Berkat Pemberdayaan BRI, Pengusaha Lokal Hadirkan Inovasi Kacang Nepo sebagai Camilan Khas yang Diminati

Suparman sendiri mengakui bahwa program Desa BRILiaN dari BRI memberikan dampak signifikan bagi perkembangan usahanya.

oleh Wuri Anggarini pada 25 Nov 2024, 08:45 WIB
Diperbarui 25 Nov 2024, 07:56 WIB
Cerita Sukses Pengusaha Lokal Mengolah Kacang Nepo hingga Jadi Camilan Khas yang Diminati Didukung Pemberdayaan BRI
Transformasi pembayaran digital lewat QRIS BRI. (c) Istimewa

Liputan6.com, Jakarta Banyak daerah di tanah air yang menyimpan kekayaan alam melimpah. Salah satunya adalah Desa Nepo yang terletak di Kecamatan Malusetasi Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Jika biasanya hasil bumi dijual mentah, kini inovasi produk siap konsumsi dihadirkan oleh Suparman, salah satu pengusaha lokal yang memproduksi camilan 'Kacang Nepo'.

Kacang Nepo yang diproduksi ini hadir dalam berbagai varian seperti kacang crispy, kacang sembunyi dengan gula pasir, kacang disco, kacang tempe, dan lainnya yang menghadirkan cita rasa gurih dan renyah.

Suparman bercerita bahwa ide awal usaha olahan Kacang Nepo ini sudah muncul pada 2022. "Saya melihat banyak hasil bumi di desa ini dijual mentah ke luar, sehingga tercetus ide untuk mengolahnya agar punya nilai tambah bagi masyarakat sekitar," ujarnya.

Didukung Pemberdayaan BRI lewat Program Desa BRILiaN

Cerita Sukses Pengusaha Lokal Mengolah Kacang Nepo hingga Jadi Camilan Khas yang Diminati Didukung Pemberdayaan BRI
Usaha Kacang Nepo dari Desa Nepo yang kini semakin berkembang berkat pemberdayaan BRI. (c) Istimewa

Awalnya, produk Suparman menggunakan kemasan sederhana hingga kemudian mendapatkan dukungan dari BRI lewat program Desa BRILiaN pada tahun 2023. Berbagai pelatihan dalam bidang pemasaran, kemasan, hingga penggunaan teknologi digital berikan oleh BRI. Berkat program ini, produk Kacang Nepo kini tampil lebih menarik dan dikenal masyarakat luas.

Suparman sendiri mengakui bahwa program Desa BRILiaN dari BRI memberikan dampak signifikan bagi perkembangan usahanya. Ia mendapatkan banyak pelatihan khusus dari BRI dan kolaborasi bersama Politeknik Pariwisata mendukung Suparman meningkatkan kualitas produk. Terlebih dari sisi aspek rasa dan pengemasan, sehingga lebih kompetitif di pasar. Tak hanya itu, BRI juga memberikan pembekalan untuk UMKM Desa Nepo dengan teknologi digital seperti QRIS. Hal ini memungkinkan sistem pembayaran non tunai dan memudahkan akses ke pasar yang lebih luas.

"Untuk pemasaran di toko lokal dan supermarket, sekarang semakin mudah dengan QRIS," jelas Suparman. Ia menambahkan, penggunaan teknologi ini membuat proses transaksi lebih cepat dan memudahkan konsumen dalam berbelanja.

Sumber Pendapatan Utama Superman dan Pekerja Lainnya

Menariknya, Kacang Nepo yang diolah oleh Suparman kini telah menghasilkan pendapatan hingga belasan juta rupiah per bulannya. Hal ini yang menjadikan usaha tersebut sebagai sumber pendapatan utama Suparman dan beberapa warga yang ia pekerjakan.

Seiring dengan permintaan yang semakin meningkat, harapan Suparman adalah dapat memperluas tim dan mengajak lebih banyak warga terlibat dalam produksi. "Harapannya, UMKM di desa kami semakin maju dan semakin banyak masyarakat yang dapat merasakan manfaatnya," ujarnya penuh semangat.

Ia pun berharap agar produk lokal seperti Kacang Nepo bisa menjadi ikon kuliner khas Desa Nepo yang dikenal lebih luas. "Kami ingin kacang yang keluar dari desa ini dalam bentuk kemasan yang punya nilai tambah, bukan sekadar bahan mentah lagi," tegasnya. Dengan produk yang semakin diminati, Suparman bermimpi membawa Kacang Nepo ke pasar nasional.

Pada kesempatan terpisah, Direktur Bisnis Mikro BRI Supari menegaskan komitmen BRI sebagai bank yang memiliki fokus kepada segmen Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). “Peran BRI tidak terbatas sebagai lembaga intermediary keuangan, yang memberikan value secara ekonomi namun juga memberikan social value berupa aksi pemberdayaan baik kepada individu pelaku usaha maupun pemberdayaan lembaga desa,” ujarnya.

"Pemberdayaan wilayah pedesaan menjadi isu yang perlu diperhatikan, mengingat perkembangan desa di Indonesia relatif belum merata dan menjadi tantangan bersama. Kami berharap program ini menjadi salah satu wadah yang dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh desa-desa beserta seluruh UMKM yang ada didalamnya yang pada akhirnya mampu mendorong kemajuan desa-desa di Indonesia," tegas Supari.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya