Defisit Beras 2,8 Juta Ton, Indonesia Bakal Impor Lagi di 2024

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas/NFA) Arief Prasetyo Adi mengungkap saat ini cukup tinggi. Namun, diakuinya ada kekurangan beras hingga 2,8 juta ton.

oleh Arief Rahman Hakim diperbarui 19 Jan 2024, 10:00 WIB
Diterbitkan 19 Jan 2024, 10:00 WIB
5000 Ton Beras Impor Asal Vietnam Tiba di Pelabuhan Tanjung Priok
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas/NFA) Arief Prasetyo Adi mengungkap saat ini cukup tinggi. Namun, diakuinya ada kekurangan beras hingga 2,8 juta ton. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas/NFA) Arief Prasetyo Adi mengungkap saat ini cukup tinggi. Namun, diakuinya ada kekurangan beras hingga 2,8 juta ton.

Arief bilang defisit beras ini terjadi imbas dari adanya badai El Nino sejak beberapa waktu lalu. Sebagai solusinya, pemerintah akan menutup stok melalui impor. Tapi, ini bukan langkah impor beras baru, melainkan melanjutkan rangkaian impor dari 2023 yang masuk di 2024 ini.

"Untuk angka panen di awal Januari sudah ada proyeksinya, jadi angkanya dekat-dekat 1 juta ton.Sementara kebutuhan beras sebulan sekitar 2,5 sampai 2,6 juta ton," kata Arief, mengutip keterangan resmi, Jumat (19/1/2024).

"Dua bulan di 2024 ini akibat El Nino, total kekurangan kita memang sampai 2,8 juta ton. Tapi kita akan cover dengan yang carry over 2023 dan importasi yang masuk di 2024. Jadi saya rasa cukup stoknya," sambungnya.

Dia mengatakan akan melakukan penjajakan ke sejumlah negara. Seperti Vietnam, Thailand, dan menindaklanjuti dengan China.

"Jadi dari Vietnam, dari Thailand, kemudian tadi kami juga melaporkan bahwa akan menindaklanjuti ke beberapa yang sudah bicara dengan Bapak Presiden, (misalnya) yang dari Cina, kemudian dari Thailand dan Vietnam," ucap Arief.

Teruskan Impor

Meski akan meneruskan impor, Arief menyebut, petani di dalam negeri sebisa mungkin tidak terimbas. Caranya, dengan menjaga harga penyerapan produksi petani lokal tetap baik. Dia juga meminta impor beras dilakukan sebelum panen raya.

"Tapi yang harus diperhatikan, tentunya harga di tingkat petani harus tetap terus dijaga. Kita akan jaga balance ini. Stok importasi juga harus selesai masuk sebelum panen raya, sehingga tidak mengusik produksi hasil panen raya," tegasnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Penuhi Stok Beras

Harga Beras di Pasar Agung, Depok
Beberapa harga pangan di Kota Depok, Jawa Barat menjelang Natal dan tahun baru masih mengalami kenaikan hingga saat ini, pada 4 Desember 2023. (Amira Fatimatuz Zahra/Liputan6.com)

Arief mengatakan, upaya impor ini untuk menjaga stok cadangan beras pemerintah (CBP) cukup tahun ini. Menginhat, ada sejumlah momen besar dalam beberapa bulan kedepan.

"Stok beras kita cukup sampai peak season nanti. Kita tahu bulan depan ada Pemilu, Maret ada Ramadhan, dan April nanti Idul Fitri," tegasnya.

Dengan pengamanan stok CBP, diproyeksikan akan dipergunakan untuk berbagai program selama 2024 ini. Pelaksanaan program bantuan pangan beras kepada 22 juta keluarga membutuhkan total 1,3 juta ton untuk 2 tahapan atau 6 bulan.

Lalu, Program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) ditargetkan menggunakan 1,2 juta ton dari stok CBP yang dijaga Perum Bulog. Selama Januari-Maret ini, SPHP akan dimaksimalkan sebanyak 200 ribu ton tiap bulannya.

 


Impor Beras RI Pecah Rekor

Perum Bulog mengimpor beras dari beberapa negara total mencapai 500 ribu ton. Pada Jumat (16/12/2022), fase pertama impor telah tiba di pelabuhan Tanjung Priok.
Perum Bulog mengimpor beras dari beberapa negara total mencapai 500 ribu ton. Pada Jumat (16/12/2022), fase pertama impor telah tiba di pelabuhan Tanjung Priok.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat selama tahun 2023 Indonesia telah impor beras sebanyak 3,06 juta ton. Angka tersebut tertinggi dalam 5 tahun terakhir.

"Selama 5 tahun terakhir, impor beras di 2023 ini merupakan yang terbesar yakni sebesar 3,06 juta ton atau mengalami peningkatan sebesar 613,61% dibandingkan 2022," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini dalam konferensi pers, Senin (15/1/2024).

Dilihat dari trennya, impor beras memang dominan mengalami kenaikan. Tercatat pada tahun 2019 impor beras mencapai 444,51 ribu ton, kemudian tahun 2020 mengalami penurunan menjadi 356,29 ribu ton.

Namun, kemudian naik kembali di tahun 2021 menjadi 407,74 ribu ton impor beras. Lalu, impor beras selama 2022 mencapai 429,21 ribu ton, dan puncaknya tahun 2023 mencapai 3,06 juta ton.

"Jika dilihat menurut HS 8 digitnya, impor beras tahun 2023 sebesar 3,06 juta ton didominasi oleh semi-milled or wholly milled rice atau HS 10063099 sebesar 2,7 juta ton dengan share 88,18 persen," ujar Pudji.

 


Paling Banyak dari Thailand

BPS Catat Kenaikan Harga Beras Sumbang Inflasi
Perbandingan peningkatan produksi beras dengan konsumsi menjadi salah satu faktor penyebab makanan pokok tersebut masih menyumbang inflasi Indonesia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Adapun berdasarkan negara asalnya, selama 2023 Indonesia paling banyak melakukan impor beras dari Thailand yakni sebanyak 1,38 juta ton atau mencakup 45,12 persen.

Selanjutnya, impor beras dari Vietnam sebesar 1,14 juta ton atau 37,47 persen, Pakistan 309 ribu ton atau 10,10 persen, Myanmar 141 ribu ton atau 4,61 persen, dan lainnya 83 ribu ton atau 2,70 persen.

Pudji menjelaskan, bahwa beras termasuk dalam golongan barang serealia seperti gandum yang juga mengalami peningkatan nilai impor terbesar selama 2023.

BPS mencatat, share komoditas Serealia terhadap total impor yaitu sebesar 2,26 persen atau mengalami peningkatan sebesar USD 1 miliar dibandingkan tahun 2022.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya