Ini Langkah Strategis Agar Indonesia Keluar dari Middle Income Trap Menurut Dirut BRI

Sunarso mengungkapkan bahwa faktor yang paling menentukan pertumbuhan ekonomi adalah investasi pada human capital atau nilai ekonomi dari pengalaman dan keterampilan pekerja.

oleh Gloria Trivena May Ary pada 12 Okt 2024, 15:45 WIB
Diperbarui 12 Okt 2024, 15:35 WIB
Ini Langkah Strategis Agar Indonesia Keluar dari Middle Income Trap Menurut Dirut BRI
Langkah strategis terbebas dari middle income trap menurut Dirut BRI. (c) BRI

Liputan6.com, Jakarta Sunarso, Direktur Utama PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, menyoroti bahwa ketahanan pangan adalah kunci agar Indonesia bisa keluar dari middle income trap. Hal ini bahkan ia sampaikan sendiri saat menghadiri acara Indonesia Future Policy Dialogue yang digelar oleh Katadata, Rabu (10/9).

Dalam kesempatan tersebut, ia menyebutkan bahwa menurut kajian Bappenas, Indonesia diprediksi baru akan lepas dari jebakan pendapatan menengah pada 2041, dengan syarat ekonomi tumbuh rata-rata minimal 6% per tahun. Sunarso menambahkan, untuk mencapai hal ini, pendapatan per kapita Indonesia perlu menembus angka US$ 4.465.

Terkait hal tersebut, Sunarso mengungkapkan, dalam kajian BRI, faktor yang paling menentukan pertumbuhan ekonomi 6% adalah investasi pada human capital atau nilai ekonomi dari pengalaman dan keterampilan pekerja. Pembentukan human capital  juga perlu didorong oleh beberapa faktor. 

Ini Langkah Strategis Agar Indonesia Keluar dari Middle Income Trap Menurut Dirut BRI
Langkah strategis terbebas dari middle income trap menurut Dirut BRI. (c) BRI

Pertama, Indonesia harus fokus dalam memaksimalkan kebutuhan nutrisi dan pangan. “Maka menjadi penting, kita fokus untuk memiliki strategi yang khusus, spesifik, dan visioner untuk masalah ketahanan pangan,” ujar Sunarso.

Kedua, negara punya tugas untuk menyejahterakan rakyat dan ini akan mendukung pertumbuhan ekonomi. Dia mengatakan, cara terbaik untuk mensejahterakan rakyat adalah dengan memberikan mereka pekerjaan.

“Jadi semua orang pada usia produktif memang harus bekerja. Kalau begitu, pemerataan kesempatan kerja itu menjadi penting,” kata Sunarso. Untuk mendapatkan pemerataan kesempatan kerja dibutuhkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif, di mana di dalamnya juga ada unsur pemerataan serta partisipasi masyarakat untuk ikut tumbuh dan berkembang. 

“Investasi yang penting adalah human capital, dan kalau mau memperbaiki human capital, perbaiki dulu nutrisi dan pangan. Dan kemudian kita tunggu, untuk pemerataan butuh inklusivitas pertumbuhan,” ujar Sunarso.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya