30 WIB
Diterbitkan 20 Jun 2023, 10:30 WIB
11,58 Juta Sarjana China Jadi Pengangguran Akibat Pandemi COVID-19
Seperlima anak muda China tanpa pekerjaan di antara satu generasi berpendidikan tinggi adalah sebuah rekor. Memperbaiki prospek mereka menjadi penyebab sakit kepala utama bagi pemerintah, yang menginginkan ekonomi menciptakan 12 juta pekerjaan baru pada 2023, naik dari 11 juta tahun lalu. (AP Photo/Mark Schiefelbein)

Liputan6.com, Jakarta - Analis Goldman Sachs kembali memangkas prediksi pertumbuhan ekonomi China. Bank investasi asal Amerika Serikat (AS) itu mengungkapkan, penurunan ekonomi di China didorong oleh kepercayaan yang terus-menerus melemah dan pasar properti.

Melansir Channel News Asia, Selasa (20/6/2023), dalam sebuah catatan yang diterbitkan pada Minggu 18 Juni 2023, Goldman Sachs menurunkan perkiraan pertumbuhan produk domestik bruto China dari 6 persen menjadi 5,4 persen.

Bank itu juga menurunkan perkiraan pertumbuhan China di 2024 dari 4,6 persen menjadi 4,5 persen.

Pemangkasan tersebut mengikuti langkah serupa oleh bank-bank global lain, meskipun Goldman Sachs paling optimis di antara yang lainnya, karena data menunjukkan pemulihan pasca-pandemi China goyah.

"Tidak ada dorongan pembukaan kembali yang memudar secepat di China," kata para analis di Goldman Sachs, yang dipimpin oleh ekonom Hui Shan, mengutip penurunan properti dan efeknya sebagai alasan utama.

"Kami menilai bahwa hambatan pertumbuhan cenderung terus-menerus sementara pembuat kebijakan dibatasi oleh pertimbangan ekonomi dan politik dalam memberikan stimulus yang berarti,” jelasnya.

Seperti diketahui, China telah menetapkan target pertumbuhan PDB moderat sekitar 5 persen untuk tahun ini setelah gagal mencapai target 2022, dan kabinet dijadwalkan bertemu pada hari Jumat untuk membahas langkah-langkah memacu pertumbuhan.

Ekonomi China Tumbuh 4,5 Persen di Kuartal I 2023, Laju Tercepat Setahun

11,58 Juta Sarjana China Jadi Pengangguran Akibat Pandemi COVID-19
Antrean membentang ratusan meter di sekitar kuil di China pada akhir pekan, saat para jemaat muda yang putus asa berdoa untuk mendapatkan pekerjaan dalam ekonomi yang perlahan pulih dari pandemi covid. (AP Photo/Mark Schiefelbein)

Produk domestik bruto atau PDB China naik tajam di kuartal pertama 2023. Ekonomi China di mana PDB tumbuh sebesar 4,5 persen pada kuartal pertama 2023, menurut data dari Biro Statistik Nasional China.

Ini menandai  pertumbuhan ekonomi tertinggi China sejak kuartal pertama tahun lalu, yang tumbuh sebesar 2,2 persen dan kuartal keempat tahun 2022 sebesar 2,9 persen.

Penjualan ritel di China melonjak 10,6 persen pada bulan Maret 2023, melebihi ekspektasi untuk pertumbuhan 7,4 persen sementara hasil industri naik 3,9 persen.

Adapun investasi aset tetap year-to-date China yang naik 5,1 persen dibandingkan dengan tahun lalu, namun di bawah estimasi pertumbuhan sebesar 5,7 persen.

Di bulan yang sama, ekspor China secara tak terduga pulih, tumbuh sebesar 14,8 persen setelah turun 6,8 persen di bulan sebelumnya. 

Selain itu, China juga melihat surplus perdagangan senilai USD 88 miliar, melampaui ekspektasi untuk surplus USD 39 miliar.

Dalam beberapa waktu terakhir, pertumbuhan China menjadi sorotan setelah membuka kembali kegiatan ekonominya, mengakhiri sebagian besar pembatasan Covid yang ketat yang diberlakukan selama hampir tiga tahun.

Untuk tahun 2023, China bulan lalu menetapkan target pertumbuhan moderat sekitar 5 persen.

Kepala ekonom China di ING, Iris Pang sbelumnya mengatakan bahwa PDB kuartal pertama China tidak akan mencapai target pertumbuhan yang ditetapkan pemerintah untuk setahun penuh karena faktor eksternal yang melambat.

"Pertumbuhan permintaan eksternal yang melambat ... kemungkinan merugikan ekspor dan aktivitas manufaktur," tulis Pang dalam sebuah catatan menjelang laporan PDB China.  

Sektor Jasa Bisa jadi Mesin Pertumbuhan Ekonomi China

11,58 Juta Sarjana China Jadi Pengangguran Akibat Pandemi COVID-19
Ekonomi telah pulih sejak pembatasan-pembatasan Covid-19 dicabut Desember, tetapi perekrutan dipimpin oleh industri katering dan perjalanan yang dilanda pandemi, yang menawarkan upah rendah untuk peran berketerampilan rendah. (AP Photo/Mark Schiefelbein)

Pang menambahkan bahwa sektor jasa bisa menjadi "mesin pertumbuhan" bagi ekonomi China, menunjuk pada aktivitas kuat yang terlihat dalam data terbaru.

Indeks manajer pembelian layanan Caixin naik menjadi 57,8 pada bulan Maret, pembacaan tertinggi dalam lebih dari dua tahun.

Selain itu, Pang juga memperkirakan pemerintah China akan mengeluarkan stimulus tambahan untuk meningkatkan investasi dan konsumsi infrastrukturnya mengikuti laporan PDB.

"Untuk menjaga target pertumbuhan 5% pada 2023, pemerintah perlu mendorong investasi infrastruktur, yang sebagian besar harus membangun jalur metro dan menambah jumlah menara 5G karena ini sudah dalam rencana tahun ini," tulisnya dalam catatan menjelang laporan PDB.

"Oleh karena itu, kami memperkirakan PDB tumbuh lebih cepat di 6,0 persen YoY di kuartal kedua. Kami mempertahankan perkiraan PDB setahun penuh di 5% karena permintaan eksternal harus menjadi perhatian untuk tahun ini,” ungkapnya. 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya