6 Fakta Terbaru Kecelakaan Maut di Subang yang Tewaskan 11 Orang

Kepala Dinas Kesehatan Subang dr Maxi menyampaikan, dari 11 korban kecelakaan itu, 10 korban di antaranya merupakan rombongan bus yang merupakan pelajar dan seorang guru SMK Lingga Kencana Depok.

oleh Arthur Gideon diperbarui 13 Mei 2024, 11:11 WIB
Diterbitkan 13 Mei 2024, 11:10 WIB
Tangis Histeris Orang Tua Sambut Siswa SMK Lingga Kencana yang Selamat
Korban kecelakaan bus pariwisata yang membawa rombongan pelajar SMK Lingga Kencana Depok, di Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang, Jawa Barat, dilaporkan mencapai 11 orang. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta - Kecelakaan lalu lintas terjadi di Jalan Raya Kampun Palasar, Desa Palasari, Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Kecelakaan maut ini melibatkan bus pariwisata yang membawa rombongan pelajar SMK Lingga Kencana Depok dengan pengendara sepeda motor.

"Waktu kejadian pada hari Sabtu, 11 Mei 2024 sekira pukul 18.45 Wib," kata Kabid Humas Polda Jawa Barat Kombes Jules Abraham Abast saat dikonfirmasi, Jakarta, pada Sabtu 11 Mei 2024.

Korban kecelakaan bus pariwisata yang membawa rombongan pelajar SMK Lingga Kencana Depok, di Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang, Jawa Barat, dilaporkan mencapai 11 orang.

Kapolda Jawa Barat Irjen Akhmad Wiyagus saat meninjau lokasi kecelakaan di jalan raya Desa Palasari, Kecamatan Ciater, Subang, Sabtu malam (11/5/2024), menyampaikan bahwa korban meninggal dalam kecelakaan itu berjumlah 11 orang.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Subang dr Maxi menyampaikan, dari 11 korban kecelakaan itu, 10 korban di antaranya merupakan rombongan bus yang merupakan pelajar dan seorang guru SMK Lingga Kencana Depok.

Sedangkan satu korban meninggal lainnya adalah pengendara sepeda motor yang tercatat sebagai warga Cibogo, Subang.

Melihat lebih jauh, berikut ini fakta terbaru dalam kecelakaan maut di Subang yang tewaskan 11 orang seperti dirangkum Liputan6.com:

 

1. Bus Sangat Tua dan Tidak Terawat

Tangis Histeris Orang Tua Sambut Siswa SMK Lingga Kencana yang Selamat
Tangis orang tua pecah sambil memeluk sang anak setelah dua dari tiga bus rombongan SMK Lingga Kencana yang selamat dari kecelakaan maut tiba di Limo, Depok, Minggu (12/5/2024). (merdeka.com/Arie Basuki)

Keluarga korban kecelakaan maut di jalan turunan Ciater, Kabupaten Subang, Jawa Barat, mengeluhkan kondisi bus yang digunakan mengangkut rombongan study tour siswa SMK Lingga Kencana, Depok, tak terawat.

"Faktor utama memang saya lihat mobilnya sudah tua banget dan kurang perawatan," ungkap paman korban Robiatul Adawiyah, Robby Kurnia Akbar usai memakamkan keponakannya di Tempat Pemakaman Umat Islam (TPUI), Kota Depok, Minggu (12/5/2024).

Ia melihat langsung kondisi bus pariwisata bernopol AD 7524 OG sesaat setelah peristiwa kecelakaan di tempat kejadian. Saat itu ia hendak mencari informasi mengenai kabar keponakannya.

Selain melihat bus yang sudah hancur, Robby juga menyaksikan korban-korban dalam kondisi luka mengenaskan menunggu dievakuasi dari lokasi kecelakaan.

"Waktu di Subang banyak korban yang lukanya benar-benar tidak enak untuk dilihat, ada yang nangis menjerit," ujarnya yang dikutip dari Antara.

Meski begitu, ia menyerahkan permasalahan bus yang dinilai tidak layak jalan tersebut kepada pihak yayasan yang mengelola SMK Lingga Kencana.

"Kalau buat ke depan kita kerja sama dengan yayasan melakukan upaya ke PO bus. Saya enggak mau campur urusan bus, biar sekolah yang menangani," kata Robby.

 

2. Sopir Bus Maut SMK Lingga Kencana Minta Maaf

Tangis Histeris Orang Tua Sambut Siswa SMK Lingga Kencana yang Selamat
Rombongan siswa korban selamat kecelakaan bus pariwisata SMK Lingga Kencana di Subang Jawa Barat, tiba sekitar pukul 5 pagi. (merdeka.com/Arie Basuki)

Kecelakaan menimpa bus Trans Putera Fajar di Ciater Subang, Sabtu 11 Mei 2024. Bus yang mengangkut pelajar SMK Lingga Kencana Depok itu terguling hingga menewaskan 11 orang.

Atas kejadian ini, sopir bus, Sadira menyampaikan permohonan maafnya kepada keluarga korban. Baik korban yang meninggal maupun yang mengalami luka ringan ataupun berat.

"Keluarga-keluarganya (korban) saya mohon maaf sebesar besarnya, karena kejadian ini semua tidak ada yang mau, karena ini namanya musibah. Maafkan saya, telah tidak ada keluarganya pada saat saya bawa, yang luka berat, atau ringan, atau meninggal saya mohon maaf sebesar besarnya," kata Sadira yang dikutip dari Antara, Minggu (12/5/2024).

Sadira sebelumnya mengungkapkan, kejadian itu bermula saat sedang makan di sore hari kawasan Ciater, Subang, Jawa Barat. Pada saat makan, ia sempat diingatkan kalau kondisi bus yang dikendarainya mengalami rem blong.

"Saat itu sudah saya perbaiki, sudah semua, saya sampai panggil montir, kemudian dicek, aman, saya lanjutkan," kata Sadira.

Merasa sudah aman, bus tersebut kemudian melanjutkan perjalanannya. Hanya saja di pertengahan jalan kondisi remnya lagi-lagi mengalami masalah hingga akhirnya tidak berfungsi.

Tidak berfungsinya rem tersebut juga merambat ke bagian perseneling gigi.

"Iya, jadi pada saat. Jadi saya mau masuk gigi susah, kalau sudah ada angin habis itu masuk gigi jadi susah," kata dia.

 

3. Polisi Sebut TKP Sering Terjadi Kecelakaan

Kapolda Jawa Barat (Jabar) Irjen Akhmad Wiyagus
Kapolda Jawa Barat (Jabar) Irjen Akhmad Wiyagus memimpin proses evakuasi korban kecelakaan bus rombongan pelajar SMK Lingga Kencana Depok di turunan Ciater, Subang. (Foto: Istimewa).

Kepala Korps Lalu Lintas (Kakorlantas) Polri Irjen Pol. Aan Suhanan menyatakan bahwa tempat kejadian perkara (TKP) bus terguling di Jalan Raya Kampung Palasari, Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang, merupakan jalur rawan kecelakaan (blackspot). Dalam kejadian itu, 11 orang meninggal dunia.

“Lokasi ini adalah blackspot, sering terjadi kecelakaan di sini,” kata Aan saat meninjau olah TKP di lokasi kejadian di Subang, Minggu (12/5/2024).

Aan menyebut pihaknya akan menggelar Focus Group Disscusion (FGD) bersama instansi terkait untuk memberi rekomendasi kepada pemerintah daerah setempat guna mencegah kejadian serupa terjadi di kemudian hari.

"Rekomendasi termasuk masalah rekayasa lalu lintas, penambahan rambu, atau mungkin seperti mana, (jalur) Emen ada diperlebar dan sebagainya, itu semua akan kita tuangkan," katanya.

Dia mengatakan berdasarkan hasil sementara dari olah tempat kejadian perkara (TKP), pihaknya tidak menemukan jejak rem di lokasi kecelakaan bus terguling.

"Jadi kalau kami lihat dari TKP yang ada, ini tidak ada jejak rem dari bus tersebut. Yang ada itu bekas ban, satu bagian, diduga itu ban kanan, ada beberapa meter di situ. Kemudian sampai akhir titik kejadian di depan sana menabrak tiang listrik," kata Aan saat meninjau olah TKP di lokasi kejadian di Subang, Minggu.

Dirinya menduga bahwa kecelakaan bus yang membawa siswa SMK Lingga Kencana tersebut diakibatkan oleh kegagalan pada fungsi rem dari bus tersebut sehingga oleng ke kanan hingga menabrak kendaraan mobil dari arah berlawanan.

 

4. Aturan Batas Usia Kendaraan Bus

Keluarga pelajar SMK Lingga Kencana yang menjadi korban kecelakaan menangis menyambut kedatangan jenazah, Minggu (12/5/2024).
Keluarga pelajar SMK Lingga Kencana yang menjadi korban kecelakaan menangis menyambut kedatangan jenazah, Minggu (12/5/2024). (Merdeka.com/ Rahmat Baihaqi)

Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat, Djoko Setijowarno mengungkapkan semua bus pariwisata yang alami kecelakaan lalu lintas adalah bus bekas AKAP/AKDP.

Adapun menurut dia, korban-korban fatal dengan polanya sama, yaitu tidak adanya sabuk keselamatan dan body bus yang keropos, sehingga saat terjadi laka terjadi deformasi yang membuat korban tergencet.

Selain itu, Djoko menuturkan dari sisi pemerintah dalam membuat aturan batas usia kendaraan bus tapi setengah hati sehingga keadaan seperti ini terus terjadi dan tidak bisa dikendalikan.

"Pemerintah membuat aturan batas usia kendaraan bus tapi setengah hati. Bus yang lama tidak di scrapping. Akan tetapi dijual kembali sebagai kendaraan umum, karena masih plat kuning, sehingga bisa di kir tapi tidak memiliki izin,” kata Djoko dalam keterangan tertulis, Minggu (12/5/2024).

Djoko mencontohkan hal ini pada kasus kecelakaan rem blong di Pamijahan (Cianjur) pada 2022. Pada saat itu Dirjen Hubdat dan Kasubdit Angkutan Orang menemukan bus wisata yang parkir di sana mengantar wisatawan ziarah, semuanya plat kuning, kir hidup tapi tidak ada satupun yang terdaftar di SPIONAM alias tidak berizin.

 

5. Jasa Raharja Pastikan Korban Kecelakaan Dapat Santunan

PT Jasa Raharja memastikan seluruh korban kecelakaan maut bus pariwisata yang ditumpangi rombongan pelajar SMK Lingga Kencana Depok mendapatkan santunan. Saat ini, Jasa Raharja mendata semua korban yang meninggal dan mengalami luka dalam kecelakaan maut pada Sabtu, 11 Mei 2024.

Direktur Operasional PT Jasa Raharja Dewi Aryani Suzana menuturkan, besaran santunan untuk korban jiwa mendapatkan Rp 50 juta. Sedangkan korban luka akan mendapatkan maksimal Rp 20 juta.

“Seluruh korban, Jasa Raharja menyatakan terjamin dan Jasa Raharja akan memberikan santunan. Ada 11 orang meninggal dunia, 10 dari kendaraan bus dan satu pengendara sepeda motor,” kata Dewi di Subang, seperti dikutip dari Antara, Minggu (12/5/2024).

Dewi menuturkan, saat ini pihaknya masih memproses pendataan semua korban yang meninggal dan mengalami luka dalam kecelakaan bus pariwisata Trans Putera Fajar tersebut. “Saat ini teman-teman Jasa Raharja sedang melakukan proses pendataan, ada yang sudah selesai, ada juga yang masih proses,” ujar dia.

Dewi menuturkan, santunan sebagai perlindungan dasar itu merupakan salah satu wujud kehadiran negara terhadap masyarakat. Jasa Raharja, sebagai BUMN yang menjalankan amanat tersebut, berkomitmen untuk terus berupaya memberikan pelayanan terbaik, mudah, cepat, dan tepat. Atas kejadian tersebut, Jasa Raharja menyampaikan turut prihatin serta duka cita yang mendalam. 

6. Pemkot Depok Bakal Evaluasi Acara Pelajar ke Luar Kota

Dunia pendidikan terguncang dengan kecelakaan rombongan pelajar SMK Lingga Kencana, Depok pada Sabtu 11 Mei 2024 di Subang, Jawa Barat. Sebanyak 10 orang terdiri dari guru dan murid jadi korban kecelakaan maut bus yang ditumpanginya dalam rangka acara perpisahan.

Buntut dari kecelakaan tersebut, pihak pemerintah kota Depok bakal melakukan evaluasi besar-besaran mengenai acara ke luar kota.

"Ini akan ada evaluasi besar-besaran. Karena ini kasusnya SMA SMK, ini di bawah KCD (Kepala Cabang Dinas), Provinsi Jabar. Kami akan koordinasi dengan Jawa Barat, juga untuk SD SMP akan ada evaluasi, syarat dan ketentuan berlaku jika ingin melakukan kunjungan ke luar kota," kata Wakil Wali Kota Depok Imam Budi Hartono di TPU Parung Bingung, Depok, Jawa Barat, Minggu (12/5/2024).

Imam belum mau merinci kapan bakal dilakukan evaluasi secara masif. Dia hanya mengatakan akan ada banyak stakeholder terkait yang turut serta dalam evaluasi.

"Paling kita punya dewan sekolah, dewan pendidikan Kota Depok, ada lembaga persatuan sekolah swasta, Dinas Pendidikan Kota Depok, Disdik Jabar, dan pihak kepolisian yang mungkin kita koordinasi," imbuh dia.

Sejalan dengan hal tersebut, pihak Pemkot bakal menanggung biaya siswa dan guru yang terlibat kecelakaan bus termasuk siswa yang saat ini masih dalam perawatan.

"Kami biayai semua termasuk pemakaman di sini dan nanti akan ada asuransi yang mem-backup terhadap kejadian ini. Baik dari Jasa Raharja dan Pemkot Depok," tutur Imam.

Sebanyak enam korban telah dimakamkan di TPU Parung Bingung pada Minggu siang. Salah satunya juga ada dari pihak guru. Sementara sisanya dimakamkan sesuai dengan domisilinya masing-masing.

Begini Cara Mudah Mengajukan Santunan Jasa Raharja
Infografis: Ayo cari tahu syarat dan prosedur untuk pengajuan santunan kecelakaan dari Jasa Raharja, ternyata mudah!
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya