Butuh Efisiensi Energi Buat Kejar Nol Emisi Karbon pada 2050

Vice President Head of Local Business Area, Motion, ABB Indonesia Chen-Kang Tan menyampaikan efisiensi energi perlu dilakukan untuk mengejar penurunan emisi karbon nasional.

oleh Arief Rahman H diperbarui 13 Mar 2024, 18:45 WIB
Diterbitkan 13 Mar 2024, 18:45 WIB
Vice President Head of Local Business Area, Motion, ABB Indonesia Chen-Kang Tan (Foto: Liputan6.com/Arief R)
Vice President Head of Local Business Area, Motion, ABB Indonesia Chen-Kang Tan (Foto: Liputan6.com/Arief R)

Liputan6.com, Jakarta - Komitmen negara di dunia tengah diuji dalam mengejar target untuk menekan emisi karbon menjadi nol pada 2050 (NZE). Penggunaan energi menjadi salah satu aspek yang penting dalam prosesnya ke depan.

Indonesia sendiri memiliki peran penting dalam menekan emisi karbon. Salah satunya, meningkatkan penggunaan energi yang efisien di sektor industri.

Vice President Head of Local Business Area, Motion, ABB Indonesia Chen-Kang Tan menyampaikan efisiensi energi perlu dilakukan untuk mengejar penurunan emisi karbon nasional.

"Sebenarnya efisiensi energi itu merupakan elemen paling penting," kata CK Tan saat ditemui di kantornya, Jakarta, Rabu (13/3/2024).

Dia mencatat, setidaknya ada 2 skenario yang disepakati sejak Paris Agreement. Pertama, skenario atas kebijakan yang sama seperti saat ini. Namun, hal ini tak berarti signifikan menekan emisi karbon dunia.

"Dalam upaya menurunkan emisi karbon dunia ini ada 2 skenario. Pertama menjalankan kebijakan saat ini, namun sampai nanti ke 2050 tetap tingkat emisinya akan tetap naik," ujar dia.

Skenario kedua, adalah bekerja sama antar negara-negara di dunia untuk menekan emisi karbon. Mulai dari penggunaan energi nuklir, elektrifikasi, penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT), hingga penggunaan energi secara efisien.

"Lalu, skenario kedua adalah semua negara berusaha sungguh-sungguh untuk memulai dengan perhitungannya dibagi-bagi, ada (penggunaan tenaga nuklir), ada peralihan pengunaan energi, ada penggunaan EBT, jadi kita tidak bisa seperti tadi," tuturnya.

 

 

Ada Dua Skema

Vice President Head of Local Business Area, Motion, ABB Indonesia Chen-Kang Tan (Foto: Liputan6.com/Arief R)
Vice President Head of Local Business Area, Motion, ABB Indonesia Chen-Kang Tan (Foto: Liputan6.com/Arief R)

Diketahui, ada 2 tahapan yang ditetapkan untuk menekan emisi karbon global. Tahapan pertama adalah mengejar emisi karbon pada 2030. Caranya, dengan meningkatkan kapasitas EBT sebesar 3 kali lipat. Hal ini diimbangu dengan 2 kali lipat efisiensi energi. Lalu, menurunkam gas metana dari bahan bakar fosil sebesar 75 persen. Selanjutnya, semua kapasitas industri berat harus mampu menerapkan near-zero-emission.

CK Tan menyebut, sederet hal yang perlu dilakukan guna mengejar nol emisi karbon (NZE) di 2050 adalah membuat 90 persen pembangkit listrik adalah ENT. Menggandakan pembangkit listrik nuklir, hingga mengelektrifikasi 50 persen peralatan.

"Kita butuh 50 persen terelektrifikasi dan 90 persennya dari EBT, dan itu kita bisa capai net zero carbon. Lebih banyak green energy, equipment yang electrified dan efisiensi energi," pungkasnya.

ABB Sumbang Teknologi di PLTS Terapung Cirata, Bisa Pangkas 214 Ribu Ton Karbon Tiap Tahun

PLTS Cirata akan uji coba
Rencananya PLTS akan segera diuji coba pada bulan Oktober mendatang sebelum diresmikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada November 2023. (merdeka.com/Arie Basuki)

Sebelumnya diberitakan, ABB, sebuah perusahaan global di bidang elektrifikasi dan otomatisasi mendukung Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata. PLTS seluas 250 hektar yang merupakan terbesar di Asia Tenggara mendistribusikan pasokan energi andal dan ramah lingkungan ke sekitar 50.000 rumah.

Proyek ini serupa dengan berbagai proyek instalasi tenaga surya terapung di dunia yang dibangun di atas pembangkit listrik tenaga air dengan tujuan menghasilkan pasokan listrik yang andal, efisien, dan bersih. Langkah ini sejalan dengan hasil studi jurnal Nature yang mengkalkulasi besaran energi listrik yang dihasilkan dari penggunaan 10 persen PLTA yang ada di seluruh dunia melalui panel surya terapung adalah setara dengan tenaga listrik berbahan bakar fosil yang ada di seluruh dunia.

Sejalan dengan hal itu, Pemerintah mengintegrasikan peningkatan porsi energi terbarukan ke dalam sistem ketenagalistrikan sebagai hal yang krusial dalam mendukung pencapaian target energi terbarukan sebesar 23 persen pada 2025.

Commercial Vice President at ABB’s Electrification business in Indonesia Ken Yap menjelaskan, Proyek PLTS Terapung Cirata merupakan kolaborasi antara pemerintah Indonesia, melalui PT PLN Nusantara Power dengan Masdar, sebuah grup energi terbarukan yang berbasis di Abu Dhabi.

 

Gandeng Tenaga Ahli Lokal

PLTS Cirata akan uji coba
Pengembangan PLTS Terapung Cirata merupakan salah satu bentuk dukungan bagi pemerintah dalam mewujudkan penurunan emisi karbon sebesar 29 persen di Tahun 2030 yang telah ditandatangani dalam Paris Agreement Tahun 2015. (merdeka.com/Arie Basuki)

"Dengan menggandeng tenaga ahli lokal, ABB berhasil menginstalasi, menguji, dan mengoperasikan switchgear berinsulasi udara primer (AIS) tegangan menengah (MV) pada tahap pertama proyek tersebut yang memiliki kapasitas 192-megawatt peak (MWp), atau hampir 30 kali lipat dari kapasitas Ladang Tenaga Surya Terapung terbesar di Eropa, yaitu waduk Alqueva, Portugal," kata dia dalam keterangan tertulis, Jumat (8/12/2023).

Ditambah lagi, jangkar dan tambatan yang digunakan di Bendungan Cirata, yang mencapai kedalaman 100 meter, merupakan yang terdalam di dunia. Keberadaan PLTS terapung ini diharapkan dapat menghindarkan 214.000-ton emisi karbon dioksida setiap tahunnya.

“Kami bangga dapat menjadi bagian dari proyek ini, yang tidak hanya strategis bagi Pemerintah Indonesia, namun juga memberikan sinyal positif bagi perekonomian global lainnya yang bermaksud meningkatkan target dekarbonisasi mereka melalui Pembangkit Listrik Tenaga Surya Terapung,” kata Ken Yap.

 

 

Pekerjakan 1.400 Warga Lokal

PLTS Cirata akan uji coba
Seperti dikutip dari situs plnnusantarapower.co.id, PLTS terapung yang dibangun di atas perairan Waduk Cirata ini dikembangkan oleh anak usaha PJB, PT PJB Investasi (PT PJBI) bekerja sama dengan Masdar, perusahaan dari Uni Emirat Arab. (merdeka.com/Arie Basuki)

Ia melanjutkan, teknologi terdepan dari ABB merupakan bagian penting dalam distribusi energi terbarukan yang andal dari pembangkit listrik tenaga fotovoltaik (PV) terapung pertama dengan skala utiliti di Indonesia dan terbesar di Asia Tenggara.

"Infrastruktur distribusi yang kuat sangat penting bagi keberhasilan rencana Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan porsi energi terbarukan dalam bauran energinya, dan kami sangat antusias dapat menjadi bagian dari perjalanan tersebut”, tambahnya.

Solusi ABB yang mencakup 17 panel MV primer AIS UniGear ZS1, yang dilengkapi relai proteksi Relion® ini, bertujuan mengontrol, melindungi, dan mengisolasi peralatan listrik serta memastikan keandalan pasokan listrik.

Perangkat tersebut juga membutuhkan pemeliharaan minimum yang memungkinkan tingkat pengembalian investasi yang optimal.

Lebih lanjut lagi, perlindungan dan kontrol pengumpan rangkaian produk Relion®, REF615 dapat meningkatkan keselamatan karena memungkinkan untuk dioperasikan dan dikendalikan dari jarak jauh.

 

Energi Baru Terbarukan

Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung terbesar di Asia Tenggara dengan kapasitas 145 MWac atau setara dengan 192 MWp yang berlokasi di Waduk Cirata, Jawa Barat. Dok PLN
Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung terbesar di Asia Tenggara dengan kapasitas 145 MWac atau setara dengan 192 MWp yang berlokasi di Waduk Cirata, Jawa Barat. Dok PLN

Selain itu, jumlah switchgear ini dapat dengan mudah ditambah, seiring dengan meningkatnya kebutuhan pembangkit di masa mendatang. Adapun keuntungan lainnya dari PV terapung adalah modul-modulnya tetap terjaga dalam kondisi sejuk karena dikelilingi air di sekitarnya sehingga berdampak pada efisiensi yang optimal.

Saat ini, energi terbarukan baru menyumbang 14 persen dari total bauran energi di Indonesia. Karenanya, Pemerintah telah menargetkan penambahan 60 instalasi PV terapung lainnya seperti pembangkit listrik Cirata untuk mencapai target 23 persen energi terbarukan pada 2025, dan 31 persen pada 2050.

Didukung 100 waduk dan 521 danau alami di seluruh negeri, Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk mewujudkan target yang dimaksud, dan proyek Cirata akan menjadi cetak biru (blueprint) untuk mereplikasi lebih banyak pembangkit listrik tenaga surya terapung di berbagai wilayah Indonesia maupun di seluruh penjuru dunia.

Pembangkit Listrik Tenaga Surya Terapung Cirata mempekerjakan lebih dari 1.400 warga lokal selama proses konstruksinya, serta mencatatkan lebih dari 2 juta jam kerja tanpa kecelakaan.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya