Dahlan Iskan mengaku masa yang paling bahagia bagi dirinya ternyata bukan saat menjadi Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Lalu kapankah itu?
"Masa terbaik saya dalam artian happy yaitu waktu saya jadi Pimpinan Redaksi Jawa Pos," ungkap Dahlan saat berbincang dengan Liputan6.com ditulis Senin (8/7/2013).
Dahlan menuturkan, saat memimpin Jawa Pos, ia memiliki otoritas yang sangat mutlak karena dirinya tidak punya atasan. Pasalnya waktu itu, Dahlan tak hanya mengurusi redaksi tapi juga merangkap sebagai direktur utama.
"Pemegang sahamnya ikut apa kata saya dan keinginan saya. Rapat pemegang saham paling cuma 5 menit-10 menit, karena apapun yang saya usulkan, saya putuskan mereka langsung setuju," kenangnya.
Semua keputusan yang diambilnya bisa cepat tanpa perlu menempuh prosedur yang panjang, apalagi memakai surat keputusan dan tanpa beban.
"Nanti kalau rugi, ah kita balas dendam bikin perusahaan lagi. Kalau sekarang apa-apanya begitu banyak, prosedurnya begitu sulit," jelasnya.
Dalam memimpin 142 BUMN di Tanah Air, Dahlan mengaku dirinya telah berupaya untuk memangkas birokrasi yang ada di BUMN. Menurut dia, penyederhanaan birokrasi dan kecepatan pengambilan keputusan merupakan kunci dari kemanjuan BUMN.
"Di bisnis itu, speed itu penting. Bisnis yang tak perhitungkan speed itu sudah ketinggalan," tutur dia.
Dahlan memberikan kewenangan dan kepercayaan penuh kepada direksi BUMN untuk maju dengan cara mereka masing-masing. "Paling mendasar yang saya lakukan selama ini adalah memberikan kewenangan, kepercayaan dan kesempatan," ujar Dahlan. (Ndw)
"Masa terbaik saya dalam artian happy yaitu waktu saya jadi Pimpinan Redaksi Jawa Pos," ungkap Dahlan saat berbincang dengan Liputan6.com ditulis Senin (8/7/2013).
Dahlan menuturkan, saat memimpin Jawa Pos, ia memiliki otoritas yang sangat mutlak karena dirinya tidak punya atasan. Pasalnya waktu itu, Dahlan tak hanya mengurusi redaksi tapi juga merangkap sebagai direktur utama.
"Pemegang sahamnya ikut apa kata saya dan keinginan saya. Rapat pemegang saham paling cuma 5 menit-10 menit, karena apapun yang saya usulkan, saya putuskan mereka langsung setuju," kenangnya.
Semua keputusan yang diambilnya bisa cepat tanpa perlu menempuh prosedur yang panjang, apalagi memakai surat keputusan dan tanpa beban.
"Nanti kalau rugi, ah kita balas dendam bikin perusahaan lagi. Kalau sekarang apa-apanya begitu banyak, prosedurnya begitu sulit," jelasnya.
Dalam memimpin 142 BUMN di Tanah Air, Dahlan mengaku dirinya telah berupaya untuk memangkas birokrasi yang ada di BUMN. Menurut dia, penyederhanaan birokrasi dan kecepatan pengambilan keputusan merupakan kunci dari kemanjuan BUMN.
"Di bisnis itu, speed itu penting. Bisnis yang tak perhitungkan speed itu sudah ketinggalan," tutur dia.
Dahlan memberikan kewenangan dan kepercayaan penuh kepada direksi BUMN untuk maju dengan cara mereka masing-masing. "Paling mendasar yang saya lakukan selama ini adalah memberikan kewenangan, kepercayaan dan kesempatan," ujar Dahlan. (Ndw)