Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah perusahaan asal China menghimpun kekuatan untuk bisnis berkelanjutan industri nikel di Kawasan Industri Morowali Indonesia atau IMIP.
Komitmen bersama dilakukan perusahaan seperti Tsingshan Industrial, Eternal Tsingshan Group, Zhejiang Huayou Cobalt Co Ltd, Walsin Lihwa Corp, GEM Co Ltd, hingga CNGR Advanced Material Co Ltd.
Advertisement
Penasihat Tsingshan Industrial Wang menyampaikan, sepanjang tahun lalu IMIP telah menjalin kerja sama dengan lembaga konsultan profesional eksternal untuk membangun sistem terkait isu-isu ESG.
Advertisement
Mulai dari urusan kesehatan dan keselamatan kerja, perlindungan hak asasi manusia, manajemen uji tuntas rantai pasokan, serta pengembangan komunitas, dengan mengacu pada standar internasional.
"Konferensi ini secara menyeluruh merangkum hasil kerja ESG IMIP, menanggapi perhatian pemangku kepentingan eksternal, serta dengan mempertimbangkan perkembangan terkini dalam industri nikel. Merumuskan rencana kerja ESG selanjutnya untuk memberikan kontribusi pada pembangunan berkelanjutan industri nikel di Indonesia," ujar dia, Sabtu (1/2/2025).
Kepala Kantor ESG Kawasan IMIP, Ou Xiangbin menjelaskan, secara rinci mengenai hasil praktis pembangunan sistem ESG di kawasan IMIP. Dalam hal kesehatan dan keselamatan kerja, ITSS, sebagai unit percontohan proyek SCORE, berhasil menurunkan tingkat kecelakaan kerja dan tingkat pengunduran diri karyawan secara signifikan, serta meningkatkan kepuasan karyawan.
Dalam hal hak asasi manusia, kawasan ini menyusun strategi hak asasi manusia Goldenway untuk mendorong perusahaan tenant dalam upaya pencegahan risiko hak asasi manusia. Dalam hal manajemen uji tuntas rantai pasokan, beberapa perusahaan telah membangun sistem manajemen uji tuntas rantai pasokan dan memperoleh sertifikasi standar internasional.
"Dalam hal pengembangan komunitas, kami melakukan evaluasi menyeluruh terhadap pekerjaan tanggung jawab sosialnya dan menyusun rencana investasi komunitas yang efisien," paparnya.
Dalam hal lingkungan dan pengurangan emisi karbon, sejumlah perusahaan telah memperoleh penghargaan kinerja lingkungan Proper Biru dari Indonesia, sertifikasi sistem manajemen lingkungan ISO, serta sertifikasi verifikasi karbon dan jejak karbon, sebagai bentuk penerapan prinsip pembangunan hijau dan rendah karbon.
Pembangkit Listrik EBT pada 2025
Sebelumnya, PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) telah berkomitmen menambah pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT) pada 2025, baik yang berasal dari tenaga gas (PLTGU) maupun surya (PLTS).
Direktur Komunikasi PT IMIP Emilia Bassar mengatakan, sebenarnya sudah ada salah satu perusahaan yang memakai sumber listrik dari PLTGU, yakni PT Dexin Steel Indonesia (PT DSI) yang memproses carbon steel dengan kapasitas produksi 6 juta metrik ton (MT) per tahun.
"Sebetulnya kita tuh sudah punya, ada tenant yang sudah menggunakan PLTU gas. Jadi sudah ada sebenarnya," ujar Emilia di Kantor Pusat PT IMIP, Jakarta, pada 18 Desember 2024.
Dorong Tenant Segera Beralih
Ke depan, Emilia menambahkan, PT IMIP terus mendorong para tenant yang berada di kawasan industri nikel Morowali miliknya untuk beralih menggunakan pembangkit listrik berbasis EBT. Selaras dengan program pemerintah yang target mencapai net zero emission (NZE) pada 2060 atau lebih cepat.
"Jadi sebetulnya kita mendorong para tenan untuk beralih dari pembangkit listrik ke arah pembangkit listrik yang ramah lingkungan. Dan tentu aja nanti akan mengurangi emisi. Nah, salah satunya adalah yang menggunakan PLTU dengan menggunakan gas," ungkapnya.
Selain PLTGU, pengoperasian smelter nikel dan produk olahannya nanti juga akan didorong menggunakan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).
"Karena kami ini pengelola kawasan, makanya kita mendorong tenan untuk ke arah sana memang. Termasuk tadi ada PLTS juga," pungkas Emilia.
Advertisement
Industri Nikel Morowali Kantongi Investasi Rp 552 Triliun dalam 9 Tahun
Sebelumnya, PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) mencatat pemasukan investasi USD 34,3 miliar, atau setara Rp 552,23 triliun (kurs Rp 16.100 per dolar AS) selama 9 tahun (2015-2024) mengelola kawasan industri nikel di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah.
Jumlah itu naik USD 3,16 miliar lebih, atau sekitar Rp 50,87 triliun dibandingkan pemasukan investasi pada periode 2015-2023, sebesar USD 30,14 miliar (Rp 485,25 triliun).
Direktur Komunikasi PT IMIP Emilia Bassar mengatakan, jumlah pemasukan investasi ke kawasan industri yang mengolah produk turunan nikel seperti nickel pig iron dan stainless steel tersebut bakal terus bertambah. Terlebih, kawasan industri Morowali akan turut memproduksi bahan baku baterai kendaraan listrik (EV).
"Dari sekian tenant (di IMIP), masih ada yang masa konstruksi dan proses sebelum konstruksi. Jadi belum semuanya itu sudah produksi belum ya. Karena ini investor juga terus datang dan kemudian kita masih terus mengembangkan diri untuk kawasan Industri untuk hilirisasi nikel ini," ujarnya dalam sesi media briefing di Kantor Pusat PT IMIP, Jakarta, Rabu (18/12/2024).
Menyambung pernyataan tersebut, Media Relations Manager PT IMIP Dedy Kurniawan menyampaikan, saat ini masih ada 8 perusahaan lagi yang sedang dalam proses konstruksi smelter.
"Sebanyak 8 perusahaan ini mayoritas adalah terkait dengan produksi bahan baku baterai listrik," imbuh Dedy.
"Untuk ke depannya kami belum bisa memprediksi, karena kita juga harus menyesuaikan dengan daya dukung yang ada berada di dalam kawasan. Yang jelas saat ini kurang lebih ada sekitar 65 perusahaan, 8 sedang dalam proses konstruksi," ia menambahkan.
Berbagai Negara
Menurut catatan PT IMIP, perusahaan-perusahaan yang beroperasi pada kawasan industri nikel di Morowali berasal dari berbagai negara, mulai dari Indonesia, China hingga Australia.
Adapun yang kini tengah masuk proses konstruksi dan akan segera beroperasi, antara lain PT Sulawesi Nickel Cobalt yang memproduksi Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) sebagai turunan nikel, dengan kapasitas produksi 80.000 metric ton (MT) per tahun.
Lalu, ada Chengtok Lithium Indonesia yang memproduksi lithium dengan kapasitas produksi 50.000 MT per tahun, hingga PT Teluk Metal Industry dengan kapasitas produksi MHP 60.000 ton nikel.
Advertisement