Mark Zuckerberg Duduki Urutan ke-4 Orang Terkaya Dunia, Harta Tembus Rp 3 Kuadriliun

Mark Zuckerberg kini menjadi orang terkaya keempat di dunia, bergabung dengan daftar miliarder dengan kekayaan sekitar USD 200 miliar atau Rp.3 kuadriliun.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 30 Sep 2024, 21:00 WIB
Diterbitkan 30 Sep 2024, 21:00 WIB
Imbas dari WhatsApp, Instagram dan Facebook Down, Mark Zuckerberg Rugi Rp99,5 Triliun
Bos besar Facebook, Mark Zuckerberg alami kerugian besar usia tiga aplikasinya down hingga 6 jam. (Instagram/zuck).

Liputan6.com, Jakarta Angka-angka terbaru dari Indeks Miliarder Bloomberg menunjukkan bahwa CEO Meta, Mark Zuckerberg telah meningkatkan kekayaan pribadinya sebesar USD 73,4 miliar pada tahun 2024 menjadi USD 201 miliar (Rp.3 kuadriliun).

Mengutip CNN Business, Senin (30/9/2024) Mark Zuckerberg kini menjadi orang terkaya dunia di posisi ke-4, bergabung dengan daftar miliarder dengan kekayaan sekitar USD 200 miliar atau Rp.3 kuadriliun.

Daftar orang terkaya di dunia kini mencakup CEO Tesla dan X Elon Musk dengan kekayaan USD 272 miliar (Rp.4,1 kuadriliun); Jeff Bezos USD 211 miliar (Rp.3,1 kuadriliun), pendiri Amazon; dan Bernard Arnault USD 207 miliar (Rp.3,1 kuadriliun), satu-satunya orang yang berada di atas Zuckerberg.

Zuckerberg, yang meluncurkan Facebook pada tahun 2004, memiliki sebagian besar kekayaannya yang terkait dengan saham Meta Platforms.

Saham Meta (META) sendiri telah melonjak hampir 64% pada tahun 2024. Pada hari Rabu (25/9), saham Meta naik 0,9% hingga ditutup pada rekor tertinggi USD 568,31. Saham Meta kemudian turun menjadi USD 567,36 pada hari Jumat (27/9).

Meta mengoperasikan platform media sosial populer Facebook, Instagram, dan Threads, serta aplikasi pesan instan WhatsApp.

Berbicara pada hari Rabu di acara Meta Connect 2024, Zuckerberg mengatakan Meta AI berada di jalur yang tepat untuk menjadi asisten yang paling banyak digunakan di dunia.

"Kami hampir mencapai 500 juta (pengguna aktif) bulanan, dan kami bahkan belum meluncurkannya di beberapa negara besar," kata Zuckerberg, merujuk pada negara-negara di Uni Eropa.

Zuckerberg bukan satu-satunya miliarder sektor teknologi yang mengalami lonjakan besar dalam kekayaannya tahun ini. Jensen Huang, CEO Nvidia, dan Larry Ellison, salah satu pendiri Oracle, telah melihat kekayaan bersih mereka melonjak pada tahun 2024 masing-masing sebesar USD 62,2 miliar (Rp.942,4 triliun) dan USD 58,6 miliar (Rp.887,8 triliun).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Alasan Miliarder Pendiri Facebook Tak Dukung Trump atau Biden

Mark Zuckerberg
CEO Facebook Mark Zuckerberg (AP Photo/Jacquelyn Martin)

Diwartakan sebelumnya, Mark Zuckerberg mengaku enggan memberikan dukungan politik kepada Donald Trump atau Joe Biden dalam Pemilihan Presiden Amerika Serikat bulan November mendatang.

Mengutip Channel News Asia, Zuckerberg mengatakan Meta membuat perubahan yang ia harap akan membuat Facebook tidak terlalu menjadi pusat perhatian dalam pemilu mendatang.

"Saya pikir Anda akan melihat layanan kami kurang berperan dalam pemilu ini dibandingkan di masa lalu,” kata Zuckerburg dalam sebuah wawancara dengan outlet media Bloomberg News.

Namun, baik Meta maupun Zuckerberg tidak segera menanggapi permintaan komentar terkait wawancara tersebut.

 


Tokoh Berpengaruh

Bos Facebook Mark Zuckerberg Hadapi Sidang Parlemen Eropa
CEO Facebook Mark Zuckerberg memberi keterangan di markas Parlemen Eropa di Brussel, Belgia, Selasa (22/5). Zuckerberg memberi keterangan terkait skandal kebocoran data Facebook. (EBS/AFP)

Komentar Zuckerberg muncul ketika beberapa tokoh berpengaruh di Silicon Valley, termasuk bos Tesla Elon Musk dan pemodal ventura Marc Andreessen dan Ben Horowitz, mendukung Trump dalam pencalonan presiden AS di Pilpres 2024 dengan sejumlah pendanaan.

Namun, CEO Meta itu memuji Trump dalam merespon insiden penembakan yang dihadapinya beberapa waktu lalu, bagaimana Trump menginspirasi, dan membantu menjelaskan daya tariknya kepada para pemilih.

Diketahui, Meta kerap mengkritik postingan Trump karena mengandung informasi yang salah dan melanggar aturan konten di platformnya. 

Raksasa media sosial itu juga sempat menangguhkan akun Facebook dan Instagram mantan Presiden AS tersebut selama sekitar dua tahun, menyusul insiden kerusuhan di Capitol pada Januari 2021.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya