Sindiran Keras Indonesia di KTT G20 India: Pendanaan Transisi Energi Negara Maju Cuma Retorika

Menteri Keuangn Sri Mulyani mengungkapkan pendanaan dari negara maju hanya retorika dan diatas kertas, termasuk komitmen USD 100 billion untuk negara berkembang menghadapi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.

oleh Tira Santia diperbarui 10 Sep 2023, 10:00 WIB
Diterbitkan 10 Sep 2023, 10:00 WIB
Menkeu) Sri Mulyani mendampingi Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam pertemuan sesi pertama KTT G20 India
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mendampingi Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam pertemuan sesi pertama KTT G20 India di Bharat Mandapam, IECC, Pragati Maidan, New Delhi, India, Sabtu 9 September 2023. Jokowi juga didampingi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, dan Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan. (Sumber: Instagram @smindrawati)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mendampingi Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam pertemuan sesi pertama KTT G20 India di Bharat Mandapam, IECC, Pragati Maidan, New Delhi, India, Sabtu 9 September 2023.

Ternyata, tak hanya Sri Mulyani yang mendampingi Presiden, melainkan Jokowi juga didampingi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, dan Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan

Momen itu pun dibagikan Menkeu melalui akun instgaram pribadinya @smindrawati, Minggu (10/9/2023). Bendahara negara ini merangkum paparan Jokowi di G20 India 2023 dimana Jokowi menyebut Komitmen Pendanaan Transisi Ekonomi Negara Maju Hanya Retorika.

"Dimulai dengan tema One Earth -Presiden @jokowi menyampaikan intervensi pertama. Pemimpin G20 harus melakukan aksi nyata melindungi bumi yang tengah sakit. Perubahan iklim makin sulit dicegah kecuali dengan langkah radikal dan masif," ujar Menkeu.

Namun, kata Menkeu, apa yang disampaikan Jokowi tersebut bahwa transisi ekonomi rendah karbon harus dilakukan.

 

"Tapi pendanaan dari negara maju hanya retorika dan diatas kertas, termasuk komitmen USD 100 billion untuk negara berkembang menghadapi adaptasi dan mitigasi," kata Sri Mulyani.

Aksi Nyata Indonesia Atasi Perubahan Iklim

Kendati demikian, Menkeu menegaskan, sebagaimana yang disampaikan Presiden, Indonesia telah dan terus melakukan aksi nyata sebagai kontribusi mencegah perubahan iklim, termasuk menekan deforestasi dan menyusun startegi mekanisme transisi energi menuju energi hijau.

Sebagai informasi, Presidensi G20 India yang mengangkat tema “One Earth, One Family, One Future”, terdapat 13 Working Group dan 11 Engagement Group.

Hal ini berkembang dari Presidensi G20 Indonesia sebelumnya dikarenakan beberapa inisitif baru dalam Presidensi India yakni Culture Working Group, Disaster Risk Resilient and Reduction Working Group, Research and Innovation Initiative Gathering, dan Start-Up 20.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Apa Itu Perubahan Iklim? Ini Panduan Mudah untuk Memahami

Dampak Buruk Perubahan Iklim bagi Kehidupan
Ilustrasi Dampak Perubahan Iklim Credit: pixabay

Suhu global meningkat akibat aktivitas manusia. Masyarakat di seluruh dunia sudah merasakan dampaknya, mulai dari gelombang panas yang hebat hingga naiknya permukaan air laut. Segalanya mungkin akan memburuk dalam beberapa dekade mendatang.

Namun, para ilmuwan berpendapat bahwa tindakan cepat masih dapat menghindari dampak paling berbahaya dari perubahan iklim.

Apa itu perubahan iklim?

Dikutip dari BBC, Minggu (10/9/2023), iklim adalah cuaca rata-rata di suatu tempat selama bertahun-tahun. Perubahan iklim adalah pergeseran kondisi rata-rata tersebut. Iklim telah berfluktuasi secara alami sepanjang sejarah dunia.

Namun, tanpa ragu ilmuwan mengatakan perubahan iklim yang sangat cepat terjadi selama satu abad terakhir disebabkan oleh manusia. Secara khusus, mereka mengatakan hal ini disebabkan oleh semakin meluasnya penggunaan bahan bakar fosil, seperti batu bara, minyak, dan gas di rumah, pabrik, serta transportasi.

Ketika bahan bakar fosil terbakar, mereka mengeluarkan gas rumah kaca, yang berisi sebagian besar karbon dioksida (CO2). Gas-gas itu menangkap panas matahari di atmosfer sehingga menyebabkan suhu planet meningkat.

Sejak dimulainya revolusi industri, ketika manusia mulai membakar bahan bakar dalam jumlah yang besar, jumlah CO2 di atmosfer meningkat lebih dari 50% dan masih terus bertambah.

Akibat peningkatan CO2 dan gas rumah kaca lainnya seperti metana, suhu dunia kini menjadi sekitar 1,1 derajat celcius lebih hangat dibandingkan pada akhir abad ke-19.


Apa Dampak Perubahan Iklim Saat Ini?

Ilmuwan AS: Juli Tercatat Bulan Terpanas di Bumi
Para ilmuwan mengatakan perubahan iklim global dan dampak dari fenomena cuaca El Nino, berada di balik rekor suhu panas itu.

Kenaikan suhu rata-rata global sebesar 1,1 derajat celcius mungkin terdengar sepele, tetapi dampaknya sangat besar terhadap lingkungan. Sejauh ini, dampaknya adalah:

  • Cuaca ekstrem yang lebih sering dan intens, seperti gelombang panas, kekeringan, dan banjir
  • Pencairan gletser dan lapisan es yang cepat, berpengaruh terhadap kenaikan permukaan laut
  • Penurunan besar es laut Arktik
  • Pemanasan laut dan gelombang panas laut

Dampaknya, kehidupan masyarakat sudah berubah. Misalnya, kekeringan yang sedang berlangsung di Afrika Timur telah menyebabkan lebih dari 20 juta orang berisiko mengalami kelaparan parah. Gelombang panas Eropa pada tahun 2022 menyebabkan peningkatan kematian yang tidak normal.

Organisasi Meteorologi Dunia mengatakan, peristiwa cuaca ekstrem telah menyebabkan kerugian ekonomi senilai triliunan dolar dalam beberapa dekade terakhir, tetapi jumlah korban tewas sebenarnya sudah menurun seiring dengan membaiknya sistem peringatan dini.

Infografis Journal
Infografis Journal Dunia Kepanasan, Akibat Perubahan Iklim Ekstrem?. (Liputan6.com/Tri Yasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya