Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah pengusaha mengungkapkan pengalaman saat bertemu dengan Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki membahas tentang risiko yang ditimbulkan TikTok Shop terhadap UMKM domestik. Salah satunya adalah Amrul Asofa yang adalah Founder of PT Naturalva Herba Indonesia (Gerd Zero Pro).
“Jadi tanggal 14 Agustus kemarin saya dan teman-teman diundang Pak Menteri Teten ke kantor Kemenkop, untuk ngomong bahaya social commerce (khususnya TikTok Shop),” tulis pengguna bernama Amrul Asofa dalam unggahan video di akun TikTok pribadinya, dikutip Jumat (6/10/2023).
Advertisement
Baca Juga
Amrul menegaskan, dirinya tidak anti terhadap TikTok. Karena selama pandemi, traffic di platform TikTok Shop berhasil membantu kinerja bisnisnya untuk melejit.
Advertisement
“Awalnya saya seneng, karena ada sosial media yang bisa langsung buat belanja, memudahkan dalam mengukur performa campaign (endorse) dengan melihat total omzet (GMV). Apalagi algoritma live yang oke banget, jadi penjualan baru, (saya) sampe bikin live 24 jam,” cerita Amrul.
Namun Amrul kemudian melihat, ada UMKM yang dipersulit oleh bisnis model ini.
"Kenapa bis begitu? (karena) algoritma. Kalo disini ada yg jualan marketplace, pasti tau penting dan mahalnya eksposur platform. Bahkan ada brand fashion yang berani bayar Rp.2,5 M untuk dapat eksposur marketplace orange,” dia menyebutkan.
Amrul menjelaskan, algoritma sosial media, data behavior, interest & demografi user behavior belanja di TikTok Shop dapat menghasilkan eksposur tertarget yang sangat besar.
“Ini bagus, tetapi akan menjadi bencana ketika eksposur tertarget mempunyai daya beli, digunakan oleh perusahaan white label yang berafiliasi dengan TikTok ditambah dengan diskon platform yang sangat besar (serta) harga jual sangat murah karena subsidi pemerintah di sana,” bebernya.
Faktor kedua yang menjadi perhatian, adalah data Base.
“Ini yang membuat US, India, Belgia dan negara lain menolak TikTok Shop. Data base adalah pilar utama dalam menerapkan strategi, menciptakan produk, marketing, sales promotion, supply change, finance, dan lainnya. (hal ini bisa disebut sebagai deep business intelligence),” imbuh Amrul.
Makin Miskin
Senada, selebritas sekaligus pengusaha Jordi Onsu juga mengungkapkan kurang setuju dengan Project S TikTok.
“Nggak setuju gua,” ujarnya dalam unggahan terpisah yang beredar di TikTok.
Jordi Onsu menyoroti, Project S TikTok sebagai sebuah proyek di mana barang atau produsen dari China bisa memasarkan langsung dan menjual ke pembeli langsung di Indonesia. tanpa melalui afiliasi orang atau pedagang di dalam negeri.
“Gak bisa bro, makin miskin kita. Lu bayangin yang diserap tenaga kerjanya, produsen, bahan bakunya (dari) China, tapi dia mau ngambil uang orang Indonesia sebagai market konsumtifnya,” tandasnya.
“Kecuali ada komitmen, partnership, Indonesia dan juga China. Bahwa memang mungkin bahan bakunya dari sana, tapi assemblenya, pemasarannya di Indonesia. Baru boleh ambil uang orang Indonesia,” lanjutnya.
“Kalau orang Indonesia, kita cuman absorb 10-20 persen untuk jadi satu produk, kita balikin lagi bro,” ujarnya.
Advertisement