Kembangkan Biomassa, PLN dan Kementan Luncurkan Model Pertanian Terpadu

Kementerian Pertanian mengapresiasi PLN yang berkomitmen kurangi emisi karbon dan tingkatkan ekonomi masyarakat sekitar.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 27 Sep 2024, 12:25 WIB
Diterbitkan 27 Sep 2024, 12:11 WIB
Kembangkan Biomassa, PLN dan Kementan Luncurkan Model Pertanian Terpadu
PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI), bersama Kementerian Pertanian (Kementan) meresmikan program Pengembangan Ekosistem Biomassa Berbasis Ekonomi Kerakyatan dan Pertanian Terpadu. (Foto: PLN)

Liputan6.com, Jakarta - PT PLN (Persero) melalui Sub Holding PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI), bersama Kementerian Pertanian (Kementan) meresmikan program Pengembangan Ekosistem Biomassa Berbasis Ekonomi Kerakyatan dan Pertanian Terpadu di lahan kritis seluas 100 ha di Desa Bojongkapol, Kecamatan Bojonggambir, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. 

Program yang melibatkan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan biomassa untuk co-firing Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) ini tidak hanya akan meningkatkan penggunaan energi baru terbarukan (EBT) saja, namun juga akan meningkatkan perekonomian masyarakat.

Sebelum di Tasikmalaya, program ini telah sukses diimplementasikan di Cilacap dengan luas lahan sebesar 106 ha dan di Gunungkidul dengan luas 30 ha.

Wakil Menteri Pertanian Sudaryono menyambut baik inisiatif dalam memberdayakan masyarakat untuk mengembangkan ekosistem biomassa berbasis ekonomi kerakyatan. Pihaknya pun siap bersinergi dengan PLN untuk memastikan keberhasilan program seperti memberikan pembinaan dan menghadirkan penyuluh.

"Kami dari Kementerian Pertanian siap bersinergi, siap mendorong, siap membantu, siap menempatkan orang. Apapun yang baik buat rakyat, kita siap jiwa raga kita untuk rakyat," kata Sudaryono dalam keterangan resmi PT PLN (Persero), Jumat (27/9/2024).

Sudaryono juga mengapresiasi upaya PLN yang tidak hanya berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon, tapi juga membantu meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar.

"Tentu saja selain terkait urusan renewable energy, ini mengandung nilai ekonomi. Di situ ada bisnis, di situ ada perputaran uang, di situ ada yang tadinya tidak punya penghasilan, tiba-tiba punya penghasilan. Ini artinya apa? Artinya manfaatnya besar sekali bagi rakyat sekitar," imbuh dia.

Sementara Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengutarakan, pihaknya terus berupaya menggenjot pemanfaatan EBT sebagai bagian dari upaya dekarbonisasi sektor ketenagalistrikan di Indonesia. 

"Dulu ketersedian pasokan biomassa untuk co-firing menjadi tantangan bagi kami. Sekarang, dengan kolaborasi dari berbagai pihak, program ini tidak hanya mampu memanfaatkan lahan kritis dan tidak produktif, tapi juga mampu menghadirkan lapangan pekerjaan, meningkatkan pendapatan daerah, dan menggerakkan ekonomi kerakyatan sirkuler," ungkapnya.

Darmawan memaparkan, guna memastikan kecukupan bahan baku biomassa, dibutuhkan upaya terintegrasi. Untuk itu, PLN mengembangkan ekosistem biomassa berbasis pertanian terpadu. Program ini melibatkan masyarakat untuk mengolah lahan kritis menjadi produktif.

"Dengan kekuatan kolaborasi ini, Kementerian Pertanian dan PLN tidak hanya sukses, tetapi juga membawa kesejahteraan dan berkah. Kesuksesan ini akan diduplikasikan di lokasi lainnya, sehingga akan membawa manfaat yang lebih masif lagi," lanjut Darmawan. 

 

Kebutuhan Meningkat

PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI), bersama Kementerian Pertanian (Kementan) meresmikan program Pengembangan Ekosistem Biomassa Berbasis Ekonomi Kerakyatan dan Pertanian Terpadu. (Foto: PLN)
PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI), bersama Kementerian Pertanian (Kementan) meresmikan program Pengembangan Ekosistem Biomassa Berbasis Ekonomi Kerakyatan dan Pertanian Terpadu. (Foto: PLN)

Direktur Utama PLN EPI, Iwan Agung Firstantara menerangkan, biomassa yang digunakan PLN EPI untuk memenuhi kebutuhan co-firing sebagian besar berasal dari limbah pertanian dan perkebunan. Karena kebutuhannya terus meningkat, pihaknya mengajak masyarakat Kabupaten Tasikmalaya untuk memanfaatkan peluang ini untuk mendulang pendapatan ekonomi. 

