Menguak Peran Digitalisasi dalam Mendorong UMKM Naik Kelas

Teknologi digital terbukti memainkan peran strategis dalam penyediaan barang dan jasa dalam waktu yang singkat, praktis, lebih murah, lebih cepat, hemat dan padat karya.

oleh Gilar Ramdhani pada 19 Jun 2024, 15:10 WIB
Diperbarui 19 Jun 2024, 15:10 WIB
Menguak Peran Digitalisasi dalam Mendorong UMKM Naik Kelas
Ilustrasi pelaku UMKM. (Shutterstock/Odua Images)

Liputan6.com, Jakarta Indonesia tengah bergerak menuju cakrawala ekonomi baru yaitu Visi Indonesia Emas 2045 yang ditopang digitalisasi. Intervensi kebijakan pemerintah hingga inovasi teknologi terus diupayakan untuk menciptakan ekosistem digital yang mapan. Aktor penting yang tak boleh hanya menjadi penonton adalah pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM.

Bukht & Heeks (2017) menggarisbawahi ekonomi digital tidak hanya terbatas pada aktivitas ekonomi yang berasal dari sektor digital, tetapi juga mencakup kegiatan lain yang didukung keberadaan sektor digital (digitalised economy), bahkan yang muncul sebagai akibat dari eksistensi sektor digital itu sendiri. Termasuk di dalamnya kegiatan para pelaku UMKM.

Potensi ekonomi digital Indonesia sejatinya sangatlah besar. Berdasarkan data Kemenko Perekonomian, nilai ekonomi digital Indonesia tercatat terus tumbuh dan menjadi yang terbesar di kawasan Asia Tenggara. Pada 2023, nilai ekonomi digital Indonesia mencapai angka 82 miliar dollar AS atau sekitar Rp 1.266,67 triliun. Nilai tersebut diperkirakan bakal terus meningkat hingga mencapai 109 miliar dollar AS atau sekitar Rp 1.751 triliun pada 2025.

Mengacu data e-Conomy SEA 2023, nilai ekonomi digital Indonesia tertinggi di Asia Tenggara, diikuti di posisi kedua yaitu Thailand sebesar 36 miliar dollar AS dan Vietnam sebesar 30 miliar dollar AS. Terkait hal itu, pemerintah meyakini ekonomi digital dapat menjadi motor pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Pada akhir 2023, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan, nilai ekonomi digital diprediksi dapat melonjak drastis mencapai 360 miliar dollar AS atau setara Rp 5.561 triliun pada 2030. Optimisme itu dapat diraih karena Indonesia memiliki potensi dari sisi talenta pelaku digital maupun pasar yang besar. Namun, optimalisasi potensi tersebut butuh strategi jelas.

Kemenko Perekonomian melalui Buku Putih Strategi Nasional Pengembangan Ekonomi Digital Indonesia 2030, menyebutk ada enam pilar utama pembangunan ekonomi digital meliputi: infrastruktur; sumber daya manusia; iklim bisnis dan keamanan siber; riset, inovasi, dan pengembangan usaha; pendanaan dan investasi; serta kebijakan dan regulasi.

Dari sisi infrastruktur misalnya, internet berkecepatan tinggi harus dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat dengan kapasitas andal dan harga terjangkau. Selain itu, tenaga kerja di era digital juga mesti berstandar global. Ketersediaan sumber daya manusia harus didukung riset dan pengembangan yang unggul untuk mempercepat transformasi digital dan memacu inovasi. Sehingga iklim bisnis dan investasi dapat terjaga.

Keamanan siber dalam ekosistem digital mesti menjadi prioritas. Untuk itu, pemerintah perlu menciptakan regulasi dan kebijakan yang mendukung perkembangan ekonomi digital yang seimbang, transparan, dan sesuai dengan perkembangan teknologi. Dalam hal ini, kolaborasi antara pemerintah, pelaku bisnis, pemangku kepentingan lain, dan masyarakat luas sangat dibutuhkan untuk membangun ekosistem digital yang ideal.

Peluang dan Tantangan yang Dihadapi UMKM

Peluang dan Tantangan yang Dihadapi UMKM
Ilustrasi pelaku UMKM. (Shutterstock/David Gyung)

Teknologi digital terbukti memainkan peran strategis dalam penyediaan barang dan jasa dalam waktu yang singkat, praktis, lebih murah, lebih cepat, hemat dan padat karya. Selain kemajuan teknologi, penetrasi internet juga menjadi game-changer dalam menentukan perilaku masyarakat dan membuat lanskap bisnis berubah.

Dalam “Consumer Behaviour in The Digital Age” yang diterbitkan dalam Journal of Spatial and Organizational Dynamics Vol.8 (2020), disebutkan, penetrasi internet, teknologi yang berkembang dengan cepat, dan media sosial telah mengubah perilaku konsumen. Perubahan perilaku konsumen yang didorong oleh perkembangan digital memberikan banyak peluang dan tantangan yang harus dihadapi oleh bisnis secara daring.

Pesatnya perkembangan teknologi digital di Indonesia yang turut memicu perubahan perilaku konsumen dapat menjadi peluang bagi para pelaku UMKM. Pelaku UMKM dapat menggaet pasar dengan turut menjadi bagian dari ekosistem digital atau go digital. Dengan go digital, UMKM diharapkan dapat berevolusi menjadi kekuatan ekonomi baru baik secara nasional maupun global.

Pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah menargetkan sebanyak 30 juta UMKM dapat masuk dalam ekosistem digital atau go digital pada 2024. Pada 2023, sebanyak 27 juta UMKM sudah go digital. Upaya untuk meningkatkan jumlah UMKM menjadi bagian dari ekosistem digital tersebut ditempuh pemerintah dengan beragam cara.

Misalnya, saat pandemi Covid-19 melanda Indonesia, dimana pemulihan UMKM menjadi salah satu prioritas pemerintah. Langkah pemerintah dalam mendukung kebangkitan UMKM yakni dengan mengalokasikan sebanyak Rp 695,2 triliun dalam program Penanganan Pandemi Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PC-PEN) tahun 2020 dan sebanyak Rp 112,3 triliun di antaranya dialokasikan untuk mendukung UMKM. Pada 2021, pemerintah masih menjadikan sektor UMKM sebagai prioritas dengan alokasi Rp 184,43 triliun untuk pemulihan UMKM.

Selain itu, pemerintah juga turut memberikan dukungan fasilitas pembiayaan untuk permodalan melalui program pembiayaan ultra mikro (UMi), kemitraan dan bina lingkungan, Mekaar PNM, bank wakaf mikro, dan kredit usaha rakyat (KUR). Program pembiayaan ini menjadi perhatian pemerintah karena masih banyak UMKM yang memiliki kendala dalam akses permodalan. Mengacu data Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI), sekitar 46,6 juta dari total 64 juta UMKM di Indonesia pada tahun 2020, belum mempunyai akses permodalan perbankan maupun lembaga keuangan lainnya.

Peningkatan jumlah UMKM dalam platform digital juga berpotensi mendongkrak perekonomian nasional. Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM, kontribusi UMKM terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional pada tahun 2023 mencapai 61 persen atau setara Rp 9.580 triliun. UMKM juga dapat menyerap sekitar 117 juta pekerja (97 persen) dari seluruh total tenaga kerja.

Peran e-dagang Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Digital

Peran e-dagang Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Digital
Ilustrasi pelaku UMKM. (Shutterstock/MAGNIFIER)

Pertumbuhan ekonomi digital sendiri juga turut dipengaruhi perkembangan industri e-dagang di Indonesia. Menteri Keuangan Sri Mulyani pernah menyatakan, salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi digital berasal dari subsektor e-dagang yang mencapai 62 miliar dollar AS atau naik 7 persen dibandingkan tahun 2022. Subsektor e-dagang diperkirakan bertumbuh mencapai 160 miliar dollar AS atau setara Rp 2.472 triliun pada 2030.

Kemajuan teknologi digital dan penetrasi internet yang mempengaruhi perilaku masyarakat dalam berbelanja tak terlepas dari peran platform e-dagang yang kian memudahkan masyarakat dalam membuat keputusan berbelanja. Platform e-dagang juga mampu mewadahi UMKM dalam sebuah ekosistem digital sehingga dapat meningkatkan penjualan produk mereka.

Laporan penelitian Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) yang berjudul “Peran Platform Digital terhadap Pengembangan UMKM di Indonesia” (2024) memaparkan, keberhasilan UMKM yang berbisnis secara daring tidak terlepas dari peran platform digital, termasuk aplikasi e-dagang. Mayoritas pelaku UMKM menyatakan bahwa keberadaan platform digital mampu meningkatkan penjualan, memperkuat hubungan dan loyalitas pelanggan, serta meningkatkan jumlah pelanggan.

Selain itu, tempat berjualan daring lain yang banyak digunakan UMKM adalah Facebook Marketplace (33,46 persen), Instagram Shop (28,74 persen), dan TikTok Shop (20,87 persen). Selanjutnya, terdapat 17,32 persen UMKM yang berjualan secara daring memakai aplikasi jasa pengantaran makanan (online food delivery).

Fitur di e-dagang Bantu UMKM Perluas Pasar

Platform e-dagang pun terus berinovasi untuk mempermudah UMKM dalam memasarkan produk dan mendongkrak penjualan. Salah satu fitur terbaru yang dapat membantu UMKM untuk memperluas jangkauan pasar dan mendorong penjualan mereka adalah dengan pemanfaatan kecerdasan buatan (artificial intelligence - AI) dalam layanan chatbot. Fitur ini di antaranya digunakan oleh Tokopedia dan Lazada.

Fitur chat pintar atau chatbot ini bisa memberikan rekomendasi produk yang tepat dan sesuai keinginan konsumen secara cepat. Kehadiran teknologi ini dapat membantu konsumen karena sering kali saat konsumen telah berencana berbelanja, tak jarang, mereka masih kebingungan menentukan produk yang tepat. Melalui fitur chatbot ini, konsumen bisa mengajukan pertanyaan dan meminta rekomendasi, di mana sistem berbasis algoritma AI dengan cerdas akan merespons pertanyaan pengguna.

Sistem ini seperti bertindak selayaknya asisten belanja pribadi, hingga memberikan saran yang dipersonalisasi dan rekomendasi produk untuk membantu pengguna mengoptimalkan pengalaman berbelanjanya. Sistem chatbot ini juga melatih kemampuan bahasa secara alami, sehingga dapat terus belajar memahami dan menanggapi pertanyaan terkait saran produk atau topik yang relevan layaknya manusia.

Pemahaman yang lebih personal ini didukung kekuatan prediktif AI dalam chatbot yang membantu mengoptimalkan proses pencarian produk dengan lebih efisien dan akurat. Fasilitas ini sangat memudahkan konsumen menemukan dan membeli produk yang dibutuhkan dengan lebih cepat sesuai kantong mereka.   Tidak hanya itu, sejumlah platform e-dagang juga memberikan kemudahan lain dengan menyajikan fitur yang menampilkan informasi mengenai produk yang dibutuhkan konsumen, seperti fitur bocoran peluang yang dimiliki Lazada. Ada juga fitur bebas ongkos kirim yang ditawarkan Lazada, Shopee, dan Tokopedia.

Dengan beragam fitur dan program pada platform e-dagang, kemampuan UMKM untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi digital dan mengikuti budaya konsumen yang berubah dapat menjadi kunci bagi UMKM untuk naik kelas. Dengan kata lain, UMKM yang inovatif dan adaptif dengan perkembangan zaman berpotensi menguasai pasar.

Perkembangan teknologi membuat persaingan di dunia digital termasuk platform e-dagang semakin ketat. Hasil riset Populix bertajuk “Indonesian Shopper Behavior on Promotion Week in the Face of Economic Uncertainty 2023” yang membahas tentang perilaku berbelanja mendapati, beberapa alasan warga menyukai belanja daring adalah hemat waktu dan tenaga (75 persen), dapat membandingkan harga produk dengan toko lainnya (63 persen), bisa mendapatkan cashback (60 persen), gratis ongkos kirim (53 persen), lebih banyak opsi metode pembayaran (48 persen), memiliki lebih banyak variasi produk (47 persen), dan dapat membaca review terkait penjual (47 persen).

Di tengah ketatnya persaingan fitur antar platform e-dagang, konsumen maupun pelaku UMKM juga dituntut memiliki literasi digital. Apalagi, banyak transaksi dilakukan melalui internet. Adapun literasi digital mencakup kemampuan mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan menggunakan informasi melalui teknologi digital.

Literasi Digital Bagi Pelaku UMKM

Literasi Digital Bagi Pelaku UMKM
Ilustrasi pelaku UMKM. (Shutterstock/Odua Images)

Literasi digital bagi pelaku UMKM sangat penting dalam pengembangan usaha. Sebagian besar bisnis dan perusahaan yang semula bergerak secara offline belakangan memilih bertransformasi menjadi e-business dan e-company setelah memiliki literasi digital yang memadai.

Penelitian Heri Yanto dkk berjudul “The Roles of Entrepreneurial Skills, Financial Literacy, and Digital Literacy in Maintaining MSMEs during the COVID-19 Pandemic” yang dimuat di Asian Economic and Financial Review pada 2022 membuktikan, literasi digital berpengaruh positif terhadap keberlangsungan UMKM di masa pandemi. Literasi digital memungkinkan UMKM menekan biaya dan meningkatkan produktivitas serta layanan pelanggan yang dapat meningkatkan keunggulan kompetitif. Selain itu, pelaku UMKM juga bisa menghindari jebakan investasi bodong maupun pinjaman daring yang mencekik.

Dikutip dari laman INDEF, Wakil Direktur INDEF Eko Listiyanto menilai, digitalisasi menjadi kunci bagi UMKM untuk naik kelas. UMKM yang mampu berinovasi dalam memperkenalkan produk baru, membuat strategi pemasaran yang relevan dengan pasar, serta mampu memiliki metode mengorganisasi produksi baru dapat meng-upgrade diri menjadi lebih besar.

Digitalisasi dapat memberikan sejumlah manfaat bagi UMKM seperti membuka akses pasar, membuka akses modal dan inklusi keuangan, mendorong kompetisi dan inovasi, meningkatkan kinerja dan pendapatan bisnis, serta mendorong ekonomi hijau. Dengan peran pemerintah dan pihak swasta seperti platform e-dagang, UMKM diharapkan tidak sekadar go digital tetapi dapat memenangkan hati konsumen dengan produk lokal. Saatnya ekosistem digital membantu UMKM menjadi raja di negeri sendiri.

 

(*)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya