Investasi AI di X, Saham Hewlett Packard Menanjak 3%

Saham Hewlett Packard tumbuh lebih dari 3% pada hari Jumat sore (10/1) waktu seempat menyusul laporan kesekapatan kerja sama AI dengan X.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 11 Jan 2025, 17:00 WIB
Diterbitkan 11 Jan 2025, 17:00 WIB
Ilustrasi Bursa Saham. Foto: Freepik
Ilustrasi Bursa Saham. Foto: Freepik

Liputan6.com, Jakarta Produsen komputer asal Amerika Serikat, Hewlett Packard Enterprise (NYSE:HPE) telah mencapai kesepakatan senilai lebih dari USD 1 miliar atau setara Rp.16,3 triliun, untuk menyediakan server Kecerdasan Buatan (AI) ke platform media sosial X milik Elon Musk.

Mengutip Investing.com, Sabtu (11/1/2025) kesepakatan tersebut, yang diselesaikan akhir 2024 lalu memposisikan HPE untuk memasok server yang dioptimalkan untuk AI, sebuah capaian signifikan atas pesaing Dell Technologies Inc. (NYSE:DELL) dan Super Micro Computer (NASDAQ:SMCI) Inc.

Saham Hewlett Packard tumbuh lebih dari 3% pada hari Jumat sore (10/1) waktu seempat menyusul laporan kesekapatan kerja sama AI dengan X.

Keberhasilan HPE dalam mengamankan kesepakatan tersebut merupakan dukungan penting atas kemampuan server AI-nya, yang sebelumnya dianggap agak tertinggal dari para pesaingnya.

Server AI yang dimaksud dilengkapi dengan chip canggih dari perusahaan seperti Nvidia Corp. (NASDAQ:NVDA), yang telah mengalami pertumbuhan eksplosif dan peningkatan pendapatan bagi klien vendor server dan sistemnya.

Kontrak ini juga dapat menandai titik balik bagi bisnis server AI HPE, yang dibahas oleh Kepala Keuangan Marie Myers dalam panggilan pendapatan bulan Desember 2024 lalu.

Myers menyoroti ekspektasi peningkatan adopsi sistem AI oleh perusahaan dan pemerintah, meskipun ia mencatat bahwa pola pesanan diantisipasi akan tetap kompetitif dan sporadis.

Kesepakatan antara Hewlett Packard dan X sekaligus menggarisbawahi meningkatnya permintaan untuk server berdaya tinggi yang mampu mengelola beban kerja AI.

Berbagai perusahaan yang dijalankan Musk sendiri termasuk Tesla (NASDAQ:TSLA) Inc. dan xAI, telah menjadi klien terkemuka di bidang perangkat keras.

Khususnya, proyek superkomputer xAI di Memphis telah menggabungkan perangkat keras dari Dell dan Super Micro.

Pasar keseluruhan untuk infrastruktur pusat data telah meningkat, dengan pengeluaran diperkirakan telah melonjak 34% menjadi USD 282 miliar pada tahun 2024, seperti yang dilaporkan oleh Synergy Research Group.

Perusahaan riset tersebut menunjuk pertumbuhan signifikan Nvidia sebagai narasi utama dalam industri tersebut, yang menguntungkan klien vendor server dan sistemnya melalui peningkatan pendapatan.

Saham Nvidia Ternyata Tak Menarik Buat Sejumlah Miliarder Meski Naik Tinggi, Mengapa?

Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Nvidia tengah disorot dalam beberapa waktu terakhir, sebagai perusahaan termahal di dunia. Namun ternyata, tidak semua miliarder atau orang kaya tertarik untuk berinvestasi saham pada perusahaan pembuat chip tersebut.

Melansir CNBC International, Senin (9/9/2024) lebih dari separuh kelompok jaringan investor dengan kekayaan tinggi, Tiger 21 mengungkapkan tidak berinvestasi di Nvidia.

Laporan alokasi aset kuartal kedua jaringan tersebut mengungkapkan bahwa 57% anggotanya tidak berinvestasi di Nvidia.

"Meskipun Nvidia adalah pemimpin yang tak terbantahkan dalam AI saat ini, pertumbuhan perusahaan tidak ada yang bertahan selamanya, dan pesaing sering mengejar, yang mengarah pada kalibrasi ulang pasar," kata Michael Sonnenfeldt, ketua Tiger 21.

Secara kolektif, anggota Tiger 21 memiliki aset pribadi bernilai lebih dari USD 165 miliar (Rp.2,5 kuadriliun) menurut data yang diberikan oleh Sonnenfeldt.

Anggota kelompok tersebut, yang didirikan pada tahun 1999 oleh Sonnenfeldt, saling berbagi saran tentang pelestarian kekayaan, investasi, dan upaya filantropi.

Tiger 21 memiliki 123 grup di 53 pasar. Jaringan ini memiliki lebih dari 1.450 anggota.

Dari 43% anggota yang telah berinvestasi di Nvidia, sebagian besar tidak berniat menambah saham, di tengah kekhawatiran bahwa sahamnya telah melambung terlalu tinggi.

Ketakutan tersebut tampaknya beralasan dengan anjloknya saham Nvidia hingga 9,5% dalam semalam, menghapus sekitar USD 280 miliar dari kapitalisasi pasarnya, di tengah aksi jual besar-besaran di pasar AS.

Sebanyak 43% anggota klub yang disurvei juga memperkirakan keberhasilan Nvidia tidak akan bertahan hingga dekade berikutnya.

Beberapa anggota Tiger 21 bahkan memilih untuk menghindari saham teknologi, dan karenanya tidak ada Nvidia dalam portofolio mereka, lebih memilih real estat atau sektor lain, kata Sonnenfeldt.

"Bagi yang lain, hal ini disebabkan oleh sifat investasi teknologi saat ini. Anggota Tiger 21 menyaksikan Tesla bangkit hanya untuk sekarang hampir semua produsen mobil besar menawarkan EV, jadi meskipun Nvidia adalah pemimpin saat ini, beberapa anggota Tiger 21 percaya bahwa ini hanya masalah waktu sebelum persaingan mengejar ketinggalan," bebernya.

 

Lebih Fokus Menjaga Kekayaan

Markas Nvidia  di Santa Clara, California. Justin Sullivan/Getty Images/AFP
Markas Nvidia di Santa Clara, California. Justin Sullivan/Getty Images/AFP

Sonnenfeldt juga mengatakan bahwa anggota Tiger21 lebih fokus pada pelestarian kekayaan daripada mengejar keuntungan tinggi.

"Mereka mungkin menghindari Nvidia karena volatilitasnya dan risiko yang terkait dengan investasi teknologi, meskipun pertumbuhannya mengesankan," imbuhnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya