Liputan6.com, Jakarta Raksasa teknologi IBM menjadi sorotan usai mendorong para karyawan di Amerika Serikat untuk kembali bekerja dari kantor.
Langkah ini diduga jadi upaya IBM menghilangkan sistem kerja jarak jauh (work from home/WFH). Perusahaan bahkan memberi tahu para manajer yang berbasis di AS untuk segera melapor secara langsung.
Baca Juga
Tak tanggung-tanggung, perusahaan memberi peringatan bagi karyawan yang menolak dan tidak mematuhi aturan dianggap mengundurkan diri. Ini terkuak dari memo internal perusahaan tertanggal 16 Januari dari Wakil Presiden Senior IBM, John Granger.
Advertisement
Melansir CNN Business, Rabu (31/1/2024) para eksekutif dan manajer IBM diharapkan untuk bertemu langsung setidaknya tiga hari dalam sepekan, dan pekerja jarak jauh yang tinggal lebih dari 50 mil dari kantor memiliki waktu hingga Agustus 2024 untuk pindah lebih dekat.
Namun, perusahaan memberikan pengecualian bagi karyawan IBM di AS yang memiliki masalah kesehatan atau berdinas.
Di AS, IBM telah menutup sejumlah kantornya sejak pandemi COVID-29. Dengan adanya aturan ini diperkirakan pekerja yang bekerja dari jarak jauh terpaksa harus berpindah kota demi mempertahankan pekerjaannya. Kantor IBM yang ditutup di AS termasuk Philadelphia, pusat negara bagian New York, dan Iowa.
Dilaporkan, peralihan IBM dari pekerjaan jarak jauh terus meningkat sejak pandemi COVID-19. Masing-masing tim telah menerapkan kebijakan tatap muka, dan CEO Arvind Krishna sangat vokal mengenai preferensinya untuk kehadiran di kantor.
Dalam sebuah wawancara pada bulan Mei dengan Bloomberg, Krishna mengatakan promosi jabatan akan lebih kecil kemungkinannya bagi para pekerja di luar lokasi kerja – meskipun ia juga mengatakan bahwa para pekerja tidak akan dipaksa untuk kembali ke kantor.
Krishna juga mengatakan bahwa perusahaan berencana menggunakan AI untuk menggantikan 7.800 pekerjaan selama 5 tahun ke depan. Perusahaan juga mulai mengisyaratkan akan adanya PHK.
Desakan WFO Perusahaan di AS
Di AS, IBM bukan satu-satunya perusahaan yang mendorong karyawannya kembali ke kantor, meskipun banyak CEO yang menyerah dalam upaya agar karyawan kembali ke kantor secara penuh waktu, menurut survei CEO dari The Conference Board.
Survei tersebut menemukan, hanya 4 persen CEO di AS dan 4 persen CEO di seluruh dunia mengatakan bahwa mereka akan memprioritaskan membawa pekerja kembali ke kantor secara penuh waktu.
Sebaliknya, menarik dan mempertahankan talenta adalah prioritas internal utama bagi para pemimpin bisnis.
Conference Board mensurvei lebih dari 1.200 eksekutif, termasuk 630 CEO, di Amerika Serikat, Amerika Latin, Jepang, dan Eropa.
Namun hal itu tidak berarti beberapa perusahaan AS tidak mengambil sikap keras di tahun baru ini.
UPS baru-baru ini mengumumkan penghapusan kebijakan kerja hybrid dan kini memanggil karyawan perusahaan untuk kembali bekerja penuh waktu. Kebijakan tersebut akan dimulai pada 4 Maret, menurut sebuah memo internal.
Advertisement
Aturan Ketat Bekerja di Kantor
Pada kuartal kedua tahun 2023, perusahaan-perusahaan besar di AS mengumumkan bahwa mereka semakin ketat dalam pekerjaan kantor, namun tidak mengumumkan pengembalian penuh.
Pada bulan Agustus, CEO Amazon Andy Jassy mengatakan karyawan yang tidak mematuhi aturan bekerja 3 hari sepekan di kantor dapat melihat hari-hari mereka di raksasa teknologi itu akan segera berakhir.
Meta tahun lalu juga memberi tahu karyawannya bahwa setelah Hari Buruh, para manajer akan melacak kehadiran untuk kebijakan 3 hari sepekan di kantor.
Bahkan Zoom yang menerapkan era work from home (WFH) telah menghimbau karyawannya kembali masuk kantor.