Liputan6.com, Jakarta - Warganet sudah mengeluarkan berbagai jurus untuk menolak kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 12 persen. Salah satu jenis konten yang muncul adalah membandingkan "pemandangan" Indonesia dengan negara yang PPN-nya lebih rendah, seperti Malaysia.
Video akun Instagram @daeengg, yang dibagikan ulang beberapa pengguna di X, dulunya Twitter, memperlihatkan perbedaan mencolok kondisi jalan perbatasan Indonesia dan Malaysia. Klip ini bahkan diulas publikasi Negeri Jiran, World of Buzz.
Advertisement
Mengutip outlet itu, Kamis (26/12/2024), kreator konten tersebut tampak melakukan perjalanan dengan sepeda motor menuju perbatasan darat Indonesia-Malaysia di Kalimantan, tepatnya perbatasan darat Sarawak dan Kalimantan Barat di Desa Temajuk, Sambas.
Advertisement
"Pria Indonesia asal Indonesia itu menunjukkan perbedaan mencolok kualitas jalan antara Malaysia dan Indonesia di perbatasan," sebut publikasi tersebut. Di awal video, @daeengg memperlihatkan kondisi desa-desa di Desa Temajuk, terutama kondisi jalan yang hingga saat ini masih ia sebut "memprihatinkan."
Semakin dekat ke perbatasan darat dengan Malaysia, semakin buruk kondisi jalannya. Faktanya, jalan menuju pintu masuk perbatasan dengan Malaysia hanyalah "jalan tanah."Â Di perbatasan, ia menunjukkan batu penanda perbatasan antara kedua negara, dengan perbatasan Malaysia dijaga dengan pagar berduri dan pos keamanan.
Yang agak mengejutkan, jalan di sisi Malaysia sudah berupa permukaan aspal yang bagus dan tampak terawat. "Beginilah kondisi di pintu masuk perbatasan… Jalanan di wilayah Malaysia sudah beraspal, sementara Indonesia masih jalan tanah," tulisnya dalam narasi video.
Diserbu Komentar Warganet
Mendapati itu, warganet Indonesia langsung turun ke kolom komentar untuk memberi berbagai tanggapan. "PPN Malaysia bukannya cuma 6 persen, jalannya harusnya enggak boleh bagus. Malah ngalahin negara PPN 12 persen," sindir seorang pengguna.
"Ini bukannya wajah gerbang negara? Kenapa gitu banget? Malu banget negara PPN 12 persen ini," sahut pengguna berbeda, sementara yang lain berkomentar, "Gue sih ga yakin hidup orang-orang di wilayah perbatasan ini bakal lebih baik setelah PPN jadi 12 persen."
Nyatanya, bukan sekali ini saja perbandingan Indonesia dan Malaysia terkait PPN jadi sorotan. Pekan lalu, seorang Warga Negara Indonesia (WNI) yang tinggal di Malaysia pamer bayar pajak enam persen. Narasi ini muncul di tengah riuh penolakan kenaikan PPN 12 persen di dalam negeri.
Melalui cuitan di X, Rabu, 18 Desember 2024, pengguna yang diduga tinggal di Selangor, Malaysia itu memamerkan struk belanja minuman di sebuah outlet teh terkenal per 25 November 2024. Ia terlihat membeli minuman tersebut di cabang gerai di TRX MRT Station, Kuala Lumpur.
Advertisement
Dibandingkan dengan PPN di Malaysia
Menurut struk, ia membayar 8,68 ringgit (sekitar Rp31 ribu) ditambah pajak enam persen 0,52 ringgit (sekitar Rp1,9 ribu), sehingga totalnya sekitar Rp33 ribu. "Ini pajak di Malaysia, murah kan?? Indonesia pajaknya besar, tapi negaranya miskin! ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜ðŸ¤£ðŸ¤£," cuit pengguna tersebut.
Alih-alih bereaksi "normal," warganet Indonesia sepakat. Beberapa di antaranya malah meminta informasi lowongan pekerjaan, supaya bisa pindah ke Negeri Jiran. "Bang, info loker ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜," kata salah satunya. "Ada job vacancy tak kat Malay bidang hospitaliti? Kalau ada saya nak pindah kat Malay please info," sambung yang lain.
"Kak ada info loker engga? cape tinggal di indo ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜," pengguna lain menyepakati. Sebagian warganet malah meminta tolong warganet Malaysia untuk ikut mengkritisi kebijakan pajak di Indonesia. "Boleh lah kerahkan rakyat Malaysia buat mengejek pajak Indonesia dan kemelaratan ini. ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜," tulis seorang warganet terkait kenaikan PPN 12 persen.
Tidak sampai di situ, pengguna X itu juga merekomendasikan untuk lebih baik berwisata ke Kuala Lumpur, karena "lebih murah." "Pokoknya nih yaa untuk yang first time traveler especially, mending liburan naik pesawat ke Kuala Lumpur aja dulu. Harga murah vibes luar negeri ga semrawut. Gau sah naik pesawat tujuan domestik lagi, TITIK NO DEBAT."
Disepakati Warganet Indonesia
"Soalnya kena pajak 12% wkwkwkwk kalo yg domestik hahahahaa," imbuh pengguna tersebut. Warganet lain menimpali, "Belum pernah sesetuju ini sama orang malaysia, omonganmu benar, dan sebagai hadiahnya, kau ambil lah semua pejabat di negaraku, nanti ongkir aku yang tanggung."
Terkait hitungan pajak, pengguna berbeda ikut bercerita, "As for another pov, ini bukti pembelanjaan yang gue beli di KL. Ada beberapa produk yang gak ada pajaknya (bisa jadi udah include sama harga barang), tapi biasanya brand yang sama, harganya jauh lebih murah di sini tetep."
"Thank you for speaking the truth saudara serumpun~please mock our government more often," sebut yang lain. "Baru kali ini di ejek tapi ga marah ðŸ˜ðŸ˜ ayo kata-katain pemerintah indo bang ðŸ˜," seorang warganet menyepakati.
Melansir VAT Calc, Jumat, 20 Desember 2024, Malaysia sebenarnya menaikkan tarif Pajak Layanan dari enam persen jadi delapan persen per 1 Maret 2024. Namun, beberapa layanan tetap pada tarif lama enam persen. Tarif Pajak Penjualan terpisah untuk sebagian besar barang tetap pada 10 persen.
Advertisement