54 Negara di Dunia Gelar Pemilu, Ekonomi Global 2024 Justru Loyo

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkap ada dampak terhadap ekonomi global disaat adanya pemilihan umum (pemilu) di 54 negara di dunia.

oleh Arief Rahman H diperbarui 01 Feb 2024, 12:45 WIB
Diterbitkan 01 Feb 2024, 12:45 WIB
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam Forum Stabilitas Moneter di Tengah Dinamika Ekonomi 2024, di Jakarta, Kamis (1/2/2024)
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam Forum Stabilitas Moneter di Tengah Dinamika Ekonomi 2024, di Jakarta, Kamis (1/2/2024) (dok: Arief)

Liputan6.com, Jakarta Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkap ada dampak terhadap ekonomi global disaat adanya pemilihan umum (pemilu) di 54 negara di dunia. Ini menjadi lanjutan dinamika ekonomi sejak beberapa tahun terakhir.

Perry mengatakan, gelombang dinamika ekonomi global saat ini tidak sebesar seperti yang terjadi 2-3 tahun lalu. Namun, hal ini yang perlu diwaspadai juga kedepannya.

"54 negara mengadakan pemilu tahun ini dan tentu saja ada dinamika politik accross the globe, thats visit (berpengaruh ke Indonesia)," ujar Perry dalam Forum Stabilitas Moneter di Tengah Dinamika Ekonomi 2024, di Jakarta, Kamis (1/2/2024).

Dia mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi di beberapa negara besar terfragmentasi. Misalnya ada Amerika Serikat dan China yang terpantau turun. Namun, India dan Indonesia masih mengalami tren kenaikan.

"Sumber-sumber pertumbuhan terjadi fragmentasi, Amerika turun, Tiongkok melempem, India masih naik, Indonesia? Thank's Godness, bersyukur, we are one of the best economic performance of the world, itu yang kita lakukan," tegasnya.

Ekonomi Dunia Melambat

Secara global, ekonomi dunia juga ikut melambat. Pada 2023 tercatat peetumbuhannya sekitar 3 persen, pada 2024 ini diprediksi turun menjadi 2,8 persen, dan tahun 2025 bakal kembali lagi ke level 3 persen.

Kemudian, dari negara adidaya, Amerika Serikat mencatatkan pertumbuhan ekonomi tahun lalu sekitar 3 persen. Tahun ini diprediksi turun ke 1,3 persen, dan tahun depan diprediksi naik lagi ke 1,8 persen.

"China yang tahun lalu adalah sekitar 5 persen, tahun ini 4,6 persen, tahun depan turun lagi. Bagi bapak ibu yang berdagang dengan China, Look at that. Properti china masih berat untuk recover. Harga komoditas agak turun, itu adalah yang terjadi, face it," tuturnya.

 

Tingkat Inflasi

Inflasi Ekonomi Indonesia
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini mengatakan tren penurunan inflasi ini menunjukan stabilitas harga komoditas pangan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Kemudian, Perry memaparkan juga adanya dampak fiskal imbas oemilu di 54 negara. Hal ini lagi-lagi menimbulkan ketidakpastian.

"Meningkatkanya fiskal karena pemilu 54 negara ada kecenderungan lebih populis dan uncertainty. Tapi kalau kita takar gelombang dinamika ekonomi 2024-2025 lebih kecil dari 2023 apalagi 2022," ujarnya.

"Apakah tidak terjadi gelombang? That's life tapi gelombangnya tidak sebesar ini, itulah optimis tapi tetap waspada," imbuh Perry.

Dilihat dari tingkat inflasi, Perry menilai angkanya masih terlalu tinggi meski ada penurunan. Inflasi global tahun lalu tercatat sebesar 6,8 persenz tahun ini 5,4 persen, dan tahun depan diprediksi turun ke 4,8 persen.

"Inflasi sudah turun, tapi apakah masih terlalu tinggi? Iya. Tapi sudah turun," kata Perry.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya