Liputan6.com, Jakarta - Banyak orang menganggap investasi hanya dapat dilakukan orang yang kaya atau orang yang sudah berusia lanjut. Akan tetapi, sebenarnya investasi dapat dilakukan oleh siapa saja terlepas dari usia maupun kekayaan yang dimiliki.
Bahkan investasi seharusnya dilakukan ketika seseorang masih muda.
Baca Juga
Melihat jumlah masyarakat Indonesia yang berinvestasi hanya 12 juta orang saja meskipun memiliki jumlah penduduk yang besar, PT Bank Danamon Indonesia Tbk program pelatihan bertajuk “Investasi 101: Membangun Masa Depan Finansial Anda” yang diadakan di Menara Danamon, Jakarta Selatan pada hari Rabu (8/5/2024).
Advertisement
Program ini menyasar masyarakat Indonesia dari kalangan jurnalis dari berbagai media.
Head of Consumer Funding & Wealth Business Bank Danamon Indonesia Ivan Jaya mengatakan, penyebab melesunya nilai mata uang rupiah adalah sedikitnya investasi yang dilakukan oleh masyarakat dalam negeri sehingga ketika investor yang berasal dari luar negeri menarik investasinya dari Indonesia, nilai mata uang menjadi melemah.
"Ketika investor asing mencairkan dividennya, menukarnya menjadi dolar AS, lalu menariknya keluar dari Indonesia karena Indonesia sedang lagi tidak mengelola investasi akibat libur Lebaran misalnya, nanti akibatnya apa? Nilai mata uang melemah kan? Kemarin nyentuh 16.000 per dolar AS" Ivan Jaya, Rabu (8/5/2024).
Mengapa Harus Berinvestasi
Ivan memaparkan salah satu alasan untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia adalah untuk mengurangi penurunan nilai uang karena inflasi.
"Fungsi utama investasi adalah untuk mengalahkan inflasi. Tahun 90-an orang bisa dapat satu paket ayam yang isinya dua dan nasi di restoran terkemuka hanya seharga Rp 4.500. Sekarang berapa? Bisa sampai Rp 48.000 lebih. Nah kenaikan harga itu yang disebut sebagai inflasi," ujar Ivan.
Selain itu, masyarakat Indonesia juga menjadi tidak siap pensiun karena mereka tidak memiliki dana masa tua yang cukup untuk pensiun akibat kurangnya pengetahuan mengenai investasi.
"90% orang nggak siap untuk pensiun karena mereka tidak memiliki dana yang dapat digunakan di masa pensiun karena tidak mengetahui bagaimana cara mendaptakan pendapatan meskipun sudah pensiun dari kerjanya" ujar Ivan.
Advertisement
Rekomendasi
Berinvestasi di tengah pasar yang gonjang-ganjing akibat berbagai konflik geopolitik memerlukan pemilihan instrumen investasi yang tepat. Dalam presentasinya, Ivan menyarankan calon investor untuk berinvestasi obligasi jangka pendek. Obligasi itu sendiri adalah surat utang jangka menengah maupun jangka panjang yang dapat diperjualbelikan.
"Kalau untuk saat ini, lebih baik investasi ke obligasi jangka pendek karena harganya rendah. Nanti ketika konflik geopolitiknya sudah menunjukkan tanda keredaan, bisa dialihkan ke obligasi dengan jangka waktu yang lebih panjang atau ke instrumen yang lebih beresiko seperti saham" ujar Ivan.