Strategi China Genjot Ekonomi hingga Hadapi Donald Trump yang Menang di Pilpres AS

China mempersiapkan strategi untuk mendorong ekonominya yang terpuruk. Bahkan China juga bersiap hadapi kebijakan Donald Trump yang menang di Pilpres AS 2024.

oleh Agustina Melani diperbarui 09 Nov 2024, 17:09 WIB
Diterbitkan 09 Nov 2024, 17:08 WIB
Strategi China Genjot Ekonomi hingga Hadapi Donald Trump yang Menang di Pilpres AS
China menyiapkan sejumlah langkah untuk menggenjot ekonomi dan hadapi potensi tidak stabil seiring kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih. (AFP/STR)

Liputan6.com, Jakarta - China telah sepakati dana 10 triliun yuan atau USD 1,4 triliun (sekitar Rp 21.910 triliun, asumsi kurs dolar AS terhadap rupiah di kisaran 15.650). Dana ini untuk memperkuat ekonomi China yang sedang terpuruk dengan mengizinkan pemerintah daerah untuk kembali membiayai utnagnya.

Selain itu, China juga mengungkap langkah-langkah stimulus tambahan untuk mengantisipasi pertumbuhan yang tidak stabil seiring kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih.

Mengutip CNN, Sabtu (9/11/2024), Menteri Keuangan Lan Fo’an menuturkan pada Konferensi Pers Jumat, 8 November 2024, pinjaman yang dibatasi hingga 6 tirliun yuan atau USD 838 miliar akan diizinkan selama tiga tahun untuk membantu pemerintah daerah mengganti apa yang disebut “utang tersembunyi” mereka/

Utang semacam ini biasanya dimiliki oleh platform pembiayaan pemerintah daerah yang berisiko yang didukung oleh kota dan provinsi.

Lan menambahkan, pemerintah daerah akan diberikan akses ke kuota terpisah senilai 4 triliun yuan atau USD 558 miliar dalam bentuk obligasi lokal khusus selama lima tahun. Hal bertujuan memangkas kepemilikan utang.Pengumuman itu dibuat pada akhir pertemuan lima oleh badan legislatif China, Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional (NPC).

“Sejak awal tahun ini, dipengaruhi oleh berbagai faktor, pendapatan fiskal pemerintah pusat dan daerah tidak memenuhi harapan,” ujar Lan.

Ekonom Capital Economicw, Mark Williams menuturkan, pembiayaan kembali utang pemerintah daerah mengurangi biaya bunga yang akan membebaskan sumber daya bagi pemerintah daerah untuk dibelanjakan di tempat lain. Namun, paket itu hanya berjumlah sekitar 0,5 persen dari produk domestik bruto (PDB) saat ini dalam lima tahun.

“Jelas, itu tidak akan membuat perbedaan yang berarti. Pengumuman fiskal hari ini merupakan kekecewaan lain bagi mereka yang mengharapkan stimulus yang substansial,” ujar Williams.

Utang Jumbo

Sejumlah warga mengibarkan bendera AS dan China di sekitar lokasi KTT APEC, Selasa (14/11/2023). (AP/Evan Vucci)
Sejumlah warga mengibarkan bendera AS dan China di sekitar lokasi KTT APEC, Selasa (14/11/2023). (AP/Evan Vucci)

Pembatasan ketat selama bertahun-tahun akibat pandemi COVID-19 dan krisis real estate telah menguras kas pemerintah daerah di China membuat otoritas di seluruh negeri berjuang dengan utang jumbo.

Kekurangan uang berarti pemerintah memiliki sedikit sumber daya untuk genjot pertumbuhan ekonomi.

Masalah ini telah menjadi sangat ekstrem di beberapa tempat sehingga kota-kota kini tidak dapat sediakan layanan dasar, dan risiko gagal bayar meningkat.

Lan mengungkapkan, pada akhir 2023, China catat saldo utang tersembungi sebesar 14,3 triliun yuan. Pejabat bermaksud memangkas jumlah itu menjadi 2,3 triliun yuan pada 2028.

Skala pertukaran utang meski dianggap mengecewakan oleh sebagian orang, melampaui harapan Ekonom Macquarie Bank Larry Hu.

“Mungkin mengecewakan bagi mereka yang harapkan pertemuan NPC untuk setujui paket fiskal besar-besaran. Namun, harapan itu tidak realistis, karena tujuan kebijakan adalah mencapai target pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) dan mengurangi risiko, bukan untuk merefleksikan ekonomi dengan cara yang berarti,” ujar dia.

Mencapai Target Pertumbuhan

FOTO: Pembuatan Bendera Jelang Hari Nasional China
Pekerja membuat bendera nasional di sebuah pabrik menjelang Hari Nasional di Wuyi, Provinsi Zhejiang, China, 28 September 2021. Hari Nasional adalah sebuah hari libur nasional di China untuk merayakan hari kebangsaan mereka dan diperingati pada tanggal 1 Oktober setiap tahun. (STR/AFP)

 

Reflasikan ekonomi mengacu pada langkah-langkah yang bertujuan untuk merangsang pertumbuhan dan memerangi deflasi, yang telah menjadi masalah yang membandel di China.

Upaya-upaya tersebut akan membutuhkan kebijakan yang jauh lebih agresif, jauh melampaui pertukaran utang.

PDB Tiongkok tumbuh hanya 4,6% dalam periode tiga bulan dari Juli hingga September, dibandingkan dengan tahun lalu. Itu hanya sedikit lebih tinggi dari ekspektasi ekonom yang disurvei oleh Reuters, yang telah memperkirakan ekspansi sebesar 4,5%.

Namun, pada laju pertumbuhan ini, ada risiko Beijing mungkin tidak mencapai target pertumbuhan tahunannya sekitar 5%. Setelah musim panas dengan berita ekonomi yang suram, pemimpin Tiongkok Xi Jinping akhirnya memutuskan untuk melanjutkan dengan paket stimulus yang sangat dibutuhkan, sebagian besar difokuskan pada langkah-langkah moneter, pada minggu terakhir bulan September.

Sejak saat itu, para ekonom telah memperkirakan adanya langkah-langkah stimulus tambahan senilai hingga 10 triliun yuan (USD 1,4 triliun) untuk memulihkan optimisme di ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut.

Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global
Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya