Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen mengingatkan bahwa penggunaan teknologi Kecerdasan Buatan (AI) dapat membawa risiko yang signifikan meski dapat menurunkan biaya transaksi.
Hal itu diungkapkan Menteri Keuangan AS Janet Yellen dalam kutipan pidato Yellen dalam konferensi Financial Stability Oversight Council and Brookings Institution AI yang diamati sejumlah media internasional
Mengutip Channel News Asia, Kamis (6/6/2024) Yellen menyebut risiko terkait AI telah menjadi agenda utama dewan regulator AS.
Advertisement
"Kerentanan spesifik mungkin timbul dari kompleksitas dan ketidakjelasan model AI, kerangka manajemen risiko yang tidak memadai untuk memperhitungkan risiko AI, dan interkoneksi yang muncul karena banyak pelaku pasar mengandalkan data dan model yang sama," kata Yellen dalam kutipannya.
Menkeu AS juga mencatat bahwa konsentrasi di antara vendor yang mengembangkan model AI dan menyediakan layanan data serta cloud juga dapat menimbulkan risiko, yang dapat memperkuat risiko terhadap penyedia layanan pihak ketiga yang ada.
"Dan data yang tidak memadai atau salah juga dapat melanggengkan atau menimbulkan bias baru dalam pengambilan keputusan keuangan," sebut Yellen.
Di sisi lain, Yellen juga mengakui manfaat AI dalam otomatisasi layanan dukungan pelanggan, peningkatan efisiensi, deteksi penipuan, dan pemberantasan keuangan gelap.
"Kemajuan dalam pemrosesan bahasa alami, pengenalan gambar, dan AI generatif, misalnya, menciptakan peluang baru untuk menjadikan layanan keuangan lebih murah dan lebih mudah diakses," ujar dia.
Regulator AS Pantau Dampak AI Terhadap Stabilitas Keuangan
Yellen menambahkan, bahwa Departemen Keuangan AS juga melakukan komunikasi rutin dengan regulator keuangan mengenai upaya mereka terkait AI, termasuk memanfaatkan teknologi untuk memitigasi risiko keuangan gelap, termasuk pencucian uang, pendanaan teroris, dan penghindaran sanksi.
Departemen Keuangan menggunakan alat AI di Internal Revenue Service untuk meningkatkan deteksi penipuan, bebernya.
"FSOC, yang dipimpin oleh Departemen Keuangan AS dan mencakup Federal Reserve serta regulator keuangan utama lainnya, akan melanjutkan upayanya untuk memantau dampak AI terhadap stabilitas keuangan, memfasilitasi pertukaran informasi, dan mendorong dialog antar regulator keuangan,” kata Yellen.
Dewan juga akan terus mendukung upaya untuk membangun kapasitas pengawasan dan menggunakan analisis skenario untuk lebih memahami risiko dan peluang.
"Mengingat betapa cepatnya teknologi AI berkembang, dengan potensi kasus penggunaan yang berkembang pesat bagi perusahaan keuangan dan pelaku pasar, analisis skenario dapat membantu regulator dan perusahaan mengidentifikasi potensi kerentanan di masa depan dan menginformasikan apa yang dapat kita lakukan untuk meningkatkan ketahanan," jelas Yellen.
Advertisement
Teknologi AI Terus Berkembang, Bikin Untung atau Buntung Dunia Bisnis?
Teknologi Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan yang semakin diperbarui membuat teknologi tersebut semakin canggih. Dampaknya, banyak perusahaan yang menggunakan teknologi ini untuk keperluan bisnis.
Co-founder Bank Jago sekaligus CEO DKatalis (mitra strategis teknologi Bank Jago), Karim Siregar mengatakan implementasi AI di Bank Jago dapat mendorong bisnis perusahaan.
Karim menjelaskan, Bank Jago dalam bisnisnya mengimplementasikan teknologi AI beberapa di antaranya adalah dalam proses boarding pengguna baru Bank Jago dan dalam fitur chatbot.
"Implementasi AI bisa membuat proses boarding pengguna di aplikasi Jago lebih cepat dan mudah,” kata Karim dalam acara Google Cloud Summit, Selasa (28/5/2024).
Selanjutnya implementasi AI pada fitur Chatbot Bank Jago, menurut Karim dapat membantu dalam meningkatkan akurasi jawaban dari pertanyaan pengguna Bank Jago.
"Ini baru permulaan dari perjalanan AI kita. Dengan implementasi AI dapat meningkatkan produk dan benefit serta bisa memberikan keuntungan bagi para customer kita,” pungkasnya.
Sebagai bank berbasis teknologi (tech-based bank) yang tertanam dalam ekosistem, Bank Jago mengawali 2024 dengan kinerja yang solid. Sampai dengan kuartal I 2024, Bank Jago membukukan pertumbuhan, baik dari sisi jumlah nasabah, dana pihak ketiga (DPK), maupun penyaluran kredit.
Per kuartal I 2024, Bank Jago berhasil melayani 11,1 juta nasabah, termasuk 9 juta nasabah funding melalui Aplikasi Jago. Jumlah tersebut naik 3,6 juta nasabah dibandingkan pencapaian kuartal I 2023 yang mencapai 7,5 juta nasabah.
Kenaikan jumlah nasabah funding sejalan dengan pertumbuhan DPK yang mencapai 42% secara tahunan atau year-on-year (yoy). Per Maret 2024 DPK mencapai Rp 13,2 triliun, naik dari Rp 9,3 triliun per Maret 2023.
Dari jumlah DPK tersebut, komposisi current account and savings account (CASA) mencapai 63% atau Rp 8,3 triliun, sedangkan komposisi term deposit (TD) mencapai 37% atau Rp 4,9 triliun.