"Program Pengembangan Ekosistem Biomassa di Tasikmalaya ini dilakukan dengan penanaman tanaman indigofera sebanyak 100 ribu buah. PLN EPI juga akan menyerahkan sebanyak 205 ekor domba untuk dibudidayakan. Sebelumnya juga telah dilakukan pelatihan budidaya, sehingga masyarakat dapat memanfaatkannya," terang Iwan.

Penanaman tanaman energi ini dilakukan dengan sistem tumpang sari berupa cabai, tomat, dan timun. Sehingga selain dapat digunakan sebagai sumber pakan ternak dan bahan baku biomassa, juga dapat digunakan untuk penghasilan tambahan masyarakat.

"Dengan adanya program ini, PLN berharap dapat membangun ekosistem biomassa yang berkelanjutan di mana batang dan ranting tanaman energi dimanfaatkan untuk bahan baku biomassa, sedangkan daunnya dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak, serta cabai, tomat, dan timunnya dapat dijual sebagai tambahan penghasilan," pungkasnya.

 

Hijaunesia 2023, PLN Bangun PLTS dan PLTB Berkapasitas 1.055 MW

Keren, Satu Lagi Kebun Angin Raksasa di Sulsel
Deretan turbin di area Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Tolo 1 di Jeneponto, Sulawesi Selatan, Jumat (21/9). PLTB Tolo 1 akan menjadi kebun angin skala besar kedua di Indonesia setelah PLTB Sidrap. (Liputan6.com/Pool/ESDM)

Sebelumnya, PLN Indonesia Power (PLN IP) mengatakan, proyek Hijaunesia 2023 sebagai aksi korporasi pengembangan pembangkit berbasis energi baru terbarukan (EBT) diminati investor. Hal ini diharapkan dapat mengakselerasi program transisi energi dan pendukung capaian target Net Zero Emission (NZE) pada 2060.

Direktur Utama PLN Indonesia Power Edwin Nugraha Putra mengatakan dalam proyek Hijaunesia 2023 PLN IP memprioritaskan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) dengan total kapasitas 1.055 MW melalui skema Strategic Partnership.

"Melalui inisiatif ini kita genjot pengembangan EBT yang telah tercantum dalam RUPTL 202-2030, dengan kapasitas total mencapai 1.055 MW," kata Edwin.

Edwin melanjutkan PLN IP akan mengakselerasi pembangunan PLTS yang ada di 5 lokasi dengan total kapasistas 500 MW, dengan target proses pembangunan hingga Commercial Operation Date (COD) lebih cepat dari yang pernah dilakukan.

"Pembangunan pembangkit tersebut dengan proses paralel antara lain pra-seleksi mitra termasuk kontraktor EPC, pemilihan lender, dan proses perizinan," tutur Edwin.

Pembangunan PLTS pun diminati oleh para calon mitra dan kontraktor EPC dari berbagai negara, saat ini total ada 33 Peserta (bidder) yang lulus tahap Request for Quotation (RFQ). Saat ini proses telah memasuki tahapan evaluasi sampul 1.

"Para calon mitra yang berminat atas pengembangan proyek PLTS 500 MW ini berasal dari dalam negeri hingga Eropa, ini menandakan proyek EBT kami menarik," ujar Edwin.

Pemenuhan TKDN

Keren, Satu Lagi Kebun Angin Raksasa di Sulsel
Bentuk turbin di area Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Tolo 1 di Jeneponto, Sulawesi Selatan, Jumat (21/9). Turbin PLTB Tolo 1 memiliki tinggi tiang 133 meter dengan panjang bilah (blade) 63 meter. (Liputan6.com/Pool/ESDM)

Menurut Edwin, meski calon mitra tersebut berasal dari luar negeri, PLN IP tetap menitikberatkan pemenuhan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sesuai regulasi yang berlaku, dengan begitu proyek yang dilaksanakan PLN dapat menciptakan multiplier effect bagi industri dalam negeri.

"Hijaunesia 2023 sebagai demand creation untuk membuka pasar investasi manufaktur solar PV dalam rangka unlock isu TKDN 60 persen," ungkapnya.

Edwin mengungkapkan, proyek Hijaunesia 2023 juga sekaligus bentuk komitmen dan implementasi PLN melalui PLN Indonesia Power dalam aspek Environmental, Social and Governance (ESG).

Seperti diketahui, hingga 2028 PLN Indonesia Power menargetkan pengembangan pembangkit EBT hingga 2,78 GW yang berkontribusi pada pengurangan emisi CO2 sebesar 2 juta ton.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya