Apa Kabar Proyek Gasifikasi Batu Bara Bukit Asam?

Setelah Air Products and Chemicals Inc mundur dari proyek tersebut, Bukit Asam kini tengah menjajaki kerja sama dengan beberapa pihak lain.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 30 Sep 2024, 16:45 WIB
Diterbitkan 30 Sep 2024, 16:45 WIB
Pada kuartal I 2024, penjualan batu bara PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mencapai 9,7 juta ton atau meningkat 10 persen dibanding periode sama tahun lalu. (Foto: Bukit Asam)
Pada kuartal I 2024, penjualan batu bara PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mencapai 9,7 juta ton atau meningkat 10 persen dibanding periode sama tahun lalu. (Foto: Bukit Asam)

Liputan6.com, Jakarta PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mengungkapkan perkembangan terbaru terkait proyek gasifikasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME).

Setelah Air Products and Chemicals Inc mundur dari proyek tersebut, perseroan kini tengah menjajaki kerja sama dengan beberapa pihak lain.

Namun, Komisaris Utama PT Bukit Asam Tbk, Irwandy Arif, belum dapat memberikan rincian lebih lanjut terkait penjajakan yang dilakukan dengan sejumlah pihak potensial. Terakhir, perseroan mengumumkan sedang menjalin komunikasi dengan perusahaan asal China, East China Engineering Science and Technology Co., Ltd.

"Soal DME, belum ada perkembangan. Dengan perusahaan China itu, penjajakan masih sangat awal," ujar Irwandy kepada wartawan, Senin (30/9/2024).

Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk, Arsal Ismail, sebelumnya menyatakan bahwa perusahaan sedang melakukan perhitungan keekonomian proyek tersebut. PTBA juga tetap berkomitmen melanjutkan proyek hilirisasi ini meskipun sempat ditinggalkan oleh investor.

Investor AS Mundur

Sebagai informasi, perusahaan asal Amerika Serikat (AS), Air Products and Chemicals Inc, sebelumnya mundur dari konsorsium proyek hilirisasi atau gasifikasi batu bara menjadi DME. Awalnya, Air Products and Chemicals Inc direncanakan mengerjakan proyek ini bersama PT Bukit Asam dan PT Pertamina (Persero).

"Terkait masalah mitra, prosesnya masih berjalan. Kami akan terus melanjutkan proyek ini, dan kawasan untuk hilirisasi batu bara sudah kami siapkan. Siapapun yang akan menjadi mitra, kami harap kerja sama ini akan saling menguntungkan," ungkap Arsal.

Namun, ia enggan memberikan detail lebih lanjut mengenai mitra strategis yang akan menggantikan Air Products dalam proyek DME ini.

Anak Usaha Bukit Asam Kantongi Pinjaman Rp 20 Triliun dari Bank Mandiri, untuk Apa?

Ilustrasi PT Bukit Asam Tbk (PTBA) (Foto: Grup MIND ID)
Ilustrasi PT Bukit Asam Tbk (PTBA) (Foto: Grup MIND ID)

Anak usaha PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Huadian Bukit Asam Power (HBAP) menerima fasilitas pinjaman dari Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) senilai Rp 20 triliun.

Pinjaman ini merupakan take over dari The Export-Import Bank of China (CEXIM). Fasilitas pinjaman ini akan dialokasikan untuk proyek PLTU Mulut Tambang.

Proyek tersebut memiliki peran penting dan mendukung salah satu sasaran nawacita, yaitu mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis, khususnya kedaulatan energi.

"Total investasi secara dolar itu USD 1,68 milia dengan kapasitas 2x660 megawatt atau kurang lebih 1.320 megawatt yang di-takeover. Karena ini kan loannya 75:25, itu sekitar USD 1,27 miliar (dari Mandiri), equivalent kurang lebih Rp 20 triliun," ungkap Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk (PTBA), Arsal Ismail kepada wartawan, Senin (30/9/2024).

Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama Bank Mandiri, Darmawan Junaidi mengatakan, kerjasama pembiayaan ini merupakan langkah strategis untuk sinergi bisnis antara bank mandiri dengan Huadian Bukit Asam Power. Selanjutnya, Bank mandiri senantiasa siap untuk melaksanakan sinergi ini lebih erat lagi dengan China Huatian Group dan juga Bukit Asam Tbk.

"Melalui pembiayaan yang cukup besar ini, USD 1,27 miliar, kita berharap secara ekosistem ini juga nantinya dapat kita dukung dengan terobosan-terobosan solusi yang sudah kita siapkan," kata Darmawan.

Penandatanganan pinjaman disaksikan oleh Menteri BUMN, Erick Thohir. Dia mengapresiasi langkah Bank Mandiri lantaran menyediakan fasilitas pendanaan yang kompetitif dibandingkan juga bank-bank global, utamanya dari sisi bunga.

"Proyek ini didanai sebelumnya dari pendanaan luar negeri, ya lebih tinggi sedikit bunganya. Nah kita competitiveness, ternyata kita bisa memberikan pendanaan yang lebih baik," kata Erick.

Menurut dia, aksi ini sejalan dengan cita-cita Bank Mandiri pada 2032 yang ingin menjadi salah satu bank terbaik di Asia Tenggara. 

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya