Liputan6.com, Jakarta - Transfer kekayaan dalam jumlah besar dalam satu dekade ke depan kemungkinan besar akan menjadikan generasi milenial sebagai generasi terkaya dalam sejarah. Hal itu diungkapkan dalam laporan yang disusun konsultan real estat global, Knight Frank.
Laporan Kekayaan tahunan Knight Frank,yang akan dirilis ke publik dalam pekan depan, mengkaji tren terkini di bidang properti dan ekonomi di seluruh dunia.
Melansir CNBC International, Jumat (1/3/2024) laporan Knight Frank menemukan bahwa, selama 20 tahun ke depan, generasi baby boomer, atau mereka yang lahir antara tahun 1946 dan 1964 akan menyerahkan kendali kekayaan kepada mereka yang lahir antara tahun 1981 hingga 1996 atau generasi milenial.
Advertisement
Di Amerika Serikat saja, Knight Frank mengatakan peralihan ini akan menyebabkan perpindahan aset senilai USD 90 triliun antar generasi.
"(Perpindah tersebut) menjadikan generasi milenial kaya sebagai generasi terkaya dalam sejarah,” ungkap konsultan tersebut.
Hal ini terjadi ketika penelitian menunjukkan bahwa banyak generasi millenial dan Gen Z mengalami kesulitan mencapai pencapaian yang sama seperti generasi sebelumnya, termasuk menemukan ruang dalam anggaran mereka untuk berinvestasi.
Sebagai informasi, Gen Z secara umum didefinisikan sebagai orang yang lahir antara tahun 1996 dan 2012.
Salah satu faktor sulitnya berinvestasi adalah harga sewa yang melonjak, kenaikan inflasi, dan utang pelajar telah berkontribusi pada perjuangan generasi milenial untuk membeli rumah sendiri atau menambah tabungan mereka.
Namun, selama beberapa tahun, kondisi ini telah memicu narasi bahwa generasi milenial adalah konsumen roti panggang alpukat yang malas dan membuang-buang uang untuk membeli kopi mahal.
Perubahan Seismik
Liam Bailey, kepala penelitian global di Knight Frank, mengatakan transfer kekayaan terjadi di tengah perubahan seismik dalam cara penggunaan aset.
Perubahan iklim, misalnya, merupakan salah satu bidang di mana terdapat perbedaan yang jelas antar generasi dalam hal prioritas investasi.
"Generasi Milenial tampaknya telah memahami pesan mengenai pengurangan konsumsi, 80 persen responden laki-laki dan 79 persen responden perempuan mengatakan bahwa mereka berupaya mengurangi jejak karbon mereka," kata Bailey.
Sebaliknya, hanya 59 persennlaki-laki generasi boomer yang berusaha mengurangi dampak buruknya, jauh di bawah perempuan yang mencapai 67 persen, ungkapnya.
Advertisement