Daya Pikat Jakarta bagi Pendatang Baru Telah Berubah

Bappenas berharap Jakarta bisa mengerem pembangunan mal dan gedung bertingkat dan fokus pada pembenahan fasilitas sarana dan prasarana.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 15 Agu 2013, 14:15 WIB
Diterbitkan 15 Agu 2013, 14:15 WIB
suasana-monas-130622c.jpg
Daya tarik Jakarta sebagai ladang penghasilan ternyata masih memikat para pendatang baru dari berbagai daerah. Biasanya jumlah pendatang baru ke Ibukota kian membludak setelah lebaran.

Deputi Regional dan Otonomi Daerah Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas), Max Hasudungan Pohan, menjelaskan tren pendatang baru ke ibukota saat ini sudah berbanding terbalik dengan kondisi di tahun-tahun sebelumnya. Para pendatang kini lebih senang tinggal di wilayah pinggiran ibukota seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Bodetabek).

"Kalau dulu pendatang baru lebih suka tinggal dan bekerja di Jakarta, sekarang justru mereka memilih tinggal di wilayah Bodetabek, tapi untuk bekerja tetap di Jakarta," ungkap dia saat ditemui di kantornya, Jakarta, Kamis (15/8/2013).

Lebih jauh Max menambahkan, jumlah pendatang baru yang tinggal di Ibukota senantiasa terus mengalami penurunan. Hal ini dipicu ketidakmampuan biaya hidup di Jakarta yang umumnya lebih tinggi.

"Tapi mereka mencari nafkah di Jakarta karena upah cukup besar. Jadi mereka rela naik motor pulang pergi setiap hari karena transportasi umum kurang baik," ujarnya.

Bappenas memperkirakan jumlah pendatang baru yang turun mendiami wilayah Jakarta sekitar 27 ribu tahun lalu. Sementara pendatang baru yang tinggal di Botabek tumbuh rata-rata sekitar 4%.

"Alasannya karena perolehan KTP lebih mudah, dan lainnya. Tapi proses (perhitungan) dari pemerintah provinsi DKI Jakarta kan masih berlangsung," jelas Max yang enggan menjelaskan angka urbanisasi paska lebaran tahun ini..

Max mengimbau Pemerintah Provinsi DKI Jakarta agar fokus pada pembenahan sarana dan prasarana yang ada di ibukota. Harapannya. warga Ibukota bisa merasakan nyaman tinggal di kota metropolitan tersebut.

"Daya tarik Jakarta diturunkan dulu lah, jangan memikat pendatang baru dengan banyaknya lapangan pekerjaan yang bisa diperoleh dari pembangunan mal dan gedung bertingkat. Fokus saja pada pembenahan, seperti pedagang kaki lima, transportasi umum, saluran air dan sebagainya," tandas dia.

Dengan begitu, Max yakin angka urbanisasi ke Jakarta akan terus menyusut. Di sisi lain, pemda harus mulai mempercepat pembangunan infrastuktur, dan pendukungnya supaya membuka kesempatan lapangan kerja bagi warga desa. "Berilah kesempatan kepada daerah untuk membangun desanya," pungkasnya. (Fik/Shd)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya