Badan Geologi Temukan Fosil Gajah Purba di Situs Mala Huma NTT

Proses penggalian fosil gajah purba dilakukan melibatkan puluhan penduduk lokal yang sudah mendapat pelatihan terlebih dahulu.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 24 Jul 2023, 17:30 WIB
Diterbitkan 24 Jul 2023, 17:30 WIB
Tim Pusat Survei Geologi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) temukan fosil gajah purba dan Komodo di NTT. Dok ESDM
Tim Pusat Survei Geologi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) temukan fosil gajah purba dan Komodo di NTT. Dok ESDM

Liputan6.com, Jakarta Tim Pusat Survei Geologi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) temukan fosil gajah purba dan Komodo.

Fosil gajah purba berupa gigi geraham dan komodo berupa rahang tersebut ditemukan di lokasi terbaru di wilayah Situs Malahumma Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Penemuan terjadi setelah Badan Geologi secara berkala melakukan survei dan penggalian di lokasi situs prasejarah di NTT.

"Para ahli Paleontologi di Badan Geologi secara berkala melakukan survei dan penggalian di lokasi tertentu berdasar riset, literatur dan informasi dari penduduk lokal. Saat ini hasil penggalian terbaru di wilayah Situs Mala Huma ditemukan gigi geraham Gajah dan rahang dari Komodo. Fosil-fosil tersebut diperkirakan mencapai usia ratusan ribu tahun yang lalu," ujar Kepala Pusat Survei Geologi Hermansyah melansir laman Kementerian ESDM, Senin (24/7/2023).

"Penemuan fosil ini adalah pengembangan ilmu pengetahuan dan telah dilakukan dari sejak zaman Belanda," lanjut Hermansyah.

Hermansyah mengungkapkan bahwa proses penggalian yang dilakukan melibatkan puluhan penduduk lokal yang sudah mendapat pelatihan terlebih dahulu.

"Saking sudah terbiasa membantu Badan Geologi, ketika sedang menggembala ternaknya matanya mencari-cari sekiranya ada fosil yang bisa mereka temukan di sekeliling mereka," jelas Hermansyah.

Ketika fosil telah ditemukan dan akan diangkat, lanjut Hermansyah, dilakukan proses pelapisan tulang dengan perban (tisu) yang dilapisi dengan gipsum agar ketika proses pengangkatan dan pengangkutan ke Badan Geologi Bandung, tidak mengalami kerusakan.

"Di kantor Badan Geologi dilakukan beberapa tahapan proses untuk bisa segera direkonstruksi kemudian dipajang di Museum Geologi," ungkap Hermansyah.

 

Situs Mala Huma

Fosil
Ilustrasi Fosil (Lisa Yount/Unsplash)

Situs Mala Huma di Kabupaten Nagekeo Flores Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan situs fosil yang menjadi salah satu lokasi ekskavasi atau penggalian yang dilakukan Pusat Survei Geologi Badan Geologi Kementerian ESDM.

Tidak seberapa jauh dari Situs Mala Huma terdapat situs Mata Menge di Kabupaten Ngada Provinsi NTT. Survei dan ekskavasi di Situs Mata Menge dilakukan secara berkala oleh Badan Geologi bekerja sama dengan University of Wollongong Australia dan seperti halnya di Situs Mal Huma di lokasi ini terbanyak ditemukan adalah fosil gajah purba (Stegodon florensis) dan ditemukan juga alat batu (artefak) berupa batu inti dan serpih.

Untuk menampung dan mengumpulkan artefak-artefak purbakala yang berasal dari Pulau Flores yang menyimpan potensi luar biasa di bidang geologi, Badan Geologi Kementerian ESDM bekerja sama dengan Pemerintah Daerah dengan memanfaatkan bangunan atau ruang yang ada milik Pemerintah Daerah untuk membangun site museum.

 

Bangun Site Museum

Rumah Kolektor Fosil, Desainnya bak Museum
Ilustrasi fosil Ichtyosaurus. (dok. Pixabay/Dinny Mutiah)

Dalam pembangunan site museum, Badan Geologi akan membantu menyusun isi dan membuat desain ruang sesuai kaidah-kaidah permuseuman dan memberikan penguatan kapasitas dalam manajemen pengelolaan museum yang berbasis kelembagaan masyarakat.

"Bupati Ngada Andreas Paru, menyetujui rencana Badan Geologi untuk melakukan Site museum di lokasi penemuan fosil tersebut. Site Museum diharapkan dapat menjadi pusat pertumbuhan di daerah-daerah terpencil terutama daerah yang memiliki potensi geologi. Selain memberikan edukasi geologi, Site Museum sekaligus akan meningkatkan kapasitas ekonomi masyarakat melalui pengembangan destinasi wisata lokal serta meningkatkan budaya konservasi di lingkungan masyarakat," jelas Hermansyah.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya