Liputan6.com, Cirebon Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) mendorong petani perkebunan tebu memanfaatkan program Taksi Alsintan untuk membeli alat mesin perkebunan. Melalui pemanfaatan Taksi Alsintan diharapkan dapat mengatasi tantangan dalam budidaya tebu, seperti kekurangan tenaga kerja dan pengeluaran biaya usaha yang besar.
Hal itu disampaikan Mentan saat melakukan panen tebu di Desa Sidamulya kecamatan Astanajapura, Cirebon, Jawa Barat. Seusai melakukan kegiatan panen tebu, Mentan bersama rombongan jajaran lingkup Kementan turut meninjau pabrik gula di Sindanglaut, dan melaksanakan penandatanganan MoU.
Baca Juga
Mentan SYL sangat mengapresiasi kerjasama antara Direktorat Jenderal Perkebunan dan Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) dengan PT Corin Mulia Gemilang dalam menginisiasi model taksi alat mesin perkebunan (TITAN).
Advertisement
"Melalui model TITAN ini diharapkan dapat mengatasi kelangkaan tenaga kerja dan menekan biaya usaha tebu seminimal mungkin," ujar Mentan SYL, Selasa (11/7/2023).
Paket TITAN menyediakan alsin mulai dari pengolahan lahan, tanam, budidaya, panen yang dapat diakses oleh petani dan disediakan oleh Pabrik Gula (PG) melalui mekanisme kemitraan.
"Pada kesempatan kali ini, Saya juga sangat mengapresiasi PT PG Rajawali II karena telah mendorong revitalisasi PG Sindanglaut untuk mulai giling pada tahun 2023 yang telah idle sejak 2020," kata Mentan SYL.
Tantangan Produksi Gula Tebu
Berdasarkan data angka tetap produksi akhir giling diketahui bahwa, produksi gula nasional Tahun 2022 mencapai 2,4 juta ton atau naik 2,1 persen dibandingkan produksi Tahun 2021 yang sebesar 2,35 juta ton. Produksi tersebut berasal dari produksi giling tebu dalam negeri oleh pabrik gula dan dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan gula konsumsi sebesar 3,2 juta ton, sehingga masih dibutuhkan tambahan produksi untuk swasembada sebesar 850 ribu ton.
"Pengembangan gula tebu dihadapkan berbagai tantangan, salah satunya perlu dioptimalkan kembali khususnya terkait produksi gula tebu, pemanfaatan teknologi, ketersediaan varietas unggul baru yang adaptif di lahan kering, dukungan pengolahan, distabilitas harga, peningkatan kuantitas SDM, keterbatasan lahan tebu dan minimnya investasi terhadap industri gula berbasis tebu, ditambah lagi dengan adanya perubahan iklim. Untuk mengatasi tantangan tersebut," terang Mentan SYL.
Advertisement
Program Taksin Alsintan Beri Manfaat Besar Bagi Petani
Sementara, Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Ali Jamil mengatakan, masalah pada budidaya tebu di Indonesia saat ini adalah kekurangan tenaga kerja baik dari penanaman sampai panen. Alat mesin yang dikembangkan untuk tebu mulai dari pembibitan sampai panen, yaitu alat untuk menanam tebu, bongkar ratoon dan rawat ratoon, alat pengkletek dan alat panen.
"Alsintan tebu dari hulu sampai hilir sudah beres. Tinggal nanti bisa diterapkan sebagaimana taksi alsintan, petani tebu bisa menyewa sesuai kebutuhannya,” jelasnya.
Pemerintah, seperti selalu diungkapkan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo untuk mendorong pemanfaatan alsintan dalam usaha tani secara maju, mandiri dan modern.
"Namun dengan kian terbatasnya anggaran pemerintah dari Tahun 2015 yang mencapai Rp 3,5 triliun kini hanya sekitar Rp 300-400 miliar, kami mengajak petani untuk memanfaatkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) alsintan,” ungkap Ali Jamil.
Pemerintah Berikan Relaksasi KUR
Sejak Presiden Jokowi me-launching Program Taksi Alsintan Agustus 2022 lalu di Kabupaten Gresik Jawa Timur, maka oleh Pemerintah melalui Permenko Bidang Perekonomian No. 03/2023 Tentang Kredit Usaha Alsintan dan ditindaklanjuti dengan Permentan 21/2023 Tentang Taksi Alat dan Mesin Pertanian, maka Program Taksi Alsintan ini sudah semakin dirasakan oleh masyarakat petani.
"Pemerintah melakukan relaksasi KUR. Jika sebelumnya bunga KUR sebesar 6 persen, kini turun menjadi 3 persen. Begitu juga uang muka pinjaman, turun dari 30 menjadi 20 persen," tuturnya.
Terbukti, realisasi pembelian Alsintan melalui pola Kredit Usaha Alsintan ini telah terealisasi sebanyak 442 unit Traktor Roda Empat, 1.388 unit Combine Harvester, dan 36 unit Traktor Crawler dengan nilai total sekitar Rp 817 miliar.
“Plafon juga dinaikkan menjadi Rp 2 miliar. Dengan nilai kredit yang lebih besar, petani atau pekebun bisa mengadakan unit alsintan besar, seperti alat panen tebu,” jelasnya.
Advertisement
Kuatkan Kelembagaan UPJA dan Fasilitas Taksi Alsintan
Ali Jamil berharap, ke depan petani atau pekebun tidak lagi tergantung dengan pola bantuan pemerintah, termasuk dalam pengadaan alsintan. Menurutnya, selama ini pekebun memang rata-rata sudah mandiri dan tidak tergantung bantuan. Seperti program untuk petani tanaman pangan, ke depan akan mengembangkan program Taksi Alsintan untuk pekebun (Alsinbun).
“Sekarang ini bagaimana kita menguatkan kelembagaan UPJA dan fasilitasi Taksi Alsintan agar alsintan makin banyak di lapangan dan optimalisasi alsintan tingkat petani,” katanya.
Ali mengungkapkan dengan anggaran pertanian yang kian menurun, pemerintah berupaya agar level mekanisasi terus naik, meski dengan anggaran non APBN. Salah satu programnya adalah Taksi Alsintan dengan memanfaatkan dana KUR.
“Kita harapkan akan ada peningkatan alsintan, baik dari sisi jumlah dan pemanfaatannya,” pungkasnya.
(*)