Sadap SBY, Bagaimana Nasib Impor Sapi Australia?

Australia Baru merupakan pemasok utama sapi impor Indonesia. Dengan aksi sadap SBY dan harga daging yang tinggi, bagamaina nasib impor ini?

oleh Septian Deny diperbarui 20 Nov 2013, 18:44 WIB
Diterbitkan 20 Nov 2013, 18:44 WIB
sapi-australia-130729b.jpg
Kasus penyadapan pembicaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan sejumlah pejabat negara pada 2009 telah melahirkan keputusan untuk menghentikan sementara kerjasama di bidang intelijen dan militer. Namun presiden sama sekali tak menyebutkan adanya penghentian kerjasama di bidang ekonomi dengan Negara Kangguru tersebut.

Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengakui pihaknya tengah melakukan pengkajian terkait hubungan bisnis antara kedua negara. Selama ini, Australia merupakan salah satu sumber utama pengekspor sapi terbesar ke Indonesia.

"Kami lagi memproses, mengkaji terkait ini. Sulit kalau kedua negara tetangga itu tidak bisa percaya satu sama lain untuk memikirkan apapun, untuk kerjasama ekonomi," ujarnya di Jakarta Conventioan Center (JCC), Jakarta Selatan, Rabu (20/11/2013).

Indonesia selama ini memang mengandalkan Australia dan Selandia Baru sebagai sumber pemasok sapi impor berkualitas. Putusnya hubungan bisnis antar kedua negara justru dikhawatirkan akan membuat Indonesia kesulitan mendatangkan sapi impor dari negara lain. 

Selama ini pemerintah memang memberlakukan ketentuan impor sapi berdasarkan aturan country base. Pemerintah hanya akan mengimpor sapi dari negara-negara yang dianggap aman dari penyakit berbahaya seperti penyakit kuku dan mulut serta sapi gila.

Gita sendiri mengaku mendukung jika aturan impor sapi tersebut diubah sehingga Indonesia tidak lagi bergantung pada Austaralia. "Saya sangat mendukung untuk mengubah undang-undang peternakan yang ada saat ini agar kita tidak terbatasi. Ini dalam artian kita bisa mendatangkan produk apapun," lanjutnya.

Namun mengubah ketentuan tersebut diakui bukan pekerjaan mudah dan harus benar-benar dipastikan bahwa sapi yang diimpor bebas penyakit.

"Selama ini kita terbatas (impor) dari tempat tertentu saja. Ini untuk kerangkanya lebih jelas. Apakah itu sapi dan produk peternakan lainnya jauh lebih murah ditempat lain, asal bisa membuktikan kalau itu sehat," jelasnya.

Lebih jauh, Gita berharap ketegangan antara Indonesia dan Australia akibat aksi penyadapan ini tidak mengganggu upaya pemerintah dalam menstabilkan harga daging sapi yang hingga saat ini masih terhitung tinggi. "Ini harus diseimbangkan untuk stabilitas harga, jangan sampai nanti reaksi kita tidak bisa menjaga stabilitas, ini penting sekali," tandasnya. (Dny/Shd)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya