Menara Astra di Sudirman Jakarta Mulai Dibangun 2014

PT Astra International Tbk akan mulai membangun menara Astra pada 2014. Dananya Rp 7 triliun.

oleh Agustina Melani diperbarui 10 Des 2013, 17:19 WIB
Diterbitkan 10 Des 2013, 17:19 WIB
pembangunan-gedung-130918b.jpg
Sejumlah perusahaan dan grup usaha ternama ramai-ramai akan membangun gedung dan menara tertinggi di Jakarta. Pembangunan menara ini untuk memenuhi kebutuhan perkantoran grup agar dapat terkonsolidasi.

Salah satu grup usaha yang akan mendirikan menara adalah Grup Astra melalui PT Menara Astra yang akan membangun gedung perkantoran dan apartemen di kawasan Sudirman dengan investasi sekitar Rp 7 triliun. Pembangunan menara Astra untuk mengantisipasi kebutuhan grup Astra.

"Total investasi sekitar Rp 7 triliun. Menara Astra dibangun untuk antisipasi kebutuhan office space dan grup Astra, juga partner grup Astra," kata Chief of Corporate Commnication PT Astra International Tbk, Arief Istanto saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (10/12/2013).

Sementara itu, Investor Relation PT Astra International Indonesia Tbk, Tira Ardianti menuturkan, perseroan akan mulai membangun menara pada 2014. Pihaknya ingin mengoptimalkan lahan kosong di kawasan Sudirman sehingga perseroan membangun menara tersebut.

Sebelumnya perseroan dikabarkan membangun menara dengan total 47 lantai ruang kantor.Ketinggian menara itu mencapai 260 meter dan akan menjadi salah satu gedung pencakar langit yang iconic di Sudirman, Jakarta. Pembangunan menara itu akan memakan waktu empat tahun. Luas lahan yang dimiliki sekitar 2,4 hektar. Menara ini akan dilengkapi convention hall berkapasitas 1.000 orang.

Untuk membangun menara itu, Perseroan akan bekerja sama dengan grup Hongkong Land. Pembangunan menara itu di lahan milik PT Toyota Astra Motor. Oleh karena itu, perseroan melalui PT Menara Astra telah membeli tanah seluas 7.930 m2dari perusahaan afiliasi PT Toyota Astra Motor senilai Rp 432,3 miliar.

Selain membangun gedung perkantoran dan apartemen, perseroan juga akan membangun sarana pendukung yaitu bangunan ritel untuk menunjang kebutuhan penghuni bangunan perkantoran.

Head of Research Cushman and Wakefield, Arief Raharjo mengatakan, pembangunan gedung dan menara tinggi oleh grup besar memang jadi kebanggaan tersendiri. Selain itu, pembangunan gedung dan menara itu juga untuk menciptakan konsolidasi.

"Contohnya saja Telkom. Saat ini kantornya ada di Bandung dan Jakarta, jadi pembangunan kantor mereka karena ingin konsolidasi," ujar Arief.

Arief menambahkan, meski grup dan perusahaan itu membangun gedung dan menara tinggi untuk dihuni oleh sebagian manajemen usaha lainnya yang satu grup tetapi anak usahanya juga membayar sewa seperti harga pasar.

Arief mengakui, tingkat hunian kantor masih tinggi pada saat ini. Hal itu mengingat pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup baik dan perusahaan melakukan ekspansi usaha sehingga permintaan hunian kantor masih tinggi.

Meski demikian, Arief mengingatkan, pembangunan gedung banyak selesai dalam 3-4 tahun mendatang sehingga penawaran sewa kantor akan menjadi semakin ketat.

"Cuma harus hati-hati untuk tiga hingga empat tahun mendatang karena banyak pembangunan gedung selesai," kata Arief.

Sebelumnya salah satu proyek yang paling menarik perhatian yaitu rencana PT Pertamina (Persero) akan membangun gedung pencakar langit Pertamina Tower. Gedung ini direncanakan dibangun setinggi 530 meter di kawasan Rasuna, Kuningan, Jakarta. (Baca: Pertamina Energy Tower Kalahkan Tinggi Menara Kembar Petronas)

Perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang akan membangun gedung tinggi yaitu PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom).
Selain itu, pengusaha nasional Tommy Winata juga berniat membangun gedung tertinggi di Indonesia. Pihaknya akan membangun proyek gedung tertinggi sekitar 111 lantai di kawasan SCBD Jakarta. (Ahm/Igw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya