Beda Pendapat Kamala Harris dan Donald Trump Soal Pajak, Menarik Mana Buat Kelas Menengah?

Donald Trump dan Kamala Harris memilik pandangan yang berbeda dengan mengenai pengenaan pajak. Soal pajak ini akan menjadi materi debat mereka ke depan.

oleh Satrya Bima Pramudatama diperbarui 04 Sep 2024, 18:00 WIB
Diterbitkan 04 Sep 2024, 18:00 WIB
Dengan Telinga Diperban, Donald Trump Hadiri Konvensi Nasional Partai Republik 2024
Sebelumnya diberitakan, Donald Trump terluka setelah pria bersenjata Thomas Matthew Crooks, melepaskan tembakan ke arahnya selama rapat umum di Butler, Pennsylvania, pada Sabtu, 13 Juli 2024. (Brendan SMIALOWSKI/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Calon Presiden Amerika Serikat (AS) dari Partai Republik Donald Trump menegaskan bahwa orang Amerika sangat membutuhkan potongan pajak besar-besaran, bahkan jika itu berarti akan terjadi defisit anggaran yang sangat besar.

Berbeda, Calon Presiden dari Partai Demokrat Kamala Harris percaya bahwa perusahaan besar dan orang kaya harus membayar lebih banyak pajak. Harris ingin menggunakan pendapatan tersebut untuk membangun 3 juta rumah dan memberikan keringanan pajak bagi orang tua.

Dia berharap bisa mewujudkan kebijakan yang belum bisa dicapai oleh Presiden Joe Biden.

Dikutip dari Yahoo Finance, Rabu (4/9/2024), kedua kandidat presiden ini sedang mengasah pesan ekonomi mereka untuk debat mendatang tentang siapa yang bisa berbuat lebih banyak untuk kelas menengah.

Trump ingin membantu kelas menengah dengan memotong pajak bagi bisnis dan orang kaya. Trump percaya bahwa ini akan meningkatkan investasi dan pertumbuhan ekonomi. Walaupun saat dia menjadi presiden, pertumbuhan ekonomi tidak pernah mencapai 3% per tahun.

Sebaliknya, Harris ingin meningkatkan akses kepemilikan rumah dan mengurangi biaya hidup bagi orang tua. Harris juga menawarkan keringanan pajak bagi pengusaha. Kebijakan ini dirancang untuk membantu orang yang masih merasakan dampak inflasi.

Trump mengusulkan agar tips yang diterima pekerja dan pendapatan dari Social Security tidak dikenakan pajak. Harris juga mendukung tidak adanya pajak atas tips pekerja.

Namun, para ahli mengatakan bahwa kebijakan ini mungkin tidak memberikan dorongan ekonomi yang besar karena hanya sebagian kecil pekerja yang menerima tips, dan banyak dari mereka tidak cukup berpenghasilan untuk dikenakan pajak penghasilan federal.

Trump ingin mengenakan tarif yang tinggi pada impor untuk menciptakan lebih banyak lapangan kerja di dalam negeri. Tentunya ini akan membuat barang impor menjadi lebih mahal sehingga lebih banyak produksi yang dilakukan di dalam negeri. Namun, di sisi lain tarif ini juga bisa membuat biaya hidup lebih mahal bagi masyarakat.

Trump Tidak Khawatir tentang Utang

Trump tidak terlalu khawatir tentang bagaimana dia akan membayar pemotongan pajaknya dan ingin memperpanjang kebijakan pajaknya yang akan segera berakhir serta mengusulkan pemotongan lebih lanjut pada pajak perusahaan.

Namun, hal ini bisa menambah utang negara secara signifikan.

Sedangkan Harris lebih berhati-hati dengan defisit anggaran. Semua rencananya untuk belanja akan dibiayai, dan dia akan meningkatkan pajak pada perusahaan besar dan orang kaya untuk menutupi biayanya.

Namun, rencananya juga dapat menyebabkan kenaikan utang, meskipun dampaknya pada pertumbuhan ekonomi mungkin tidak sebesar dampak dari kebijakan Trump.

Trump ingin memotong pajak untuk perusahaan besar dan orang kaya karena dia percaya itu akan membuat ekonomi tumbuh lebih cepat.

Namun, ini bisa membuat utang negara membengkak. Harris, di sisi lain, ingin menggunakan pajak dari orang kaya dan perusahaan besar untuk membantu masyarakat kelas menengah, seperti memberikan subsidi untuk membeli rumah dan membantu biaya hidup orang tua.

Tetapi rencananya juga bisa meningkatkan utang negara, meskipun dia lebih berhati-hati dalam perencanaannya dibandingkan Trump.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya