Liputan6.com, Jakarta - Ekonomi global diperkirakan melambat di 2024, dengan perkiraan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) berdasarkan Purchasing Power Parity (PPP) sebesar 2,9%, turun dari perkiraan pertumbuhan sebesar 3,2% pada tahun 2023.
Penurunan ini terutama disebabkan oleh penerapan kebijakan di negara-negara maju, kebijakan moneter yang lebih ketat dan pengurangan dukungan fiskal. Oleh karena itu, negara-negara tersebut diperkirakan akan mengalami penurunan yang moderat pada 2024.
Baca Juga
Sementara negara-negara berkembang diperkirakan akan menunjukkan pertumbuhan yang relatif lebih stabil. Salah satunya adalah Indonesia.
Advertisement
Perekonomian Indonesia tumbuh 5,05% pada 2023, meskipun perekonomian global melemah. Meski pertumbuhan tahun 2023 sedikit lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 5,31%, namun pertumbuhan tersebut tetap patut diperhatikan di tengah tantangan perekonomian global.
Inflasi turun secara signifikan menjadi 2,61%, turun dari 5,51% pada tahun sebelumnya, yang mencerminkan efektivitas kebijakan moneter negara.
PwC Indonesia Investment Director Julian Smith mengatakan, Indonesia menargetkan tingkat pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2% pada 2024, meskipun terdapat tantangan seperti penurunan harga komoditas dan kondisi perekonomian di China, mitra dagang utama Indonesia.
"Konsumsi domestik, yang menyumbang 57% terhadap PDB Indonesia pada tahun 2023, diperkirakan akan tetap menjadi kontributor utama dalam mencapai target ini terutama setelah memperhitungkan kenaikan gaji sebesar 8% untuk 3,7 juta pegawai negeri serta peningkatan belanja untuk kegiatan terkait pemilu," kata dia dalam keterangan tertulis, Selasa (18/6/2024).
Kemenangan pemilu Prabowo Subianto pada 2024 dan komitmennya untuk melanjutkan beberapa kebijakan pemerintahan saat ini menandakan iklim investasi yang stabil dan berkurangnya ketidakpastian politik, yang penting untuk memungkinkan Indonesia mencapai target investasi sebesar Rp 1.650 triliun pada tahun 2024, dengan setidaknya 50% berasal dari investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI).
Investasi prioritas antara lain pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus, pengembangan kawasan Batam, Bintan, dan Karimun, serta megaproyek pemindahan ibu kota (Ibu Kota Nusantara).
Pelemahan Rupiah
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2024 menargetkan penerimaan negara sebesar Rp 2.802,3 triliun dan belanja negara sebesar Rp 3.325,1 triliun sehingga diperkirakan akan mengalami defisit sebesar Rp 522,8 triliun.
Bidang pengeluaran utama meliputi pendidikan, perlindungan sosial, kesehatan, dan infrastruktur. Pada tahun 2023, Indonesia mencatat surplus perdagangan sebesar USD 36,91 miliar, turun 32,22% dibandingkan tahun sebelumnya, terutama disebabkan oleh turunnya harga komoditas global.
Inflasi Indonesia pada tahun 2024 diperkirakan berkisar 2,6%, dengan tantangan berupa volatilitas harga pangan dan bahan bakar, serta potensi gangguan rantai pasokan global yang mempengaruhi harga barang impor.
Nilai tukar dolar AS terhadap rupiah (IDR) terus menunjukkan tren peningkatan, terutama didorong oleh sikap The Fed yang hawkish dalam mempertahankan kebijakan moneter ketat. Sikap ini berkontribusi pada depresiasi nilai tukar rupiah yang mencapai level terendah dalam 3,5 tahun terakhir yaitu Rp 16.249 per dolar AS pada bulan April 2024.
Sebagai responnya, Bank Indonesia telah menetapkan BI rate sebesar 6,25% untuk mengatasi perlambatan pasar ekonomi global dan untuk mengantisipasi suku bunga Federal Reserve yang lebih tinggi.
Advertisement
Indonesia Punya Landasan Kuat
Di tengah tantangan perekonomian ini, Indonesia masih mempunyai tingkat lapangan kerja yang tinggi yaitu sebesar 69,80%, salah satu yang tertinggi di antara negara-negara G20, meskipun lebih dari separuh pekerjanya berada di sektor informal.
Indonesia memperoleh manfaat dari peningkatan ekspor produk logam peleburan akibat kebijakan hilirisasi. Namun, masih ada potensi pertumbuhan lebih lanjut yang signifikan dengan memperluas jangkauan produk-produk teknologi tinggi dan memaksimalkan dampaknya terhadap lapangan kerja, sehingga dapat membantu memperkuat perekonomian dalam menghadapi tekanan keuangan eksternal.
“Meskipun terdapat tantangan pada tahun 2023, Indonesia telah menunjukkan ketahanan terhadap guncangan global dan basis ekonomi yang semakin terdiversifikasi diharapkan dapat memitigasi dampak buruk tersebut, sehingga berpotensi memberikan landasan yang kokoh bagi pertumbuhan yang berkelanjutan.” tutup Julian Smith.