Liputan6.com, Jakarta - Goldman Sachs Group Inc menurunkan peringkat saham Indonesia dari overweight menjadi market weight. Hal ini didorong sejumlah kekhawatiran dari faktor domestik.
Selain itu, Goldman Sachs juga sesuaikan peringkat untuk Surat Utang Negara (SUN) tenor 10-20 tahun menjadi netral dari sebelumnya termasuk disukai.
Baca Juga
Kekhawatiran itu tentang pendapatan yang lebih rendah, risiko kebijakan domestik termasuk profibitalitas bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan defisit fiskal lebih besar, demikian dalam catatan Jumat pekan lalu seperti dikutip dari Yahoo Finance, Rabu (12/3/2025).
Advertisement
Hal itu berdampak terhadap kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Selasa, 11 Maret 2025. IHSG melemah 0,79 persen ke posisi 6.545,85 menyusul pelaku pasar merespons penurunan peringkat oleh Goldman Sachs terhadap sejumlah investasi di Indonesia termasuk pasar saham. Selain itu, indeks LQ45 juga susut 7,85 poin atau 1,06 persen ke posisi 732,03.
Dalam kajian tim riset PT Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, tekanan IHSG juga datang tampaknya dipengaruhi pasca Goldman Sachs sebagai Institusi investasi global menurunkan peringkat dan rekomendasi atas aset keuangan di Indonesia, dari overweight menjadi market weight.
“Penurunan peringkat oleh Goldman Sachs itu seiring adanya peningkatan risiko fiskal atas sejumlah kebijakan dan inisiatif yang dipilih oleh Presiden Prabowo Subianto,” demikian seperti dikutip dari Antara.
Goldman Sachs mengungkapkan pasar keuangan Indonesia masih berada dalam tekanan beberapa bulan terakhir, karena sentimen tarif dan perang dagang global, hingga pelemahan ekonomi domestik yang membuat investor ketakutan dan kabur dari pasar keuangan Indonesia.
Guru Besar Keuangan dan Pasar Modal Indonesia Universitas Indonesia Budi Frensidy menuturkan, pemangkasan rating yang dilakukan oleh Goldman Sachs terhadap pasar saham dan obligasi Indonesia, dalam jangka pendek akan berdampak kurang baik.
“Dalam jangka pendek, prospeknya tentunya kurang baik,” kata Budi seperti dikutip dari Antara.
Usul Pengamat
Adapun faktor yang mendorong Goldman Sachs untuk memangkas rating, di antaranya risiko fiskal Indonesia yang semakin meningkat seiring adanya berbagai insentif yang ditawarkan oleh pemerintah dan pembentukan BPI Danantara.
“Faktor yang membuat downgrade adalah risiko fiskal yang semakin naik, akibat pembentukan Danantara dan berbagai insentif yang ditawarkan Presiden,” kata Budi.
Seiring dengan itu, Budi merekomendasikan agar pemangku kebijakan harus lebih berhati-hati dalam mengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di tengah melemahnya daya beli masyarakat, menurunnya jumlah kelas menengah, serta stagnasi rasio pajak.
“Pemerintah harus bijak dan hati- hati dalam mengelola APBN, di tengah- tengah menurunnya daya beli, menyusutnya kelas menengah, serta rendah dan stagnannya tax ratio kita,” kata Budi.
Advertisement
Alasan Goldman Sachs
Para analis Goldman Sachs menilai risiko itu berpusat pada kekhawatiran atas kondisi ekonomi, setelah Presiden Prabowo mengumumkan serangkaian langkah pemerintah, termasuk realokasi anggaran, pembentukan dana kekayaan negara, serta perluasan kebijakan perumahan untuk keluarga berpenghasilan rendah, yang diproyeksikan akan dapat memperburuk defisit.
Mengutip Antara, Strategist Goldman Sachs Timotius Moe menuturkan, laba perusahaan yang lebih rendah dan likuiditas sistem perbankan yang lebih ketat sebagai tekanan tambahan pada pasar.
"Penundaan yang tidak biasa anggaran bulanan Indonesia pada Januari membuat para investor mengajukan pertanyaan tentang keadaan keuangan pemerintah pasca langkah kebijakan yang diambil Prabowo," ujar Timotius.
Menurunnya peringkat saham dan obligasi Indonesia melanjutkan penilaian serupa dari Morgan Stanley pada akhir bulan lalu, yang telah memangkas peringkat saham Morgan Stanley Capital International (MSCI) Indonesia dari equal weight menjadi underweight.
Dalam laporannya, imbal hasil atau return on equity (ROE) Indonesia menunjukkan momentum penurunan, terutama karena memburuknya lingkungan pertumbuhan bagi sektor cyclical domestik.
