Ramadan Sebentar Lagi, Intip Strategi Kelola Uang Bagi UMKM Biar Naik Kelas

Ramadhan tahun ini menjadi momentum bagi pelaku usaha lokal untuk naik kelas meskipun menghadapi tantangan di tengah ketidakpastian ekonomi dan penurunan daya beli masyarakat.

oleh Septian Deny diperbarui 14 Feb 2025, 20:30 WIB
Diterbitkan 14 Feb 2025, 20:30 WIB
Pasar Takjil Benhil Masih Jadi Primadona Warga Berburu Penganan Berbuka Puasa
Pedagang melayani pembeli makanan di Pasar Takjil Bendungan Hilir, Jakarta, Rabu (13/3/2024). (Liputan6.com/Herman Zakharia)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Ramadhan tahun ini menjadi momentum bagi pelaku usaha lokal untuk naik kelas meskipun menghadapi tantangan di tengah ketidakpastian ekonomi dan penurunan daya beli masyarakat. Untuk menjaga kestabilan usaha, para pelaku usaha harus lebih bijak dalam mengelola keuangan sekaligus kreatif di kalangan masyarakat yang semakin selektif dalam membelanjakan uang.

Bahasan ini disampaikan dalam talk show bertajuk “Beragam Cara Baik Mengelola Keuangan dan Bisnis selama Ramadhan” yang diselenggarakan Bank Jago dan melibatkan puluhan pelaku usaha lokal di Jakarta.

Dalam diskusi tersebut sejumlah tantangan sudah menunggu pelaku usaha ketika Ramadan, mulai dari penurunan daya beli, kesulitan mengelola arus kas, kenaikan harga bahan baku, hingga perubahan perilaku konsumen.

“Untuk itu, para pelaku usaha harus pintar-pintar mengatur cash flow saat Ramadhan. Jangan sampai lebih besar pasak daripada tiang. Juga harus lincah dan kreatif mencari peluang usaha di tengah penurunan daya beli. Manfaatkan tren YONO (you only need one) di kalangan anak muda dengan menawarkan produk-produk yang relevan dan esensial,” ujar Nur Fajriah Rachmah, Head of Sharia Digital Funding Bank Jago pada acara tersebut.

Selama Ramadhan, menurut Nur, pelaku usaha  bisa menjaga arus kas dengan memperketat pengeluaran, menunda pembelian bahan baku yang tidak mendesak, dan mengoptimalkan penjualan melalui promosi atau paket spesial. Pelaku usaha lokal bisa melakukan diversifikasi usaha atau menyesuaikan strategi pemasaran untuk lebih menonjolkan kualitas dan manfaat dari produk-produknya, serta menjangkau pasar yang lebih luas.

“Misalnya, jika bisnis sebelumnya hanya menjual makanan kering, cobalah menambah produk seperti makanan khas berbuka, seperti takjil. Tawarkan promo spesial barang kebutuhan utama Ramadan,” anjur Nur.

 

Kelola Keuangan

(Ilustrasi PT Bank Jago Tbk (ARTO) Dok: Bank Jago
(Ilustrasi PT Bank Jago Tbk (ARTO) Dok: Bank Jago... Selengkapnya

Pelaku usaha lokal juga perlu mengelola keuangan bisnis mereka dengan bijak, lanjut Nur, yang mencakup pengelolaan arus kas yang baik, pencatatan transaksi yang rapi, dan memisahkan keuangan pribadi dengan bisnis. Dengan mencatat setiap transaksi secara rinci, pengusaha dapat memonitor kondisi keuangan mereka dengan lebih jelas dan membuat keputusan yang lebih tepat.

“Sekarang sudah banyak aplikasi keuangan yang memudahkan kita untuk membuat budgeting. Salah satunya adalah Aplikasi Jago dan Jago Syariah, yang punya fitur Kantong untuk memisahkan anggaran pribadi dan bisnis biar tidak tercampur,” jelas Nur.

Selain itu Nur juga menekankan pentingnya pelaku usaha menyiapkan dana darurat atau cadangan guna menghadapi fluktuasi penjualan yang tidak menentu. Menurutnya, ketika kondisi pasar sepi atau permintaan turun, dana ini menjadi penyelamat untuk menjaga kelangsungan operasional usaha.

“Intinya adalah pisahkan keuangan pribadi dan usaha, lakukan budgeting, siapkan dana darurat, manfaatkan teknologi seperti Aplikasi Jago atau Jago Syariah, dan evaluasi kinerja keuangan secara berkala untuk memastikan bisnis tetap sehat dan berkembang," ujarnya.

 

Bank Jago Cetak Laba Bersih Rp 86 Miliar hingga Kuartal III 2024

Terjebak di Zona Merah, IHSG Ditutup Naik 3,34 Poin
Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). Sejak pagi IHSG terjebak di zona merah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

PT Bank Jago Tbk (ARTO) membukukan laba bersih setelah pajak (net profit after tax) sebesar Rp 86 miliar. Raihan ini meningkat 71 persen dari perolehan per September 2023 sebesar Rp 50 miliar.

Adapun hingga akhir kuartal tiga 2024 nasabah funding melalui Aplikasi Jago telah mencapai lebih dari 11,1 juta. Jika memperhitungkan nasabah lending, total nasabah Bank Jago mencapai 14,1 juta.

Dari jumlah nasabah funding Aplikasi Jago, lebih dari 67 persen berasal dari mitra ekosistem, di antaranya ekosistem GoTo serta platform reksadana online Bibit yang terhubung secara seamless dengan Aplikasi Jago.

Direktur Utama Bank Jago, Arief Harris Tandjung mengungkapkan pertumbuhan pengguna Aplikasi Jago sejalan dengan penghimpunan DPK yang mencapai Rp 16,9 triliun hingga akhir kuartal tiga 2024 atau tumbuh 64 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 10,3 triliun. 

Sebanyak 57 persen dari jumlah DPK atau sebesar Rp 9,6 triliun merupakan current account and savings account (CASA), sedangkan sisanya 43 persen atau Rp 7,3 triliun merupakan term deposit (TD).

"Kami percaya upaya berkolaborasi dengan ekosistem digital, menggabungkan berbagai inovasi digital, serta menerapkan strategi bisnis dan fundamental yang berkelanjutan, merupakan model bisnis yang tepat untuk menumbuhkan bisnis Bank Jago,” kata Arief dalam keterangan resmi, Senin (28/10/2024). 

 

Kolaborasi

Pergerakan IHSG Ditutup Menguat
Karyawan mengamati pergerakan harga saham di Profindo Sekuritas Indonesia, Jakarta, Senin (27/7/2020). Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,66% atau 33,67 poin ke level 5.116,66 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Arief menambahkan, melalui kolaborasi dengan berbagai mitra (partner), seperti ekosistem dan platform digital, perusahaan pembiayaan, dan lembaga keuangan lainnya, Bank Jago berhasil menyalurkan kredit sebesar Rp 17,3 triliun per akhir kuartal tiga 2024 atau tumbuh 59 persen dari periode sama tahun lalu sebesar Rp 10,9 triliun.

"Penyaluran kredit dilakukan secara berkualitas dan mengutamakan prinsip kehati-hatian. Ini tercermin dari rendahnya rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) gross yang sebesar 0,2 persen," ujar dia.

Selain itu, pertumbuhan kredit mendorong aset Bank Jago menjadi Rp 26,8 triliun per September 2024 atau tumbuh 40 persen dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 19,1 triliun.

Rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) mencapai 45,6 persen, menunjukkan kuatnya tingkat permodalan untuk mendukung ekspansi bisnis ke depan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya