Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina International Shipping (PIS) mencatat lonjakan pendapatan non captive atau tak terikat pasar hingga 64 persen pada 2024. Kinerja positif itu ditopang oleh perluasan rute pelayaran ke 65 negara.
Direktur Manajemen Risiko PIS Mohammad Resa mengatakan, keberhasilan ini disertai dengan strategi ekspansi bisnis seperti keberadaan kantor cabang di Singapura, Dubai, dan London untuk memperluas jangkauan pasar internasional Pertamina International Shipping.
Advertisement
"Pada tahun 2024, pendapatan kami dari pasar non-captive meningkat hingga 64 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Pencapaian ini menunjukkan kepercayaan pelanggan global terhadap PIS semakin kuat," ujar Resa dalam keterangan tertulis, Rabu (26/2/2025).
Advertisement
Melalui pendekatan ini, ia menambahkan, PIS mampu beradaptasi dengan kebutuhan pasar internasional dan merespons permintaan dengan lebih cepat. Kini, PIS telah berhasil memperluas rute pelayaran hingga ke 65 negara.
Namun begitu, Resa menekankan, upaya memperkenalkan PIS di pasar internasional bukanlah perkara mudah. Lantaran perlu upaya untuk membangun kesadaran dan kepercayaan terlebih dulu.
"Oleh karena itu, kami selalu mengedepankan integritas dan profesionalisme dalam setiap transaksi untuk meyakinkan para pemain besar industri maritim dunia. Dengan reputasi sebagai bagian dari Pertamina, kami berhasil menjalin kemitraan strategis," ungkapnya.
Menurut dia, pengalaman PIS di kancah internasional juga turut mendukung pengembangan pelayanan di dalam negeri, yang masih menjadi tulang punggung pendapatan perusahaan.
"Pengalaman ini memberikan kami banyak pengetahuan dan pengalaman. Sehingga kami bisa memberikan layanan optimal berstandar tinggi dan internasional kepada banyak customer. Dengan jaringan internasional yang dimiliki, PIS juga berkomitmen memperkenalkan pelaut-pelaut terbaik Indonesia agar dapat bersaing di industri pelayaran global," tuturnya.
Anggota IMEC Pertama dari Indonesia
Adapun Pertamina International Shipping telah menjadi anggota International Maritime Employers Council (IMEC) pertama dari Indonesia.
Sebelumnya, PIS telah menjalin kolaborasidengan International Labor Organization (ILO) dan IMEC untuk menghadirkan program pelatihan manajerial berstandar internasional.
"PIS dan IMEC telah mengadakan diskusi untuk membahas berbagai aspek penting seperti digitalisasi pengelolaan awak kapal. Kedua organisasi sepakat untuk bekerja mendorong peningkatan standar global dalam sektor pelayaran," jelas Resa.
Bekali Pelaut Indonesia Bersaing Global
Inisiatif ini diharapkan dapat membekali pelaut Indonesia dengan kompetensi yang kuat agar mampu bersaing di kancah internasional.
Ditambahkan Resa, PIS memantapkan komitmen mendorong industri dalam negeri dalam pengembangan kapal dan layanan logistik sebagai bentuk dari kontribusinya terhadap industri maritim nasional.
"Kami ingin memastikan bahwa kemajuan PIS juga berdampak pada industri maritim domestik. Kedepannya kami berharap industri maritim nasional akan semakin dikenal dan berdaya saing global," pungkas Resa.
Advertisement
189 Kapal Pertamina International Shipping Pakai Bahan Bakar B40
Sebelumnya, PT Pertamina International Shipping (PIS) telah menggunakan bahan bakar biodiesel B40 untuk mengoperasikan 189 kapal sejak Januari 2025. Langkah penggunaan B40 pada angkutan perkapalan ini untuk memberikan dukungan program pemerintah mencapai ketahanan energi sekaligus energi hijau dan berkelanjutan.
"Sesuai dengan arahan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), seluruh kapal yang dioperasikan oleh Pertamina International Shipping yakni 189 kapal yang melayani distribusi energi telah menggunakan B40," ujar Direktur Armada PIS Muhammad Irfan Zainul Fikri, dalam keterangan tertulis, Kamis (06/2/2025).
Penggunaan Biodiesel B40 ini menjadi bagian dari upaya PIS untuk mendorong pengurangan emisi karbon sekaligus mendukung upaya transisi energi nasional. B40 sendiri merupakan bahan bakar hibrid yang menggunakan biodiesel dari sumber nabati.
Sejak diperkenalkan, B40 telah menunjukkan efisiensi yang lebih baik dalam mengurangi emisi gas rumah kaca, sehingga menjadi solusi yang lebih ramah lingkungan untuk sektor transportasi, termasuk industri pelayaran.
Pengadopsian B40 ini juga sejalan dengan visi hijau jangka panjang PIS untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2050. PIS terus mengintegrasikan prinsip-prinsip keberlanjutan dalam setiap lini operasionalnya, mulai dari efisiensi energi, penggunaan teknologi ramah lingkungan, hingga pengembangan infrastruktur pendukung energi hijau.
PIS juga telah mengimplementasikan berbagai inovasi teknologi hijau untuk mendukung visi tersebut. Salah satu langkah signifikan adalah penerapan energy saving devices (ESD) pada beberapa armada PIS. Sejak pertama kali diterapkan pada tahun 2022, kapal-kapal yang dilengkapi dengan teknologi ini menunjukkan peningkatan efisiensi bahan bakar secara signifikan.
Teknologi Dual-Fuel
PIS juga mengadopsi teknologi dual-fuel yang memungkinkan penggunaan bahan bakar alternatif dan fosil secara bergantian atau bersamaan. Penggunaan teknologi dual-fuel terbukti dapat menghemat sekitar 30% dari total konsumsi bahan bakar kapal.
Dalam rencana jangka menengah, PIS juga menargetkan peningkatan signifikan dalam kontribusi bisnis hijau hingga 34% pada tahun 2034. Upaya ini diiringi dengan strategi penurunan emisi hingga 32% pada tahun yang sama, sejalan dengan komitmen global baik dari Pemerintah Republik Indonesia dan International Maritime Organization (IMO).
Komitmen hijau PIS turut mendapatkan apresiasi. Saat ini, PIS meraih skor ESG BBB dari Morgan Stanley Capital International (MSCI), yang menunjukkan kinerja perusahaan dalam aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola berada pada level yang solid. Pencapaian ini menjadi bukti nyata atas komitmen PIS dalam menjalankan praktik bisnis yang berkelanjutan.
"Ke depan, kami berharap PIS dapat menjadi pemain terdepan dalam industri pelayaran hijau, mendorong transformasi menuju operasional yang lebih ramah lingkungan. Untuk itu diperlukan kolaborasi yang erat antara para pemangku kepentingan dan regulator untuk menciptakan ekosistem industri pelayaran yang benar-benar ramah lingkungan,” tutup Irfan.
Advertisement
