Mendag: ESG Jadi Kunci Pertumbuhaan Ekonomi Pemerintahan Prabowo 7 Persen 

Mendag mengklaim keberhasilan Indonesia dalam mencapai target pertumbuhan ekonomi di masa mendatang sangat bergantung pada komitmen terhadap prinsip-prinsip ESG

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 19 Sep 2024, 21:20 WIB
Diterbitkan 19 Sep 2024, 21:20 WIB
Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan. (Foto: Liputan6.com/Tira Santia)
Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan. (Foto: Liputan6.com/Tira Santia)

 

Liputan6.com, Jakarta Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (Zulhas) menekankan pentingnya penerapan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) sebagai syarat utama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan di Indonesia.

"Penerapan ESG bukan lagi sekadar pilihan, melainkan sebuah keharusan global yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi dan kelestarian lingkungan," ujar Mendag dalam acara Anugerah ESG Republika 2024, Kamis (19/9/2024).

Menurutnya, keberhasilan Indonesia dalam mencapai target pertumbuhan ekonomi di masa mendatang sangat bergantung pada komitmen terhadap prinsip-prinsip ESG.

Zulhas menegaskan bahwa pemerintahan yang dipimpin oleh Presiden terpilih Prabowo Subianto optimis mencapai pertumbuhan ekonomi 6-7 persen. Namun, untuk mencapai target tersebut, perhatian serius terhadap ESG menjadi sangat penting.

"Pak Prabowo optimis, tapi pencapaian ini tidak mungkin diraih tanpa memperhatikan faktor ESG, yang akan menentukan kesuksesan kita," jelas Zulhas.

Ramah Lingkungan

ESG memainkan peran kunci dalam memastikan pertumbuhan ekonomi tidak hanya bersifat inklusif tetapi juga ramah lingkungan.

Zulhas mengapresiasi peran aktif Menteri BUMN Erick Thohir dan Republika dalam mengedepankan isu-isu terkait ESG di berbagai sektor.

"Kelestarian lingkungan bukan lagi pilihan, ini adalah keharusan untuk mencapai Indonesia Maju 2045," tambahnya.

 

Dengan komitmen yang kuat terhadap ESG, Indonesia diharapkan dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan, sekaligus menjaga kelestarian lingkungan dan kesejahteraan sosial bagi generasi mendatang.

Pertumbuhan Ekonomi 8% jadi PR Berat Prabowo, Begini Kansnya

Prabowo dan Gibran Tuba di KPU
Pasangan calon presiden dan wakil presiden (Capres-Cawapres) nomor urut 2 Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka tiba di Gedung Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia (KPU RI), Jakarta Pusat, Rabu (24/4/2024). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pengamat Ekonomi dari Indonesia Strategic and Economic Action Institution, Ronny P. Sasmita, menilai target pertumbuhan ekonomi 8 persen menjadi PR yang berat bagi Presiden terpilih Prabowo Subianto.

"Semua ini masih menjadi PR yang belum jelas penyelesaianya sampai hari ini. Prabowo pun belum berbicara secara terperinci soal ini," kata Ronny kepada Liputan6.com, Rabu (11/9/2024).

Disamping itu, ia meminta agar Prabowo dan timnya berhenti menebar janji bahwa target pertumbuhan ekonomi 8 persen bisa tercapai selama masa Pemerintahannya.

"Dengan kata lain, angka 8 persen semestinya bukan untuk diumbar, tapi dijabarkan secara detail strategi dan langkah yang akan dilakukan untuk mencapainya. Yang jelas, solusinya bukanlah makan siang gratis," ujarnya.

Menurutnya, secara teoritik, untuk keluar dari jebakan lima persen dan keluar dari middle income trap, memang angka pertumbuhan yang dibutuhkan adalah 8 persen. Ronny pun mengakui bahwa Indonesia memiliki potensi mencapai itu jika prakondisinya terpenuhi.

"Jadi, Prabowo sudah tak perlu lagi membaca apa yang sudah ada di atas kertas, tapi jabarkan langkah-langkah untuk mewujudkan angka di atas kertas tersebut. Itu menurut saya yang jauh lebih penting," tegasnya.

Ronny pun menyarankan sejumlah langkah yang bisa dilakukan Pemerintahan Prabowo di masa mendatang untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 8 persen.

Langkah pertama, pemerintah harus aktif terlibat dalam membangun daya saing sektor manufaktur atau memodernisasi sektor manufaktur nasional secara serius dan signifikan agar menghasilkan produk yang berdaya saing tinggi di pasar global agar mampu menyerap sebanyak-banyakanya tenaga kerja.

"Namun nyatanya hari ini sektor manufaktur kita semakin loyo," imbuhnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya