Pompanisasi Jadi Jurus Kementan Hadapi Dampak Kemarau Berkepanjangan di Tahun Ini

Pompanisasi menjadi jurus jitu Kementerian Pertanian dalam menghadapi bencana kekeringan yang melanda Indonesia akibat kemarau berkepanjangan di tahun ini.

oleh Fachri pada 20 Sep 2024, 16:55 WIB
Diperbarui 20 Sep 2024, 16:51 WIB
Pertanian.
Ilustrasi petani sedang mengecek padi di sawah. (Foto: Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta Pompanisasi menjadi jurus jitu Kementerian Pertanian dalam menghadapi bencana kekeringan yang melanda Indonesia akibat kemarau berkepanjangan di tahun ini. Hal itu juga secara tidak langsung dapat meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) dari satu kali menjadi tiga kali per tahun.

Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman menyebut bahwa pompanisasi merupakan solusi tercepat dalam menghadapi kekeringan berkepanjangan. Ia menyebut, di awal tahun Kementan melakukan refocusing anggaran sehingga bisa menyalurkan bantuan pompa ke berbagai daerah.

"Refocusing dilakukan dengan mengalihkan sejumlah pos kegiatan seperti seremonial, rapat, dan kegiatan sejenis lainnya, sehingga sepanjang 2024, Kementan dapat mengalokasikan 62.378 unit pompa alsintan dan 9.904 unit irigasi perpompaan," sebutnya.

Hal itu dilakukan Amran untuk mengambil solusi tercepat karena dampak El Niño sangat serius dan dapat mengganggu ketahanan pangan nasional.

“Krisis pangan bisa memicu krisis politik dan oleh karena itu, kami berkomitmen untuk mengamankan pasokan pangan dengan cepat,” ujarnya.

Amran juga mengungkapkan, pompanisasi mencakup pemasangan pompa air di berbagai sentra produksi padi. Menurutnya, semua jajaran Kementan turun ke lapangan untuk memastikan gerakan pompanisasi berjalan dengan maksimal.

“Tanpa gerakan masif, kita bisa mengalami kesulitan besar dan saat ini, 22 negara telah menghentikan ekspor pangan,” ungkapnya.

Buah Manis Pompanisasi

Amran Sulaiman.
Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman saat diwawancarai media. (Foto: Istimewa)

Berdasarkan data yang dikumpulkan Pusdatin Kementan hingga 12 September 2024, program pompanisasi telah berhasil mengairi lahan tadah hujan seluas 1.048.930 hektare atau 91,99% dari target yang telah ditetapkan.

Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa produksi beras mengalami kenaikan berturut-turut dari Agustus hingga Oktober 2024. Kenaikan yang terjadi pada bulan Agustus mencapai 2,84 juta ton, September 2,87 juta ton, dan diperkirakan Oktober mencapai 2,59 juta ton.

Melihat angka tersebut, ke depan, Amran akan melakukan fokus intensifikasi di Jawa dan ekstensifikasi di luar Jawa menjadi prioritas dalam menjaga stabilitas pangan.

"Dengan langkah konkret ini, Kementan berharap dapat menjadikan Indonesia sebagai negara superpower dalam bidang pertanian," ujarnya.

 

(*)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya